Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
You My Friend ?
5.0
Komentar
9
Penayangan
1
Bab

Fana hardiyatama seorang siswa SMA yang cukup anti sosial semenjak duduk dibangku sekolah dasar. Fana sangat senang bermain game bersama dengan kelima temannya semasa smp dirumah. Kebiasaan fana tersebut, membuatnya tidak memiliki teman selain teman semasa kecilnya dulu. Namun, fana memiliki keunikan tersendiri saat ia mulai serius disaat sedang mengemban tanggung jawab yang ia sengaja atau tak sengaja fana emban. Keunikannya tersebut membuat banyak orang yang menyenanginya, tetapi banyak juga orang yang tak menyukai keunikannya tersebut. Disuatu kejadian yang mampu membuat fana mengeluarkan keunikannya. Justru membuat fana semakin sulit membedakan mana yang teman mana yang musuh. Sehingga membuat fana berniat untuk kembali menjadi siswa anti social dan ingin melepas tanggung jawab yang sedang diembannya. Ditambah dengan kisah cinta lama fana dan realita kejam yang terjadi di sekolah tempat fana menimba ilmu yang memperumit situasi, membuat fana semakin tertekan dengan adanya fata yang ditemukannya tersebut. Akankah fana dapat membedakan musuh dan teman dan menyelesaikan segalanya sampai akhir? Atau fana justru meninggalkan tanggung jawabnya dan memilih kisah percintaannya? Atau fana malah mengabaikan kisah cintanya dan memilih menyelesaikan tanggung jawabnya? Atau justru fana lari dari kenyataan dan kembali menjadi siswa anti sosial?

Bab 1 Namaku Fana

Namaku adalah Fana Hardiyata. Aku bersekolah di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di sekitar tempatku tinggal. Pagi ini aku bersekolah seperti biasa. Memasuki kelas dan duduk dibangku seperti kemarin. Tempat dudukku yang berada di dekat jendela, membuatku dapat melihat keluar kelas. Pagi hari ini, aku mendapat pelajaran dari pak Burhan. Di tengah pak Burhan menjelaskan pelajaran, aku tak sengaja melihat ke luar jendela. Aku melihat pemandangan siswa dan siswi yang sedang melaksanakan mata pelajaran olahraga. Aku kembali memperhatikan guru yang sedang mejelaskan pelajaran di kelas.

Jam istirahat datang. Aku menghabiskan waktu istirahatku dengan makan bekalku yang ku bawa dari rumah. Saat makan bekal, aku baru sadar teman yang duduk di depanku hari ini tidak masuk. Aku kurang banyak bergaul dengan siswa dan siswi di kelasku. Aku lebih menyenangi membaca buku dan menggambar di sebuah buku. Setelah jam istirahat selesai, aku kembali melanjutkan jam pelajaran. Aku memperhatikan guru yang sedang menjelaskan sebuah mata pelajaran. Mata pelajaran hari ini, ku jalani seperti biasa sampai berakhirnya pembelajaran dihari itu. Saat jam pulang, aku keluar dari kelas menuju gerbang sekolah dengan melewati lapangan sekolah. Sesampainya di gerbang sekolah, aku berjalan menuju pemberhentian angkot. Aku pulang menggunakan angkutan kota. Memerlukan waktu 10 sampai 15 menit untuk sampai komplek rumahku. Sesampai komplek, aku berjalan ke ujung komplek. Diujung komplek itulah tempat tinggalku selama ini.

Aku tinggal sendiri dirumah yang di belikan oleh ayah 3 tahun yang lalu. Pulang dari sekolah, aku menaruh tasku di kursi ruang bermain. Aku langsung beres-beres membersihkan ruang bermain dan ruang dapur. Saat sedang menyapu lantai, tiba-tiba terdengar suara dari luar rumah.

Tok...tok...tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah.

"fan, kenapa dikunci?"

"fan..." teriakan seorang perempuan dari luar pintu.

"iya, sebentar." Jawabku.

Aku berjalan ke pintu depan dengan membawa sapu yang sedang kupegang. Mendengar suara yang berteriak, aku menduga itu suara dari fania.

"iya, biar aman aja makanya langsung dikunci." Jawabku sambil membuka kunci lalu membukakan pintu.

"ah, lu ngapa ninggalin gue tadi disekolah. Pulang duluan malah." Ucap fania sambil berjalan masuk kerumahku.

"ah tadi aku pikir, aku langsung pulang biar kita semua bisa kumpul disini." Jawabku kepada fania.

"oh gitu, yaudahlah."

"Hari ini panas sekali."

"Aku jadi merasa sangat dehidrasi." Ungkap fania.

Nia langsung berjalan kedapur untuk melepas dahaganya. Selagi menunggu fania sedang mengambil minum, aku menghidupkan computer yang biasa di tempati oleh fania.

Aku melanjutkan bersih-bersihku yang belum selesai. Nia kembali dengan membawa sebuah cangkir yang berisi air mineral.

"belum selesai nyapunya? " tanya fania.

"sebentar lagi selesai, lalu buang sampah dan selesai." Jawabku sambil bersih-bersih menggunakan sapu.

