WARNING 18+! Penuh dengan adegan sara, eksplisit, dan membuat Anda ketagihan. Paksaan menikah datang dari kedua orang tua Felicia Nada. Ia harus menikahi seorang CEO kaya raya bernama Giovanni James. Ternyata, Felicia dituntut untuk melahirkan seorang putera dari Giovanni. Selain itu, banyak sekali rahasia yang tersimpan dari sosok Giovanni James. Akankah Felicia mampu melahirkan putera untuk Giovanni? Dan juga, apakah ia mampu bertahan dalam pernikahannya ini?
"Dad ingin kamu segera menikah."
Bak dijatuhi bom atom, Felicia Nada terkejut bukan main dengan pernyataan yang baru saja diluncurkan oleh ayahnya tercinta.
"Maksud Dad?" tanya Felicia masih dengan keterkejutan yang sama.
Saat itu, keluarga Felicia tengah berkumpul di ruang makan rumah mereka di New York. Dad, Mum, dan Felicia sendiri. Mereka tengah menikmati makan malam yang tentram, sebelum kalimat itu dijatuhkan.
"Dad ingin kamu segera menikah. Seperti kakakmu, Hanna."
Felicia terperanjat.
Felicia baru saja menyelesaikan studi S1 Fashion Design di New York University. Bahkan, tinta ijazahnya masih belum mengering. Ia baru saja wisuda periode Desember lalu. Ketika itu, masih tengah kalang kabut mencari pekerjaan.
Akan tetapi, tak kunjung ia dapatkan.
Dan, bukannya sang Dad turut membantunya mencarikan solusi dalam urusan pekerjaannya, tetapi mengusulkan pernikahan?
"Apa maksud Dad, Mum?"
Mum hanya diam. Ia menggelengkan kepalanya, pertanda Felicia harus mendengarkan petuah sang ayah.
Dad mulai melancarkan alasan rasionalnya, "Felicia, kamu sudah mencari pekerjaan dari bulan Desember. Sudah dua bulan kamu mencari pekerjaan. Akan tetapi, apa yang kamu dapatkan?"
Felicia mengatupkan bibirnya. Ia memang belum mendapatkan pekerjaan yang tepat. Sudah banyak sekali lamaran pekerjaan yang ia kirimkan, akan tetapi ia masih kesulitan.
Kesulitannya mencari pekerjaan ini juga disinyalir oleh keadaan. Karena sedikit sekali kenalan dan relasi Felicia. Hal ini mengakibatkan ruang gerak dan persyaratan masuk kerja kian sulit.
"Sulit bagi gadis yang fresh graduate tanpa pengalaman seperti kamu mencari pekerjaan, Felicia," tutur sang Dad lembut.
"Tapi, Dad. Felicia pasti bisa cari pekerjaan."
"Pekerjaan apa?! Kamu tidak akan bisa merantau, Felicia!" seru Dad.
Felicia tergagap di dalam duduknya. Situasi makan malam yang khidmat sudah berubah total.
"Dad tidak mau kamu mencari pekerjaan di tengah masa sulit ini. Kenalan Papa ingin anaknya menikah. Daddy pikir itu bukan hal yang buruk." terang Dad.
Felicia menggelengkan kepalanya. Ia belum siap menikah. Ia tak sanggup menikah. Ia tak bisa menikah.
Felicia masih memiliki segudang mimpi. Ia ingin hidup dengan begitu bebas. Menjadi selayaknya kupu-kupu tanpa adanya kekangan apa pun. Ia ingin bekerja, mengenali lingkungannya, barulah ia menjalin rumah tangga.
Tidak mungkin bagi Felicia, yang baru saja lulus dua bulan lalu, menikah begitu saja! Ditambah lagi, ia tidak tahu calon mempelai prianya.
Seperti apa wajahnya, bagaimana perangainya, akankah ia mampu menjadi nahkoda dalam rumah tangganya?
"Dad, Mum, Felicia belum bisa menikah untuk sekarang. Felicia baru 23 tahun. Masih ingin sendiri."
"Apa alasanmu ingin sendiri itu cukup untuk menolak kebaikan lelaki yang datang melamar?" tanya Dad.
Tidak. Itu memang tidak cukup. Ia masih terlalu egois.
Akan tetapi, sungguh! Felicia tidak bisa menikah secepat ini!
"Dad, Mum, Felicia memang ingin menikah. Tapi tidak sekarang."
"Untuk apa menundanya? Mau sekarang, tahun depan, lima tahun yang akan datang, kamu juga akan menikah."
Dad itu menyatukan kedua tanggannya. "Felicia, lihatlah Hanna, kakakmu. Bagaimana hidupnya yang sekarang? Suami yang sudah mapan dan juga kehidupan rumah tangga yang bahagia."
"Kamu tidak ingin seperti kakakmu?"
Ingin! Felicia ingin seperti kakaknya, yang mana kehidupannya sangat amat tentram dan bahagia.
Kakaknya, dulu juga menikah, dengan lelaki pilihan Dad. Lelaki yang mendadak meminang dan mendadak pula menikah. Seperti apa yang dilakukan Dad kepadanya.
Namun...
"Dad, Felicia belum siap menikah. Bagaimana kalau Felicia bercerai karena ketidaksiapan Felicia?"
"Tidak. Dad yakin, kamu bisa menciptakan keluarga yang harmonis dengan Giovanni."
"Mum... Tolong bantu Felicia jelaskan ke Dad kalau Felicia belum siap,"
Mum memegangi tangan Felicia, lalu menggeleng. Mum tidak bisa berbuat banyak ketika Dad berkehendak. Sebagai kepala rumah tangga, Dad memiliki pandangan tersendiri yang baik untuk anaknya.
Meski pun, pilihan Dad memanglah selalu yang terbaik untuk Felicia dan Hanna.
"Dad ingin, kamu menikah dengan Giovanni sebelum bulan depan."
Mata Felicia membeliak sempurna. Ia mulai menghitung. Sekarang, bulan Maret. Dan, bulan depan sudah April.
APA?! Ia akan menjadi istri dalam jangka waktu satu bulan?
*
Pasca perdebatan yang sengit itu, Felicia banyak menghabiskan diri di kamarnya.
Felicia masih marah kepada Dad, Mum, kakaknya, atau bahkan si Giovanni yang datang semena mena melamarnya.
Padahal, Felicia sama sekali tidak tahu siapa pemilik nama Giovanni itu. Baru kali ini ia mendengar nama itu.
Kakaknya, Hanna, ternyata mendengar kabar itu. Ia buru−buru datang kepada Felicia, berniat membujuk Felicia.
"Felicia, kamu tahu bukan, kalau jodoh itu pasti ada?"
Felicia mengerucutkan bibirnya. Ia tahu, jelas tertera dalam hidup bahwa semua orang memiliki pasangan.
"Tetapi, bagaimana kalau dia bukan jodohku? Bagaimana kalau nantinya aku cerai dengan Mr. Giovanni?"
"FELICIA! Kamu tidak boleh bicara sembarangan! Kamu tidak boleh mendahului nasib dengan berprasangka!"
Felicia semakin kesal.
Kakaknya ini tidak mengerti. Ia selalu berpasrah diri. Selalu mengalir laksana air.
Felicia tidak bisa.
Ia sulit diatur. Ia selalu berjalan bersimpangan dengan keinginan Dad dan Mum.
Dahulu saja, Dad dan Mum mati−matian memintanya mendaftar di sekolah khusus, tetapi ia memilih sekolah umum yang ternama. Dan dengan sengaja, tidak mendaftar di sana.
Alasannya? Sederhana. Hanya karena, ia ingin tantangan.
Ia sering memberontak kepada Dad dan Mum. Meski pun terkadang, hanya pergolakan dalam hatinya.
"Felicia, kamu harus mengerti. Kalau Dad dan Mum memang mau yang terbaik."
Hanna menangkupkan tangannya ke tangan adik tersayangnya, Felicia. Dipandanginya lekat wajah Felicia yang berparas cantik nan putih.
"Dad tidak ingin kamu menyia−nyiakan waktumu dengan pacaran. Meski pun Dad, Mum, dan Kakak tahu, kamu belum memilikinya. Mereka ingin menjagamu."
Hanna menambahkan, "Dad tidak ingin dirimu terlalu lama sendiri. Ia ingin menitipkan seseorang kepadamu. Dan Dad merasa, kalau Mr. Giovanni adalah pilihan terbaik untukmu."
Setelah mengucapkan itu, Felicia tidak bisa berkata apa pun lagi. Nilai keluarga yang kuat membuat Felicia tidak mampu mengutarakan gejolak dalam dadanya.
Pada saat itulah, sebuah ketukan halus mendarat di pintu kamarnya.
Tok, tok, tok.
"Felicia, Mr. Giovanni datang."
Detak jantung Felicia bergetar. Seluruh jiwanya mendadak menderu gemetar. Antara takut, benci, tetapi juga penasaran.
"Ayo, keluar, Mr. Giovanni datang ke rumah."
Buku lain oleh Madamme Rich
Selebihnya