Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Pagi ini Aqilla sudah siap menuju kampus dengan mengendarai mobil pajero sport warna hitam, perempuan cantik zodiak Aquarius sudah siap dengan setelan bak ibu pejabat. Dengan kemeja warna matcha dan olesan make up tipis membuat semua orang terpana dengan kecantikan putri semata wayang Tuan Bagaskara Sebastian Alexander dan Nyonya Kayla Putriana Maharani Alexander.
Keluarga Alexander bukan orang sembarangan, ia merupakan putra pertama dari seorang CEO perusahaan tambang yang terkenal di Indonesia bahkan dunia. Namun, sikap baik dan tidak sombong Tuan Bagas selalu ia ajarkan kepada putra dan putrinya. Maka tak heran, jika sifat orang tuanya turut sama persis seperti papi dan maminya.
Jam menunjukkan 06.30, Tuan Bagas dan Nyonya Kayla sudah berada di meja makan. Sudah menjadi tradisi bagi keluarga Alexander sarapan dan makan malam merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh semua anggota keluarga. Dan, kini Aqilla sudah berkumpul dengan orang tua dan tiga abangnya. Daniel, seorang kakak tertua yang berprofesi sebagai dokter gigi, kakak kedua bernama Cakra berprofesi sebagai dokter jantung dan pembuluh darah, dan Romeo merupakan seorang dokter spesialis saraf. Tak heran, keluarga Alexander disebut sebagai keluarga cemara.
"Selamat pagi, Pa, Ma, dan kakak.." sapa Aqilla tersenyum ke arah seluruh keluarga.
"Pagi, Aqilla sayang.." ucap Tuan Bagas memeluk putri kesayangannya.
"Hari ini kamu akan diantar oleh Daniel, kakakmu.." ujar Papa Bagas.
"Nggak bisa, hari ini Daniel akan mengantar pacar ke bandara." tolak Daniel lembut.
"Cakra bisa kau antar adikmu ke kampus hari ini?" tanya Papa Bagas menatap tajam ke arah putra kedunya.
"Kalau diam berarti iya.." tegas Papa Bagas.
"Sorry Pa, aku nggak bisa antar ke kampus. Karena aku ada rapat dengan direktur rumah sakit." ucap Cakra tersenyum menatap adiknya.
"Aku bisa kok, Pa, naik grab ke kampus.." kata Aqilla menyakinkan papanya.
"Tidak, Romeo kamu bisa antar adikmu ke kampus?" seledik Papa Bagas berharap.
"Bisa, Pa, hari ini jadwal mengajarku kosong. Aku bisa antar Aqilla sekaligus menjemput kembali.." jawab Romeo tersenyum.
"Nggak usah, Kak Rom. Aku ada acara BEM sampai sore, takutnya kakak menunggu lama.." ucap Aqilla khawatir.
"Acara BEM apa, Qilla?" tanya Papa penasaran.
"Seminar Psikologi Forensik, Pa.." jawab Aqilla membuat orang tua dan kakak terkejut.
"Aku jadi moderator acara, bisa jadi aku pulang sore atau habis maghrib." kata Aqilla tersenyum kecil.
"Nggak, kamu harus tetap antar jemput. Apa lagi ini acara di kampus, sampai sore papa nggak mau ada hal-hal yang membahayakan di jalan.." titah Papa tegas menatap putrinya.
"Pokoknya keputusan papa sudah bulat, selama Aqilla kuliah kalian bertiga harus antar jemput dia, kalian pantau pertemanan Aqilla di kampus, kalian juga harus memperhatikan apakah ada laki-laki yang berani menggoda adik kalian ini.." Kakak-kakak Aqilla setuju dengan perkataan papa.
"Padahal dia sudah besar, mengapa masih di antar jemput oleh kita.." selidik Daniel heran.
"Tapi ada untungnya gua antar Aqilla, pulang bisa vape dulu di cafe samping kampus dia.." ucap Cakra dan Romeo tertawa.
"Ayo kak, kita berangkat kak.." Bak putri kerajaan, penampilan Aqilla hari ini membuat ketiga kakaknya pangling.
"Kenapa Kak? Pasti mau puji gua cantik kan.." selidik Aqilla tahu arah pembicaraan ketiga kakaknya.
"Masya Allah cantik banget adikku ini.." puji Romeo diangguki oleh Cakra.
"Iya Aqilla cantik banget, awas kepentok cinta dosen." kata Cakra disambut tawa oleh Romeo.
"Berangkatlah kalian, nanti Ratu Bunga Bangkai telat.." titah Daniel dingin.
***
Selama di perjalanan menuju ke kampus, perempuan zodiak Sagitarius ini justru sedang mempelajari psikologi forensik yang akan dibahas pada pertemuan pagi ini.
"Lo serius banget bacanya, sampai nggak sadar sudah sampai di depan kampus." ujar Romeo tertawa.
"AQILLA..AQILLA..AQILLA.." teriak Cakra geram.
"Astagfirullah, Rom jadi selama perjalanan tadi dia tidur.." ucap Cakra menahan tawa.
"Apaan sih kalian berisik banget, lagi macet sudah jangan ganggu. Nanti kalau udah sampai di kampus bangunin ya.." perintah Aqilla tak sadar jika ia sudah berada di kampus.
"Lo udah sampai di kampus, Qilla.." ucap Cakra dan Romeo kesal.
"Cepat banget, nggak mungkin.." Namun ketika ia membuka mata melihat ke sekililing memang benar ini adalah UI kampusnya.
"Oh iya, sorry.." ujar Aqilla menahan malu.
"Mau dijemput nggak?" tawar Romeo lembut.
"Nggak usah, gua pulang maghrib.." tolak Aqilla tegas.
"Kamu nggak boleh pulang sendiri, harus diantar jemput oleh kakakmu."
"Punya tiga kakak cowok, harus dimanfaatkan Qilla untuk antar jemput.."
Itulah pesan yang ditulis oleh Papa di grup chat keluarga. Aqilla tak berhak mengusir ketiga kakaknya untuk pulang atau pergi. Biarkan mereka bertiga ada di kampus UI.
Namun ketika sedang ingin menyebrang ke arah fakultas Psikologi dari arah kejauhan ada mobil BMW menabrak Aqilla yang sedang jalan menuju auditorium FPSI. Darah mengucur dari bagian kepalanya membuat kedua kakaknya yang jalan ke arah kantin Fakultas Psikologi dibuat kaget dengan keadaan adiknya.