Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Still Love You
5.0
Komentar
883
Penayangan
39
Bab

Nyatanya cinta bertepuk sebelah tangan membuat Yudis menyerah, dalam menanti balasan cinta Feli gadis yang bertahun-tahun dia temani dalam suka duka. Namun, saat Feli ingin mendapatkan cinta Yudis. Yudis sudah di jodoh kan dengan Sarah gadis pilihan sang ibu. Apakah Feli mampu merebut hati Yudis kembali atau Yudis dengan Sarah.

Bab 1 Cukup sampai disini

Beberapa tahun berlalu setelah Feli dan Yudis lulus sekolah menengah atas. Dan lulus universitas pula di sebuah universitas ternama di Indonesia.

Selama itu pula dengan setianya Yudis, selalu menemani Feli. Kemanapun dia berada, sampai saat ini pula balasan cinta Yudis belum terjawab oleh Feli. Yah masih bertepuk sebelah tangan, hanya dia yang berjuang sedangkan Feli tidak.

Memikirkan itu membuat Yudis, dilanda sebuah dilema dia ingin kejelasan hubungannya dengan Feli.

"Hari ini aku akan mengambil keputusan, tentang hubungan kita. Yang gak jelas ini Fel," gumam Yudis, menatap kosong ke depan.

Kemudian Yudis mengetik sebuah pesan untuk Feli, dan setelah mendapatkan balasan Yudis menyimpan ponsel pintarnya, lalu melanjutkan pekerjaannya di perusahaan sang ayah Mike. Ya setelah lulus dari bangku kuliah Yudis langsung menduduki kursi wakil CEO, sang ayah ingin terlebih dulu Yudis belajar sebelum dia menjadi CEO menggantikan dirinya.

Sedangkan Feli, dia bekerja sebagai sekretarisnya Gemy. Setelah masa lalu yang diceritakan oleh Gemy membuat Feli dan Gemy menjadi dekat. Membuat hubungan adik kakak mereka sangat erat, membuat siapa saja bisa menyangka jika Feli dan Gemy pasangan. Begitu pun Feli dan Gemy mereka langsung bekerja di perusahaan keluarga yang digabung jadi satu. Keluarga Gemy dan ayah Feli.

Awal nya Feli menolak jadi sekretaris Gemy. Namun, permintaan Anisa yang membuat Feli menyetujui dirinya jadi sekretaris Gemy.

Flashback On

"Hah!! No, aku gak mau ya. Nis, aku gak mau jadi sekretarisnya si Gemy." Tolak Feli. Setelah Anisa menceritakan alasan kenapa dia yang harus jadi sekertaris Gemy.

"Pleas Feli, kamu kan bakal jadi ipar aku. Jadi aku mohon jadi sekretaris Gemy yah untuk sementara ini ko, yah." Pinta Anisa, membuat Feli menautkan kedua alisnya. Anisa terlalu berlebihan menurutnya, karena dia gak mau Gemy kecantol cewek lain.

"Huff, kenapa sih gak lo aja. Nis, kan lo tunangannya. Kenapa gak lo aja," kesal Feli cemberut.

"Kamu kan tau Fel, aku kerja di perusahaan lain. Dan belum selesai kontraknya, aku janji setelah aku selesai, aku bakal jadi sekretarisnya Gemy." Jelas Anisa.

"Yah please," pinta Anisa lagi dengan wajah memelas.

"Ayolah Feli," rengek Anisa.

"Ya udah deh ahh, lo yah kalo bukan sahabat gue. Gue ogah nolongin lo," ucap Feli ketus, membuat Anisa tertawa.

"Kamu memang ipar yang baik." Anisa mencubit pipi chubby Feli, membuat Feli memutar bola mata malas, dan mengusap pipinya.

"Dasar lo nyebelin Nis, ini sih kaya gue. Jagain jodoh lo," gerutu Feli.

Ucapan Feli membuat Anisa terkekeh, mereka pun melanjutkan acara gosip mereka.

Flashback off

Tak terasa waktu sudah menunjukan jam pulang kerja, Feli bersiap-siap untuk pulang setelah menanyakan apa Gemy akan pulang langsung atau tidak?

"Gem, lo mau langsung pulang ?atau gimana?" tanya Feli, pada Gemy yang sedang membereskan berkas-berkas di meja.

"Gue mau jemput Anisa, lo pulang aja bentar lagi gue keluar ko." Jawab Gemy, dan Feli mengangguk.

"Ya udah kalo gitu, gue pulang duluan yah, bye." Pamit Feli pada Gemy, dan keluar dari ruangan Gemy. Dan menekan lift menuju lantai satu. Feli akan langsung ke tempat biasa dia dan Yudis bertemu.

Saat masuk mobil, Feli mengirim pesan pada Yudis bahwa dia sedang berada dalam perjalanan. Feli melaju meninggalkan halaman kantor di dalam perjalanan, Feli ditemani oleh musik yang di putar di mobil nya lewat bluetooth.

Berpuluh menit kemudian, Feli sudah sampai dan memarkirkan mobilnya, kemudian turun dan berjalan ke arah taman. Taman yang sering di datangi oleh Yudis dan Feli di akhir pekan.

Feli duduk di tempat biasa sambil memandangi anak-anak yang tengah bermain sore. Feli tersenyum membayangkan dirinya memiliki anak kecil yang berlari dan memanggilnya Mommy.

Tak lama Yudis pun datang, dan menyapa Feli.

"Sudah lama?" tanya Yudis.

"Belum," jawab Feli sambil tersenyum manis, senyum yang selalu meluluhkan hati Yudis.

Hingga beberapa menit mereka hanya diam, menatap lurus ke depan.

"Tumben ngajak ketemuan, ada apa?" tanya Feli membuka suara terlebih dulu. Feli sudah berubah tak pernah berbicara ketus pada Yudis.

Yudis tak menjawab, dia menoleh mengamati wajah cantik yang sudah menghiasi hari-harinya untuk yang terakhir kali. Karena tak ada jawaban dari Yudis Feli menoleh dan tatapan mereka beradu, mereka saling tatap sampai Yudis memutuskan pandangannya terlebih dulu.

"Fel, bagaimana jawabanmu? Apa masih belum bisa ngasih, jawaban juga?" tanya Yudis.

"Maksudnya, bagaimana?" Feli bertanya pada Yudis dengan heran, membuat Yudis menghela napas secara kasar dia bosan, sangat bosan Feli selalu begitu pura-pura tidak tahu.

"Jangan pura-pura tidak tau, dan tidak mengerti Feli." Desis Yudis mencoba mengontrol emosinya.

"Yudis aku..." Feli tidak bisa meneruskan kata-katanya, karena Yudis memotongnya sebelum Feli berbicara.

"Baiklah, jika kamu tidak mengerti dan terus saja berpura-pura. Aku akan jelaskan bagaimana kelanjutan hubungan, kita? Apa kamu tidak akan membalas pernyataan, cintaku? Apa kamu akan tetap menggantung hubungan kita ini, Feli? Apa kamu tidak akan memberi kepastian, padaku?" tanya Yudis panjang lebar, dengan suara yang dingin. Suara yang untuk pertama kali Feli dengar.

Feli hanya diam, mendengar perkataan Yudis. Dia tidak menjawab.

"Dan seperti biasa kamu hanya bisa diam, atau mengalihkan pembicaraan ke topik lain." Yudis berucap dengan ketus, menahan emosi.

"Yudis aku..." Feli sampai sekarang masih bingung, dengan hatinya. Setiap hari Yudis selalu bersama dengannya walau Feli tidak memberi kepastian.

"Sudah cukup Feli, aku tau jawaban kamu. Dan mulai sekarang aku menyerah memperjuangkan cintamu, aku lelah berjuang sendiri, sementara kamu tidak pernah berusaha untuk mencintaiku. Kamu tidak bisa move on dari masa lalu mu," ujar Yudis, Yudis berdiri di hadapan Feli.

"Aku pergi Feli, jangan pernah mencariku atau menghubungiku lagi. Semoga kamu, bahagia Feli." Yudis mengusap pipi Feli, untuk terakhir kalinya.

Setelah mengatakan itu, Yudis pergi dari hadapan Feli sebelum Feli berbicara dan tanpa menoleh ke belakang.

Feli memejamkan matanya, dia menoleh ke belakang. Dan melihat Yudis sudah menjauh, kemudian Feli bangkit dari duduknya, berusaha mengejar Yudis. Dia tidak akan membiarkan, laki-laki sebaik Yudis pergi. Dia tidak akan, mengulangi kesalahan yang sama.

"Yudis, Yudis tunggu, Yudis jangan seperti ini. Jangan tinggalkan aku," teriak Feli.

Tapi sayang Yudis tetap tak menoleh ke belakang dia sudah benar-benar menyerah, memperjuangkan cintanya pada Feli. Tapi Feli seperti mempermainkannya.

Di dalam mobil, Yudis menghembuskan napasnya secara kasar, sampai kapan pun Yudis akan selalu mencintai Feli walau sekarang dia tidak akan menghubungi Feli lagi dan menemuinya. Yudis merogoh ponsel di dalam saku celananya dan memblokir nomor Feli.

"Semuanya, sudah selesai Feli." Lirih Yudis menyeka air matanya.

Di Taman

Feli menangis sesegukan di bangku taman, dia tidak bisa mengejar Yudis dan tidak bisa menyakinkan hatinya.

Feli sadar sudah bertahun-tahun dia menggantungkan Yudis.

"Maafkan aku Yudis," gumam Feli.

Feli mencoba menghubungi Yudis.

"Kenapa tidak bisa?" tanyanya pada diri sendiri.

"Maafkan aku Yudis, maaf." Lirih Feli, menatap nanar wallpaper yang menampilkan fotonya dengan Yudis.

Entah mengapa perpisahan dengan Yudis lebih sakit, dibandingkan perpisahannya dengan Radit dulu.

Bersambung...

Maaf typo

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh AriNovanie

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku