/0/25091/coverorgin.jpg?v=32fc9b36aa4ede9f3eedb3c97ca99daa&imageMogr2/format/webp)
Jakarta, 14 Maret 2022
"Oh, ya ampun. Gue telat!"
Seorang gadis bertubuh molek menyibak selimut, dia loncat dari tempat tidur.
"Aduh, sakit," pekiknya dengan meringis, karena tergesa dia menabrak kursi nakas. "Dasar kayu bodoh, beraninya nabrak gue!" omelnya dengan memukul meja itu. "Anjir malah tangan gue yang sakit," gerutunya kesal. Lalu dia berlari pergi ke kamar mandi. Gadis ceroboh itu, bernama Shintia. Dia bekerja di perusahaan terbesar di Indonesia. Acsimid company.
***
"Telat lagi, lo? Gak mandi lagi?" Belum sempat Sintia mendaratkan bokongnya di kursi kerjanya sang teman sudah menyambutnya dengan ocehan.
"Ya gitu deh." Shintia mengangkat bahu, acuh tak acuh.
"Astaga, Shin!" Nola menepuk jidatnya. "Elu tau kan, hari ini akan datang CEO baru. Anak-anak yang lain dandan abis-abisan. Eh, elu malah nggak mandi. Parah lo ya." Nola menggeleng lemah.
"Terus gue peduli gitu?"
"Ya mau sampai kapan elu terus seperti ini. Move on dong. Semua udah berakhir dan coba deh elu memulai hidup baru. Buka hati agar dapat pengganti. Ya, kali aja kalau elu dandan sekarang tuh CEO baru suka sama elu gitu."
Shintia mengorek kupingnya yang terasa gatal dia sudah bosan mendengar ceramah sahabatnya Nola. Meminta dia move on, menjodohkan, menyuruh berdandan agar banyak pria yang suka. Namun, semua itu dianggap angin lalu. Bagi Shintia hanya ada satu cinta meskipun pria yang sangat dicintai berada di masa lalu tapi semua tak bisa mengurangi perasaannya yang dalam.
"Shin! Elu dengar gue kan!" Nola kesal karena diabaikan. Namun, Shintia tak menjawab. Dia menyimpan tas di loker dan menggeser kursi kerja, menekan tombol monitor.
"Eh, vangke. Elu denger gue kan?" Nola mendorong bahu Shintia.
"Iya, bawel!"
"Terus kenapa gue diabaikan?"
"Ya elu, gue baru datang bukan disuguhi kopi malah dimarahi. Nih ya, mau gue mandi atau kagak tetap aja cantik, yang penting kan wangi."
"Iya yang suka banyak tapi elunya gak mau mulu percuma!"
"Udah gak usah bahas aneh-aneh. Sekarang buruan bikinin gue kopi."
"Gue buatin lu kopi?" Nola menunjuk dirinya dengan jari.
"Iya. Sana gih," jawab Shintia.
"Ogaaaah!" tolak Nola.
"Kalau nggak mau berbaik hati sama gue, sekarang elu kerja sono! Jangan ngoceh mulu, dimarahi Pak Felix, nangis kejer lo."
"Gak usah rusak mood gue dengan bawa-bawa nama si tua itu pagi-pagi deh."
"Jangan gitu sama pacar, Nol," goda Shintia.
"Bacot lu!" Nola melempar bolpoin ke arah temannya. Bukan marah Shintia justru tertawa geli melihat wajah temannya yang kesal.
Suasana menjadi hening dalam beberapa saat, mereka sibuk memeriksa laporan pengeluaran barang dari operator gudang. Kening Shintia mengerut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan monitor memastikan penglihatannya tidak salah.
"Napa lo, Shin?" tanya Noli.
Shintia tak menjawab, dia masih fokus dengan semua laporan yang ada di layar monitor. Tangannya dengan lincah menekan mouse, membuka setiap file. Nola menyadari itu. Dia menyodorkan sebuah buku agenda pada Shintia.
"Shin, lo lihat ini deh."
"Apa sih? Gue lagi pusing nih," jawabnya tanpa menoleh.
"Gue tahu, makanya elu lihat dulu buku ini."
Bukan menjawab Shintia justru berbicara sendiri. "Perasaan gue kasih rincian harga nggak gini deh, kok sekarang beda ya? Apa gue lupa?"
"Nah, Lo pasti aneh kan? Makanya lihat buku ini juga." Nola melemparkan agenda itu ke atas meja Shintia. Gadis cantik dan molek itu menerima buku itu.
/0/12642/coverorgin.jpg?v=2cfc3e90b31d68257d82ceeb88ef0388&imageMogr2/format/webp)
/0/5223/coverorgin.jpg?v=da039e591220a2dad0e04df298476681&imageMogr2/format/webp)
/0/16486/coverorgin.jpg?v=34ad0f647000aa76ff52d6f02460b85f&imageMogr2/format/webp)
/0/17428/coverorgin.jpg?v=2cc6f1713c4b54b04a5081d42c17c767&imageMogr2/format/webp)
/0/13021/coverorgin.jpg?v=ec43d33d2e3b5300094f0312a3a61c05&imageMogr2/format/webp)
/0/5274/coverorgin.jpg?v=6c0468ae171a01ff8164588e81f7dc7f&imageMogr2/format/webp)
/0/17268/coverorgin.jpg?v=688568008184e8f8f47c63e7e986b469&imageMogr2/format/webp)
/0/16695/coverorgin.jpg?v=49123be41f7ee72bdbc5bab43fb08273&imageMogr2/format/webp)
/0/20602/coverorgin.jpg?v=d75af516ce6fb953d1ae24f7069b49dd&imageMogr2/format/webp)
/0/30691/coverorgin.jpg?v=dcfd293ed4ecd50f1a2adda1ce0fa51f&imageMogr2/format/webp)
/0/3531/coverorgin.jpg?v=20250122112927&imageMogr2/format/webp)
/0/6716/coverorgin.jpg?v=aa47d8853cb4fc2d190f699a4e96e89a&imageMogr2/format/webp)
/0/13040/coverorgin.jpg?v=df3bb57e7a690203159e06e2277418f4&imageMogr2/format/webp)
/0/13167/coverorgin.jpg?v=fbe3725e71f0b9d903e30a34735feaff&imageMogr2/format/webp)
/0/24410/coverorgin.jpg?v=30f6326ee82a632700fc03ebabc4fe71&imageMogr2/format/webp)
/0/19442/coverorgin.jpg?v=514b8f74f4a80f5752760ff512d8e672&imageMogr2/format/webp)
/0/5718/coverorgin.jpg?v=8a810f1f6341293bfe26070b3b2d6fbc&imageMogr2/format/webp)
/0/8338/coverorgin.jpg?v=810c2c2a05cc4ef5f8d2ddd2f58f704c&imageMogr2/format/webp)
/0/18416/coverorgin.jpg?v=d0f75179b592122a3b9ae1b844a4c2d0&imageMogr2/format/webp)