Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Zanna Kirania seorang pramugari di sebuah maskapai milik negara yang akhirnya memutuskan berhenti dan menikah dengan seorang prajurit berpangkat letnan satu bernama Adiyasa.
Perbedaan usia yang terpaut cukup jauh, tak menyurutkan langkah Zanna untuk menikahi sang prajurit. Meski di awal Ibu Zanna kurang menyetujui karena perbedaan usia dan pekerjaan yang penuh resiko, tak menyurutkan langkahnya. Akhirnya, restu sang ibu didapat Zanna dan Adiyasa.
Layaknya pernikahan militer, Zanna harus mempersiapkan segala persyaratan administrasi juga beberapa proses yang harus dijalaninya saat memutuskan menikah dengan seorang prajurit. Tak biasa dan cukup merepotkan baginya, tetapi demi menyandang Nyonya Adiyasa, ia pun rela berjibaku dengan segala kerepotannya.
Hari itu, Adiyasa dan Zanna pun menyelesaikan proses akhir untuk menikahi sang prajurit. Lelah, tapi senyum bahagia itu terpancar. Saat hendak pulang, Zanna mendapatkan telepon dari sang ibunda.
"Bu, ibu tenang dulu. Ada apa?" Zanna mencoba menenangkan sang ibu yang panik di ujung telepon.
"Ayah kamu, Zanna ... dia kena serangan jantung, kamu bisa pulang, Nak?" tanya sang ibu menahan tangisnya.
"Zanna usahakan segera pulang, Bu," jawab Zanna menenangkan.
Setelah sambungan telepon terputus, Zanna pun terdiam. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Pulang ke Bandung?Bagaimana dengan persiapan pernikahannya?Dilema kembali menghampiri Zanna.
"Kenapa, Sayang?"
"Mas, Ayah masuk ICU kena serangan jantung. Gimana nih?"
"Innalillahi ... kita berangkat sekarang!" Adi pun langsung melaju membawa mobilnya menuju sebuah rumah sakit besar di Bandung.
-----
Setelah menempuh perjalanan panjang hampir 4 jam, Zanna dan Adiyasa pun sampai di rumah sakit. Zanna pun bergegas masuk menuju ruang ICU. saat sedang mencari, Zanna melihat sang Ibu keluar dari sebuah ruangan. Ternyata sang Ayah sudah dipindah ke ruangan perawatan.
"Bu, Ayah gimana?" tanya Zanna yang panik.
"Masuklah. Ayahmu sedang istirahat. Adi ke mana?" Ibu bertanya keberadaan calon menantunya itu.
"Ada di parkiran, tadi Zanna lebih dulu masuk."
Tak lama, Adiyasa pun datang dan ikut masuk ke dalam ruangan.
"Yah, Ayah kenapa sakit?" zanna mengenggam tangan sang Ayah erat.
"Maaf Ayah merepotkanmu ya, Nak." Ayah berusaha berbicara dengan suara parau.
"Enggak, Yah. Aku sama Mas Adi tidak merasa direpotkan. Yang penting Ayah sehat dan menyaksikan pernikahan kami," ujar Zanna berusaha tegar di depan sang Ayah.
"Iya, Yah, Ayah kan mau jadi wali di pernikahan kami nanti." Adi pun mengenggam tangan sang Ayah mertua memberi dukungan.
Ayah Zanna terdiam. Netranya menerawang, entah apa yang sedang dipikirkannya hingga beberapa detik kemudian, sang Ayah merasakan sesak yang hebat.
Semua sempat panik, dokter jaga dan perawat pun datang memeriksa. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, Ayah Zanna pun kembali stabil.
Karena kondisi sang Ayah yang tidak stabil, dokter meminta agar tidak banyak orang di dalam untuk menunggu.
Sang Ibu pun akhirnya memilih keluar, begitupun dengan Adi—panggilan Adiyasa— tetapi dicegah Ayah Zanna.
"Di, Ayah mau bicara sama kalian berdua."