Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Married With You

Married With You

Denasha

5.0
Komentar
209
Penayangan
10
Bab

Wildan Kusuma atau yang lebih sering di kenal dengan panggilan Mr. Wil, merupakan penguasaha kaya raya. Wajah tampan, tubuh porposional dengan kesehatan nomor satu. Usianya yang terus bertambah hingga beranjak empat puluhan, tak membuat Mr. Wil ambil pusing dengan terburu mencari pasangan untuk hidupnya. Namun, para tetua berkata lain. Mereka tak henti mencoba untuk terus menjodohkan Mr. Wil dengan wanita pilihan mereka. Hingga suatu hari, Mr. Wil terlibat cinta satu malam dengan wanita yang tak disangka. Yaitu Rafida, sekretaris pribadinya selama tiga tahun terakhir ini. Yang lebih mengejutkan lagi, Rafida adalah wanita yang dijodohkan dengan Mr. Wil. Akan kah hati Mr. Wil terketuk dan mulai membuka hati serta mengakhiri masa lajangnya?

Bab 1 Kenyataan Yang Mengejutkan

Suara sepatu pantopel melengking ke seluruh penjuru lorong sebuah perusahaan. Seorang pria tampan dengan tubuh yang atletis memakai jas yang sempurna melekat pada tubuhnya. Kakinya yang tinggi semampai. Tak mengurangi karisma yang terpancar dari wajah sempurna miliknya. Matanya yang tidak sipit juga tidak bulat. Alisnya yang tebal bak pangeran arab. Hidung mancungnya serta bibir pink merona tanpa lipstik sekali pun. Kulitnya yang putih seperti vampir. Dagunya yang lancip dilengkapi tulang rahang yang menonjol seksi.

Bahunya yang lebar serta lengan yang menggoda. Terlihat urat kekar memenuhi tangan besarnya. Rambutnya yang hitam pekat dengan poni yang menjulang ke atas. Pesonanya menyihir semua insan, baik wanita maupun pria. Wibawanya di setiap langkah yang ia ambil menggetarkan seluruh hati semua yang melihatnya.

Wildan Kusuma atau lebih dikenal dengan sebutan Mr. Wil, usianya yang beranjak empat puluh tahun tak membuatnya terburu dalam mencari pasangan. Meski semua gunjang-ganjing terus menghampiri dirinya. Bahkan para tetua yang tak henti menjodohkan dirinya. Mr. Wil tak pernah goyah akan hatinya yang entah sejak kapan tak pernah terisi oleh wanita mana pun. Ia hanya fokus pada pekerjaannya dan mengejar kesuksesan.

Terlihat sekretarisnya terburu menekan tombol lift. Ia pun menunduk memberikan jalan pada Mr. Wil untuk masuk terlebih dahulu. Semua pegawai yang sudah sejak tadi mengantri, tak ada satu pun yang berani untuk ikut masuk ke dalam lift. Dan membiarkan Mr. Wil dan sekretarisnya menaiki lift tersebut. Sesampainya di lantai utama, Rafida sekretaris Mr. Wil membukakan pintu ruangan Mr. Wil. Mr. Wil pun duduk di kursi singgasananya dengan gaya yang berwibawa. Di mejanya sudah menumpuk beberapa dokumen yang menunggu persetujuan dirinya.

"Mr. Wil hari ini anda ada meeting dengan ketua grup Wing pukul sepuluh pagi, dan pertemuan dengan Mr. Stuart untuk membicarakan perpanjangan kontrak dengan perusahaannya pada pukul dua belas siang. Setelah itu pukul dua siang, Anda mendapatkan undangan pembukaan kafe terbaru putri pemimpin grup Jaya Abadi. Dan pukul enam sore, keluarga besar anda meminta anda untuk hadir pada pertemuan keluarga. Penting," ucap Rafida membicarakan jadwal Mr. Wil hari itu.

"Haah ... Kenapa padat sekali? Bukan kah hari ini adalah hari rabu?" ucap Mr. Wil menatap ponselnya.

"Benar Mr. Wil, jadwalnya anda untuk mendatangi teman anda. Sayangnya jadwal hari ini sangat penting sehingga tidak mungkin untuk meluangkan sedikit waktu untuk teman anda itu."

"Ya ampun, bahkan untuk menemuinya yang sudah tiga hari berada di Indonesia saja aku tetap tidak bisa. Ah ... bagaimana jika jadwal pertemuan dengan keluarga kau tunda saja. Jam lima sore saya akan menemui teman saya itu," ucap Mr. Wil dengan senangnya.

"Tidak bisa, anda sudah berkali-kali menunda pertemuan keluarga. Bahkan ini adalah undangan yang ke lima kalinya," sergah Rafida.

"Kalau begitu tinggal ditunda lagi saja bukan? Semua sudah saya tanda tangan kecuali yang ini, bilang pada Wisnu untuk menemui saya pukul empat sore. Saya pikir saya harus memberitahukan letak kesalahannya langsung."

Mr. Wil beranjak dari tempat duduknya dan kembali berjalan keluar ruangannya. Rafida menghela napasnya karena sikap angkuh serta semena-mena Mr. Wil pada jadwal yang sudah susah payah Rafida atur.

"Baik Mr. Wil," jawab Rafida pasrah.

Siang harinya, Rafida sudah berada di kantin bersama rekan kantornya untuk makan siang.

"Ah ... haruskah aku keluar saja?" keluh Rafida saat jam makan siang. Ia menaruh kepalanya di atas meja kantin. Wajahnya terlihat sangat kusam.

"Apa yang membuatmu begitu sangat tua?" tegur Said yang kebetulan teman semasa kuliahnya.

"Aku ingin keluar saja, aku akan buat surat pengunduran diriku Said," ucap Rafida putus asa.

"Memangnya kamu sudah berapa lama menjadi sekretaris dari Mr. Wilmu itu hah?"

"Tiga tahun ... Dan ini sangat sulit serta menyiksa."

Kling!

Suara pesan ponsel Rafida membuat Rafida terperanjat terkejut. Ia melotot kan matanya dan mengacak rambut panjangnya pusing.

"Apa? Apa? Kenapa kamu begitu terlihat frustasi?" tanya Said bingung dan panik.

"Para orangtua itu, terus saja memaksaku untuk ikut dengan mereka," jawab Rafida lemas.

"Kemana?"

***

"Kemana?" tanya Mr. Wil saat Rafida meminta ijin untuk cuti setengah hari.

"Acara keluarga Mister Dan saya tidak bisa menolak permintaan mereka. Hanya hari ini, sungguh," jelas Rafida penuh harap.

"Tapi jadwal saya sangat padat hari ini."

"Karena itu saya sudah mengatur semuanya, Pak Said yang akan menggantikan saya untuk menjadi supir sekaligus sekretaris sehari anda," tutur Rafida tersenyum manis. Berharap Mr. Wil akan memberikan ijin.

"Tidak!"

"Mister ..." Rafida memelas menatap dengan mata kucingnya.

"Sudah kubilang tidak bukan?" Mr. Wil berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia terhenti dan menatap Rafida dengan mata tajamnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Bukan pintunya!"

Rafida tersadar akan lamunannya dan langsung membuka pintu ruangan. Saat keduanya sudah sampai di lobi, Rafida terpikirkan sesuatu. Mr. Wil sudah masuk ke dalam mobilnya, ia terbingung karena Rafida tidak juga masuk.

"Rafida! Apa yang sedang kamu lakukan?" teriak Mr. Wil dan tiba-tiba seseorang masuk dan duduk di kursi supir.

"Si-siapa kamu?" tanya Mr. Wil.

"Saya Said Mr. Wil, saya akan menggantikan Rafida hanya untuk hari ini," ucap Said dengan sedikit takut.

"Hahh ... Wanita itu, kenapa dia begitu menghormati keluarga egoisnya itu. Mereka bahkan bisa saja memberikan Rafida pada pria tua yang kaya. Bodohnya," gumam Mr. Wil, tampak raut khawatir di wajahnya itu.

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Mr. Wil sedang berada di sebuah kafe. Ia memesan secangkir espresso. Berkali-kali menatap jam di tangannya. Teman yang ia tunggu tak kunjung datang. Bahkan kini jam sudah menunjukkan pukul enam sore.

"Huh ... haruskah aku menemuinya di tempatnya? Dia bahkan tak mengangkat teleponku," keluh Mr. Wil.

***

Di rumah yang begitu megah dan mewah. Terhias dinding dan beberapa ruang dengan dekor yang sangat mewah nan mahal. Para pelayan pun sedang sibuk mempersiapkan sajian untuk makan malam. Acara malam itu terasa sangat tidak biasa. Semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan dengan wajah yang tegang. Mereka terus melirik jam di tangan mereka. Memastikan apakah Mr. Wil akan datang atau tidak.

Hingga keluarga tamu sudah mulai memasuki wilayah rumah tersebut. Para tetua pun persatu-satu memasuki rumah mewah itu. Dengan salah seorang wanita muda di antaranya. Rambutnya yang tergerai indah berwarna coklat berkilau. Gaun di atas lutut memukau dengan ukuran yang sangat pas di tubuh seksinya. Berjalan dengan sangat anggun, sepatu heels senada dengan gaun kecoklatan emas menghasilkan bunyi yang mengalihkan semua fokus para keluarga yang sudah menunggu dengan was-was.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Makanan tersaji dengan sangat rapih dan memenuhi meja panjang tersebut. Bahkan tak ada suara di dalam ruangan tersebut, seolah menunggu yang sangat spesial malam itu.

Brak!

Tiba-tiba saja pintu ruang makan itu terbuka dengan sangat lebar. Tampak langkah seorang pria yang cukup bersinar memasuki ruangan makan tersebut.

"Akhirnya kau datang juga," ucap sang tetua keluarga. Kakek Brimo.

"Selamat malam, maaf terlambat," ucap Mr. Wil dan bersiap untuk duduk.

"Masih punya sopan santun juga," gumam Bu Lia. Mamah Mr. Wil.

Mr. Wil pun tak menggubris ucapan mamahnya itu yang terdengar jelas oleh para semua orang yang hadir hari itu. Hingga tatapan seseorang membuat Mr. Wil merasa terganggu dan menoleh ke arah seorang wanita yang melotot tajam ke arahnya.

"Mr. Wil?" ucap wanita itu terkejut.

"Rafida?" ucap Mr. Wil yang juga sama terkejutnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku