Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Cantik, memiliki visual yang sempurna, kaya dan juga berkelas, itulah yang tersemat pada Alenia Lorca. Usianya masih terbilang muda 27 tahun, namun ia sudah menjabat sebagai seorang CEO di perusahaan LC yang bergerak dibidang properti dan pertambangan. Belum lagi kini ia sudah menjadi tunangan Mark Martin 30 tahun, desainer terkenal di kota New York.
Terlahir dari keluarga yang kaya raya, Alenia sendiri memiliki saham sebesar 30% warisan dari mendiang ibunya di perusahaan LC, nyatanya tak membuat Alenia hidup dengan bahagia. Ia kesepian, terlebih ketika ibu yang sangat ia cintai meninggal 3 tahun lalu. Seolah tak ingin membiarkan Alenia tenang, Javer Lorca, ayah kandungnya menikah lagi dengan teman ibunya sendiri, Julia 50 tahun. Membawa seorang anak perempuan yang berusia tak jauh darinya, Amora Lorca 25 tahun.
Hidup Alenia bagai roller coaster, naik-turun dan berputar di titik itu-itu saja. Beruntung ia memiliki Mark Martin yang begitu memperhatikannya sehingga kini Alenia tidak terlalu kesepian lagi.
Dan hari ini adalah malam yang sangat dinantikan oleh Alenia. Hari ini adalah hari jadinya dan Mark, Alenia ingin memberikan sedikit kejutan pada tunangan yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
Suara klakson mobil terdengar cukup keras di tengah malam yang pekat dan sepi. Alenia berlari menuju jendela, mengintip dari celahnya untuk memastikan bahwa mobil yang datang itu adalah mobil yang ia tunggu sedari tadi sore. Dan benar saja, semua seperti dugaannya itu adalah mobil milik Mark. Mereka sudah menjalani hubungan selama satu tahun terakhir ini dan memutuskan untuk menikah setelah satu bulan yang lalu Mark melamarnya.
Alenia sudah menyiapkan pesta kejutan kecil untuk Mark. Sejak sore Alenia sudah menunggu Mark pulang dari bekerja, ia sangat bersemangat hingga menyiapkan semuanya sendirian. Dan kini Mark sudah pulang, dengan cepat ia bersembunyi di dalam kamar dengan sebuah cake di tangannya.
Wajah Alenia tak henti-hentinya tersenyum, ia sudah tidak sabar lagi untuk melihat reaksi Mark atas kejutannya itu. Namun lama Alenia menunggu tak ada tanda-tanda Mark datang, lilin yang menyala di cake-nya sudah mulai meleleh, Alenia sedikit bingung.
Alenia bersiap untuk membuka pintu, namun tiba-tiba terdengar langkah kaki tak beraturan dari luar kamar. Alenia mengurungkan niatnya, ia tetap berdiri dan menunggu hingga akhirnya pintu terbuka. Namun Alenia terkejut. Sebuah pemandangan yang tidak menyenangkan nampak dihadapannya.
Dua orang manusia dengan gender yang berbeda itu tengah asyik menautkan bibir satu sama lain. Baju Sang Pria yang tak lain adalah Mark itu sudah acak-acakan, begitupun dengan Sang Wanita. Tiba-tiba Cake di tangan Alenia terjatuh, matanya membulat dengan mulut yang ternganga lebar.
Kedua orang yang sedang silaturahmi bibir itu menyadari keberadaan Alenia, terutama Mark. Ia terkesiap dalam beberapa saat, menyadari sesuatu dari manik mata Alenia yang mulai berair. "Ale," lirihnya pelan.
Alenia dengan cepat menguasai diri agar terlihat tidak terlalu menyedihkan dihadapan kedua orang pengkhianat itu. Bagaimana tidak, selain kekasihnya. Di sana ada adik tirinya, Amora Lorca.
"Teruskan saja! Kalian memang spesies yang sama," ujar Alenia dengan nada sarkasanya.
Alenia berlalu, namun Mark segera menahan tangannyanya. "Aku bisa menjelaskan semuanya."
Sudut bibir Alenia terangkat, tersenyum sinis mendengar ucapan Mark. Namun tak lama, dengan kasar ia menghempaskan tangan Mark yang memegang pergelangan tangannya lalu melanjutkan kembali langkahnya.
"Kakak tidak harus menyalahkan kami, kakak yang datang ditengah-tengah kami. Aku dan Mark sudah berkencan lebih dari dua tahun lalu," kata Amora yang seketika menghentikan langkah Alenia.
"Kalau begitu, aku minta maaf!" Jawab Alenia yang tidak bisa menahan dirinya untuk diam saja.