"ok gue bantu buang sampah. Buang sampah ketempat pembuangan akhir kan?" ujar fania sambil pergi kedapur untuk mengambil beberapa kantung sampah.

"nia, biar aku aja gpp." Jawabku.

"gpp, santai aja. Kayak sama siapa aja." Ucap fania sambil menenteng trash bag untuk dibuang.

"hati-hati nia." Ucapku sambil kembali bersih-besih.

Aku menyelesaikan bersih-bersih lantai dengan sapu. Setelah selesai nyapu, aku tidak melihat nia yang kembali dari membuang sampah. Aku coba mencari nia dari teras rumah. Aku melihat nia baru kembali dari membuang sampah.

"kok lama banget buang sampahnya?" tanyaku kepada fania.

"tadi ngobrol sebentar sama tetangga." Jawab fania sambil berjalan masuk kedalam rumah.

Aku kembali masuk kedalam rumah dan langsung duduk dikursi depan komputerku.

Fania kembali dari dapur, fania menutup pintu depan lalu berjalan dan duduk di kursi depan computer nia.

"yakin gpp di tutup pintu depannya?" tanyaku kepada fania.

"gpp, santai aja, jendela juga dibuka." Jawab fania.

"hari ini umar enggak datang?"

"entahlah, bentar gue chat dulu."

Selagi menunggu jawaban dari umar, aku menurunkan mouse dan keyboard dari meja. Lalu aku membuka tasku dan mengeluarkan beberapa buku untuk mengerjakan PR sekolah untuk esok hari. Aku berusaha menyelesaikan tugas sekolah sebelum bermain bersama fania hari ini. Saat aku sedang mengerjakan PR didepan komputerku, terdengar suara langkah nia sedang berjalan.

"ada PR ya?" tanya fania yang berdiri di samping mejaku sambil menenteng cangkir.

Aku menoleh dan berkata "ah , iya. Aku selesaikan dulu baru kita bisa bermain."

"memang PR dari siapa?"

"dari pelajaran matematika."

"eh pak Burhan ya? Bapak itu selalu saja memberikan PR." Ucap fania sambil kembali ke tempat duduknya.

Aku hanya terdiam dan menyelesaikan tugasku.

Setelah menyelesaikan PR, aku menghidupkan komputerku. Aku juga memasang keyboard dan mouse yang kuturunkan sebelumnya. Sambil menunggu booting computer, aku berdiri untuk melihat keadaan nia. Nia terlihat sedang serius memainkan game di layar monitornya. Setelah melihat nia, aku kembali duduk dan login untuk masuk ke game yang sama dengan nia. Saat sudah masuk didalam game, aku melihat nia sedang berada di tengah permainan. Sambil menunggu nia selesai bermain game, aku pergi kedapur untuk mengambil minum.

Sekembalinya dari dapur, aku membawa sebuah cangkir dan kembali duduk di depan layar monitor. Sebelum bermain, aku mengenakan headphone.

"udah selesai." Ucap nia dari headphone.

"iya udah. Match tadi menang enggak?" jawabku kepada nia.

"menang, tapi dapet team yang agak toxic."

"oh gitu. Gimana kabar umar?" tanya ku.

"katanya dia lagi sibuk di ekskulnya. Jadi enggak datang hari ini katanya."

"oh gitu, pharjo gmn?"

"dia lagi ada kegiatan osis. Masalah perekrutan katanya."

"oh gitu yaudah, yuk kita mulai aja."

"ya."

Beberapa kami bermain game berdua dirumah ku. Hari sudah semakin gelap, menunjukan waktu mulai malam. Nia juga sudah terlihat kelelahan dari raut wajahnya.

"ok deh, gue pulang ya." Ucap nia.

"iya, gpp pulang sendiri? mau dianter enggak? " tanya ku.

"enggak usah. Lebay deh, dari teras rumah lu aja, masih keliatan rumah gue. Dah ya, gue harus buru-buru pulang biar enggak ketinggalan makan malam." Ucap nia sambil berlari meninggalkan rumahku.

"hati-hati."

"iya." Jawabnya.

Setelah nia pulang, Aku pergi kedapur. Aku mengambil beberapa persediaan makanan dari kulkas untuk dimasak sebagai makan malam. Sehabis makan aku mandi dan bersiap untuk tidur, sebelum tidur, aku menyempatkan waktu untuk melihat kembali tugas yang sudah kukerjakan tadi siang. Sambil memeriksa pekerjaan rumahku, aku juga membuka media social yang banyak digunakan di sekolahku. Melihat obrolan di grub kelas, terlihat mereka sedang membicarakan hasil pemilihan ketua osis yang telah usai. Banyak yang menyatakan kekecewaan ada juga yang sangat mendukung. Pro dan kontra sangat terlihat jelas dalam obrolan di grub kelas. Setelah dirasa sudah malam, aku memutuskan menyudahi melihat obrolan di media social dan menutup buku-buku pelajaranku. Aku lekas mematikan komputerku dan pergi untuk tidur.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku