Gairah Cinta Crazy Rich Muda
lu naik bertemankan angin yang semilir menggoyan
, melaju pelan memasuki pintu pagar rumah Alira yang terbuka,
Bagaskara, duduk di kursi b
gera menemui calon besanny
sih menyandarkan kepalanya di sandaran mobil
yo
irih Satria, dengan wajah memelasnya, dengan harapan
mu akan suka sama Alira, dia gadis baik juga can
Azkia!" jawab Satria, masih dengan tampang memelasn
gan pendiriannya, sama sekali tak terse
begitu besar, ingin mendapatkan m
diri, membuatnya semakin yakin ingin seger
h kesini," lanjut Papa Bagas
ir Satria, mengacak rambutnya kesal k
nkan langkahnya mendekati Ayah Pras, segera
rmanisnya, sebelum mengalihkan pandangan dan menjatuhkann
erantakan seperti itu
asang senyum tipis merapikan rambutnya sesaat
Pras, segera mempersilahkan tam
ar, Alira masih menangis, masih s
kamarnya yang terbuka, beradu pandang dengan Bu
," lirih Bu Rani, mengayunkan lan
erih perasannya beradu pandang dengan ma
ria, kini terlihat pilu denga
suaminya, karena hutang budi yang
alas pelukan Alira yang berdiri
Alira, membenamkan wajah basahnya ke dalam pelukan ibunya, berus
tangis, seraya mencium puncak kep
ta maaf ya Ra...,
ia bersama dengan orang asing, bersama dengan orang yang nggak aku ken
u juga pernah bertemu dengan dia kan?" jawab Bu Rani
untuk bicara pun aku nggak pernah Bu..." lanjut Ali
ngin sekali lari dari rumah, meninggal
membuatnya tak berdaya untuk melawan, hanya bertahan
sa cintanya yang begitu be
irinya yang tak ingin menyandang status durhaka, yang tak pun
pada Allah, Ibu akan selalu berdoa untuk kamu Ra, di setiap sujud Ibu, Ibu nggak akan pernah lupa
sebelum beradu pandang dengan Alira y
sama Adam Bu, aku nggak mau..." lirih Alira,
ciptakan cinta, meskipun nggak sekarang, mungkin nanti, suatu hari nanti, di saat Allah sendiri yang memb
gai seorang istri, ibu yakin kalian berdua akan bahagia." Lanjut Bu Rani
Alira, dengan senyum tipis yang te
embawa Alira ke dalam pelukannya sesaat set
kkan hatinya, karena dirinya yang tak te
eberapa hidangan yang tersaji dia atas meja,
tak bergairah, bersebrangan dengan Ayah Pras yan
engedarkan pandangannya mencari keberadaan
an mungkin," jawab Ayah Pras, dengan tawa
unkan langkahnya keluar dari dalam ru
um tipis yang di ulaskannya, sebagai bentuk sopa
mua nya, mengalihkan pandan
ang dengan istrinya yang baru saja selesai
an," jawab Bu Rani, seraya mengayunkan langkahnya henda
gas yang di sambut dengan an
Mas Bagas nggak keberatan kita bisa mendiskusikan pernikahan anak kita tan
putra putri kita di percepat, karena aku sudah nggak sabar ingin s
l Satria men
ala Ayah Pras dan Mama Rani
pa sudah nggak muda lagi, jadi Papa ingin
i!" batin Satria frustasi, membuang pand
s?" tanya
gimana?" jawa
ndukkan kepalanya, memejamkan mata
melas Satria, mengalihkan pan
tiga Min
ercanda l
inggu
tria akhirnya, dengan rasa frus
lak rasa di hati, berusaha keras unt
kahannya bulan depan?" tanya Papa Bagas, dengan senyum
awab Ayah Pras, dengan seny
*
ng dan rembulan, karena mendung yang menggantung b
di atas ranjang selepas melaku
lah yang menguasainya, lelah akan tangisannya
, pasrah meskipun suram, p
to
tak membuatnya bergerak, han
saat setelah membuka pintu kam
ahnya, hendak duduk di te
dulu ya? sudah di tunggu ayah sama adik kamu di m
Alira masih memejamkan matan
Rani, membenarkan posisi tubuhnya, me
juga sudah menyetujuinya." Lirih Bu Rani, menahan buliran b
k merubah posisi tidur
u?" liri
lagi," jaw
memejamkan matanya dalam, menitika
k menyakiti perasaannya, karena harapannya yang
sam