Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Cinta Crazy Rich Muda

Gairah Cinta Crazy Rich Muda

Menook We

5.0
Komentar
638
Penayangan
20
Bab

Perjuangan seorang Satria Abraham di dalam mendapatkakan hati istrinya. Alira Maulidina. Yang telah di nikahinya selama enam bulan ke belakang, dan akan di ceraikannya enam bulan kemudian, akibat sebuah perjodohan yang tak pernah di inginkannya. Setelah kehancuran hatinya yang mencinta, di patahkan begitu saja oleh video syur kekasihnya yang tersebar di media sosial, membuatnya memalingkan hati, menciptakan gairah cinta untuk seorang Alira dan harus bisa tetap mempertahankan hubungan rumah tangganya. Harus bisa membatalkan surat perjanjian pernikahan yang sempat di buat dan di tanda tanganinya, dan yang paling utama, harus bisa memisahkan Alira dari seorang Adam, lelaki pemilik hati istrinya, kekasih dari Alira.

Bab 1 Di Paksa Putus

Brukkkk

Alira melempar tas selempangnya dengan kesal ke atas kasur, segera manjatuhkan tubuh langsingnya di atas ranjang, sebelum membenamkan wajah cantiknya ke dalam bantal.

Dengan air matanya yang berderai, Alira hanya bisa menangis, terisak dan tergugu, memikirkan bagaimana nasib dan masa depannya setelah ini.

Dia masih tak percaya, bagaimana bisa kedua orang tuanya menjodohkannya begitu saja, tiba-tiba, tanpa ada angin ataupun hujan, menjadikan hidupnya bagaikan kisah seorang Siti Nurbaya.

"Kenapa harus punya hutang sih Yah? kenapa harus membayar hutang dengan aku Yah? kenapa? aku kan anak Ayah? anak kandung Ayah! bukan anak tiri Yah...,"

"Aku baru saja selesai kuliah Yah, perjalananku masih sangat panjang! bahkan aku masih mencari kerja dan belum pernah merasakan uang hasil kerja kerasku sendiri, bagaimana bisa Ayah menjodohkanku Yah? bagaimana bisa? bagaimana dengan masa depanku Yah? bagaimana dengan kisah cintaku bersama Adam Yah? bagaimana?" gumamnya pelan, dengan wajahnya yang semakin basah, membalikkan posisi tubuhnya menjadi terlentang.

Sebelum berteriak, menjambak rambut hitamnya sendiri karena rasa frustasi yang di rasakannya.

"Adam.. aku di jodohkan Dam...bagaimana ini Dam? aku di jodohkan sama Ayah Ibuku Dam...," tangis Alira tergugu, memanggil nama kekasih hatinya, sebelum menutup wajah cantiknya dengan kedua telapak tangannya, tak mampu menahan rasa sakit yang dirasakannya.

Sangat sakit, menghimpit perasaannya, sangat kuat, hingga membuatnya sesak susah sekali untuknya bernafas.

"Apa kita harus putus Dam? tapi aku nggak mau putus sama kamu Dam...aku masih sangat mencintai kamu...setelah enam tahun hubungan kita, percintaan kita, bagaimana bisa? aku nggak mau putus sama kamu Dam...!" ucapnya lagi, sebelum berteriak histeris, melampiaskan rasa sakit di hatinya.

Di ikuti dengan mengalihkannya pandangannya, ke arah pintu kamarnya yang terbuka, beradu pandang dengan Bu Rani, ibu kandungnya sendiri.

Yang mengayunkan langkah perlahan, dengan wajah yang sangat sendu mendekati dirinya yang masih menangis tergugu.

"Lira...," panggil Bu Rani, dengan sorot mata pilunya memanggil lirih nama anak gadisnya.

"Bu...," jawab Alira, dengan bibirnya yang bergetar, mata yang memerah segera beranjak bangun, untuk berhambur ke dalam pelukan hangat ibunya.

"Ibu minta maaf ya Ra? Ibu nggak bisa berbuat apa-apa untuk kamu Ra..., Ibu minta maaf...," lirih Bu Rani, ikut menitikan air matanya, membelai lembut puncak kepala anaknya, membalas pelukan Alira.

"Kenapa harus aku yang dijodohkan sih Bu? kenapa harus aku?" tanya Alira, terisak masih di pelukan ibunya.

Tak membuat Bu Rani bersuara, hanya menangis membelai lembut puncak kepala putri sulungnya.

"Apa karena statusku yang anak pertama Bu? harusnya Ibu melahirkanku menjadi anak kedua Bu! biar aku bisa menikmati kebahagiaanku sendiri! sesuai jalan yang aku sukai sendiri Bu...," jawab Alira dengan deraian air matanya yang sempurna membasahi pipi mulusnya.

Sebelum menarik kepalanya pelan, beradu pandang dengan Bu Rani yang terlihat sendu menatapnya pilu.

"Bagaimana dengan masa depanku Bu? cita-citaku? impianku? bahkan aku belum bisa memberikan ibu gaji pertamaku Bu, aku belum bekerja, bagaimana bisa Ayah menyuruhku menikah Bu? bagaimana bisa?" lanjut Alira, dengan tangisannya yang semakin tergugu.

Menatap lekat mata basah Ibunya, dengan sikapnya yang memohon.

"Maafkan Ibu Sayang, Ibu minta maaf ...," ucap Bu Rani, menyeka lembut pipi anak gadisnya, dengan perasaan sakit di hatinya, merasa tak berdaya dengan permohonan Alira.

Karena hutang Budi suaminya, yang memaksanya untuk diam, tak mampu berbuat banyak untuk menghentikan perjodohan yang diminta calon besannya.

Sahabat baik dari suaminya, yang telah banyak membanu kehidupan keluarganya.

***

Flasback

"Assalamualaikum," ucap Alira, mengayunkan langkahnya masuk kedalam rumah, mengulaskan senyumnya kepada Ayah dan Ibunya yang sedang duduk bersantai di depan tv di ruang keluarga menjawab salamnya kompak.

"Waalaikum Salam, sudah pulang Ra?" jawab Bu Rani menikmati kue kering yang tersaji, mengulaskan senyumnya kepada Alira yang mengayunkan langkah mendekatinya.

"Sudah Bu," jawab Alira, mencium tangan kedua orang tuanya bergantian, sebelum duduk di sebelah Ayah Pras, sesaat setelah mencomot satu kue kering di atas meja.

"Gimana? lancar interviewnya?" tanya Ayah Pras yang di jawab dengan anggukan pelan kepala Alira.

"Doain ya Yah? Bu?" jawab Alira, di sela kunyahannya.

"Aamiin. semoga keterima ya Ra?" jawab Bu Rani, di ikuti dengan kata Amin Ayah Pras dan Alira.

"Emmm...Ayah ingin bicara sama kamu bisa?" ucap Ayah Pras, mengalihkan pandangan Alira yang mengangguk pelan menatapnya.

"Bicara aja Yah, kenapa harus pakai izin?" jawab Alira santai, kembali menyuapkan kue kering ke dalam mulutnya menatap Ayahnya.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Adam Ra? baik-baik saja?" tanya Ayah Pras yang di sambut dengan anggukan kepala Alira yang masih mengunyah kue di mulutnya.

"Baik Yah, nggak ada masalah, cuma Adam sekarang lagi di luar kota jadi kangen deh nggak bisa ketemu," jawab Alira terkekeh.

Mengalihkan pandangan Ayah Pras, beradu pandang dengan Ibu Rani yang terdiam.

"Apa Ayah sama Ibu boleh minta sesuatu sama kamu Ra?" tanya Ayah Pras lagi hati-hati.

"Minta apa Yah?" jawab Alira sebelum tersedak dengan kalimat Ayahnya.

"Kamu putus sama Adam ya?" lanjut Ayah Pras, menyentakkan hati Alira, membuatnya terbatuk.

"Minum dulu Ra," Bu Rani bersuara, memberikan segelas teh hangat milik suaminya kepada Alira.

"Kenapa Yah? kenapa aku harus putus sama Adam?" tanya Alira, dengan sorot mata bingungnya, sesaat setelah menenggak habis teh hangat pemberian Ibunya.

"Karena kamu harus menikah sama Satria Ra, anak Om Bagaskara." jawab Ayah Pras, membulatkan mata Alira menatapnya.

"Ayah bercanda kan?" tanya Alira, sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Bu Rani yang terdiam, masih duduk di samping ayahnya menatapnya sendu.

"Ayah bercanda kan Bu? ayo Bu tolong bilang sama aku kalau Ayah sedang bercanda!" ucap Alira, dengan wajah tak percayanya ingin mencari pembelaan Ibunya.

Sebelum mengulaskan senyum getirnya, dengan matanya yang berkaca-kaca mengalihkan pandagannya ke arah Ayah Pras yang terdiam menatapnya.

"Ayolah Yah..., Ayah pasti bercanda kan?" lirih Alira, ingin mencari kebohongan di wajah ayahnya.

Namun tak menemukannya, yang dia temukan hanya gelengan pelan kepala Ayah Pras, dengan sorot mata sendu menatapnya dalam.

Menggetarkan bibir Alira, menitikan air matanya membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Aku nggak mau menikah sama Satria Yah, dan aku nggak mau putus sama Adam!" jawab Alira, menyeka air matanya pelan tak menatap Ayahnya.

"Kamu harus nikah sama Satria Ra, Ayah mohon sama kamu, kamu menyetujuinya ya?" mohon Ayah Pras, mengalihkan kembali pandangan Alira menatapnya.

"Tapi kenapa Yah? kenapa tiba-tiba?"

"Karena hutang Budi Ayah Ra!" jawab Ayah Pras, dengan nafasnya yang memburu, semakin memecahkan tangis Alira.

"Ayah minta tolong sama kamu, tolong kamu ngerti posisi Ayah...," lirih Ayah Pras, beradu pandang, memohon kepada anak gadisnya.

"Bagaimana dengan posisiku Yah? hatiku? perasaanku? tolong mengerti aku juga Yah...," lirih Alira.

Tak membuat Ayah Pras bersuara, hanya membuang pandangannya ke sembarang arah, dengan helaan nafasnya yang terdengar berat mengusap wajahnya pelan.

" Apa kamu ingat dulu Ra? saat usaha Ayah kamu ini hampir bangkrut? Om Bagas yang membantu Ayah, Om Bagas menyuntikkan dana hingga usaha Ayah bisa berdiri tegak seperti sekarang ini!" ucap Ayah Pras, dengan pandangan menerawangnya lurus kedepan.

"Apa kamu ingat saat Ayah sakit dulu Ra? ayah harus di operasi, tepat di saat keuangan ayah yang menipis, Om Bagas juga yang membantu Ayah, hingga Ayah bisa di operasi, dan bisa seperti sekarang ini, berkumpul bersama Kamu, ibu kamu dan adik kamu!" lanjut Ayah Pras tak mengalihkan pandangannya.

Semakin membuat bibir Alira bergetar, kembali mengingat masa-masa susah keluarganya.

Tak terkecuali Bu Rani, yang ikut menitikan air matanya, membelai lembut bahu suaminya.

"Om Bagas juga yang telah membantu biaya kuliah kamu Ra! saat masa - masa krisis Ayah dulu! saat ayah tak lagi punya uang untuk membayar biaya kuliah kamu!," lanjut Ayah Pras, mengalihkan pandangannya menatap Alira yang terdiam dan menangis.

"Dan kemarin Om Bagas bilang ingin melamar kamu untuk anaknya, apa menurutmu Ayah bisa menolaknya setelah kebaikan Om Bagas kepada kita Ra?" lanjut Ayah Pras yang di jawab dengan kebisuan Alira.

Hanya menangis, terisak tak mampu lagi mendebat kalimat Ayahnya yang penuh beban.

Beban dari hutang Budi yang ditanamkan Om Bagas di pundak Ayahnya, menjadikan Ayahnya tak berdaya.

Walaupun hanya sekedar untuk menolak keinginan Om Bagas, agar tak sampai mengorbankan perasaan anak kandungnya.

"Apa nggak ada cara lain selain pernikahan Yah? Bu?" lirih Alira, dengan wajahnya yang memelas, Beradu pandang dengan Ayah dan Ibunya.

"Nggak ada Ra..., Ayah minta maaf..." lirih Ayah Pras, memecahkan tangisan Alira, dengan bibirnya yang bergetar segera berdiri dari duduknya.

Setengah berlari masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan ayah dan ibunya.

Flashback selesai

Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku