/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
"Mungkinkah aku meminta, kisah kita selamanya. Tak terlintas dalam benakku, bila hariku tanpamu. Segala cara telah kucoba pertahanan cinta kita, selalu kutitipkan dalam doaku, tapi ku tak mampu melawan restu ...."
Clara terus mengulang lirik yang sama dari lagu berjudul Melawan Restu dari Mahalini tersebut. Karena lagu itu sangat mewakili perasaannya saat ini. Ia tidak direstui menikah dengan pacar beda agamanya yang bernama Algo.
Ya ... mereka sudah berpacaran sejak dua tahun yang lalu. Mereka bertemu ketika Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus).
Algo merupakan kakak angkatan Clara yang merupakan ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang dikenal dengan ketampanan dan sikap dinginnya. Bahkan banyak yang memanggilnya kulkas berjalan.
Kala itu, secara tidak sengaja ... Clara sudah menumpahkan minuman dingin ke almamater milik Algo. Alhasil laki-laki itu marah dan memintanya untuk mencuci. Ia pun menurut saja, pasalnya memang ia yang salah.
Ia sering dihukum oleh Algo karena alasan dendam. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Ia mulai menyukai Clara karena sikapnya yang berbeda dari gadis lain. Ia mampu memikat hatinya dalam waktu yang singkat. Wonderful!
Setelah kejadian itu ... mereka sering bertemu dan menjadi semakin dekat. Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk pacaran. Namun, hubungan mereka dipenuhi bara api karena terhalang restu orang tua. Pasalnya, mereka berbeda keyakinan dan tetap bersikukuh untuk mempertahankan kepercayaan masing-masing.
"Kalau saja Mama sama Papa memberikan restu untuk hubungan Clara, mungkin sekarang Clara nggak akan kabur dari rumah," gumamnya dalam hati.
Ia menghela napas panjang dan mulai memejamkan mata. Karena hari ini ia menginap di kos sahabatnya, Caca. Hatinya gundah setiap kali hubungannya dengan Algo ditentang orang tua.
"Ra, kamu udah tidur?" tanya Caca.
Ia mengambil selimut untuk sahabatnya ini. Kemudian, menyelimutkannya ke tubuh gadis itu.
"Belum," jawabnya.
Ia hanya memejamkan mata untuk menenangkan diri. Batinnya sangat lelah dan tertekan.
"Cepetan tidur, besok kita harus berangkat kuliah pagi. Soalnya besok ada Pak Arya. Duh ... jadi nggak sabar pengen cepet-cepet ngampus," ujar Caca.
Matanya berbinar seperti rembulan malam. Senyum di bibirnya terukir sempurna. Karena ia merupakan salah satu fans fanatik dosen tampan itu. Tidak hanya tampan, tapi juga ... penuh rahasia.
"Ra, kamu kok diam aja? Aku lagi ngomong sama kamu, loh."
Ia menatap Clara penuh tanda tanya. Pasalnya hari ini ia terlihat tak bersemangat sama sekali. Bahkan ia datang ke rumah kosnya secara tiba-tiba. Itu pun langsung nyelonong masuk tanpa salam atau pun sepatah kata.
"Aku denger, kok. Lagi nggak mood jawab aja," celetuknya.
"Kamu ada masalah sama Mama kamu lagi?" tanya Caca penasaran.
Pasalnya ia tahu jika hubungan Clara dan Algo ditentang oleh orang tua mereka masing-masing. Hanya saja ... mereka tetap berhubungan. Karena sudah terlanjur jatuh cinta. Namun, apakah cinta bisa bertahan selamanya?
"Kamu pasti tahu sendiri jawabannya, 'kan?"
Ia mendengus kesal. Karena perkataan mamanya tadi pagi sangat menusuk hati. Dengan tega ia mengatakan jika Clara anak durhaka. Tapi ia juga tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia telanjur jatuh cinta pada Algo.
"Makanya akhiri aja hubungan kamu sama Algo. Lagi pula kalian nggak akan pernah bisa bersama, Ra. Ingat! kalian beda keyakinan. Seamin tapi tak seiman," peringat Caca.
"Nggak bisa, dong. Aku sama Algo udah dua tahun pacaran. Masak iya harus putus gitu aja. Apakah hanya karena masalah keyakinan. Aku mau kok masuk ke agamanya dia," sahut Rara.
Caca menatap sahabatnya ini penuh arti. Di satu sisi ia terharu dengan kisah cinta mereka yang langgeng. Namun di sisi lain ia tak mau sahabatnya menjadi murtad (keluar dari agama Islam).
"Jangan ngomong gitu, Ra. Kamu nggak boleh jadi murtad. Nggak takut siksa api neraka apa?"
"Kemarin aja bilangnya nggak mau masuk agama Algo, kenapa sekarang berubah pikiran?"
Ia geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang terlihat santai dan penuh keyakinan melontarkan kata-katanya.
"Tahu ah, mendingan kita tidur aja. Besok pasti Pak Arya bakalan nunjuk aku lagi buat maju. Menyebalkan emang tuh dosen," kesal Clara.
"Harusnya kamu seneng dong, itu tandanya Pak Arya perhatian sama kamu. Atau jangan-jangan ...."
Belum sempat melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba ponsel Clara bergetar.
Drt ... drt ... drt ....
/0/5140/coverorgin.jpg?v=0b53d6a5308756f7f427f5663e5d32ca&imageMogr2/format/webp)
/0/2251/coverorgin.jpg?v=fbf918b01ec08d9205af32762af53568&imageMogr2/format/webp)
/0/10452/coverorgin.jpg?v=46722536165d01607f1d986a7f69f1bb&imageMogr2/format/webp)
/0/6224/coverorgin.jpg?v=df5b529a56bdf204d382eb960d492acc&imageMogr2/format/webp)
/0/14420/coverorgin.jpg?v=96ad3124502590fff46e33447aeb812f&imageMogr2/format/webp)
/0/4758/coverorgin.jpg?v=32255e702a0e7c7d4d4f30431dbc62f7&imageMogr2/format/webp)
/0/3445/coverorgin.jpg?v=65301042cde472e4db046a33b8ddc99d&imageMogr2/format/webp)
/0/2730/coverorgin.jpg?v=1e4a864a7bd0932a298738a067ff4eeb&imageMogr2/format/webp)
/0/13688/coverorgin.jpg?v=b2f3d3a2f9369a59b0487236b8aae475&imageMogr2/format/webp)
/0/13057/coverorgin.jpg?v=8798b677d1ec431ced455192172bd10d&imageMogr2/format/webp)
/0/3564/coverorgin.jpg?v=91a4d1f077ecb7b4ce88e29b82bcd911&imageMogr2/format/webp)
/0/4111/coverorgin.jpg?v=49c8a6f31c26fa66a2a354791239267b&imageMogr2/format/webp)
/0/3262/coverorgin.jpg?v=ba0d530e17081e7c2a621caef06923d2&imageMogr2/format/webp)