Cinta itu datang untuk pergi, cinta itu mekar untuk gugur, tapi satu hal yang istimewa dia kekal abadi dalam hati.
Lapangan futsal yang bernuansa hijau dengan dibatasi pagar pembatas yang sedikit berjarak renggang dan menjulang tinggi tidak menghalangi perhatian seorang laki laki yang sedang duduk di bangku cadangan dengan keringat yang bercucuran tak henti menandakan dirinya membutuhkan asupan oksigen dan air, pandangan nya jatuh terpana pada sosok wanita yang sedang di bicarakan teman se tim nya.
Wajahnya terlihat sangat manis apalagi dengan setitik tanda hitam di atas bibir bagian atasnya.
"Gila itu cewek damage nya gak ada obat" Kini Raksa seorang lelaki hoby futsal ini berbicara sambil membersihkan keringat dengan handuk kecil berwarna putih.
Teman nya yang bernama Reza pun menyahut menandakan pembahasan tentang Wanita itu akan memanjang "Iye sih lo bener, manis anjir jadi pengen kenalan" Dia berucap sambil memainkan rambutnya yang penuh keringat itu.
"Nama nya siapa ya??" Dia kembali bertanya sambil melemparkan handuk yang tadi berada dibahunya ke kursi yang kosong.
"Yumna syaqila, 12 Mipa1" Tiba Tiba Sosok pria itu berbicara sambil melangkahkan kakinya pergi dari lapangan, sukses membuat perhatian teman tim nya berpaling dari sosok wanita tadi.
Teman nya yang berjumlah enam orang itu tidak terima atas ucapan teman nya, bagaimana bisa sosok Nizam si pintar yang pendiam bisa mengenali sosok perempuan tanpa memperlibatkan mereka semua.
"Woyy Tunggu bro!" kini bagian Dhefan yang berbicara melenggangkan kakinya mengejar teman nya yang bernama Nizam ke ruang ganti.
Dengan di ikuti lima orang lagi dibelakang nya dengan ekspresi dari satu persatu nya tiidak dapat dijelaskan, entah terkejut karena Nizam mengetahui nama wanita yang selama ini mengganggu pikiran mereka atau justru senang karena akhirnya Niizam bisa berani mengenal sosok wanita?.
Udara diruang ganti sangat dingin , apalagi 6 pasang mata kini sedang menatap Nizam tanpa henti, tatajam mereka menusuk seolah meminta klarifikasi pada sosok yang mereka anggap sangat pendiam. Dialah Muhamad Nizam , sosok laki laki pendiam dengan postur tinggi serta kulit sawo matang dengan wajah yang dianugerahi hidung bibir mataa dan alis yang sempurna memikat siapa saja yang melihatnya.
Nizam mengerutkan alisnya sebagai tanda bahwa dirinya mempertanyakan tatapan misterius teman nya
"Lo dari kapan merhatiin cewek zam?" Suara Reza kembali memecahkan suasana yang sempat hening.
Nizam yang merasa tersudut kini angkat bicara dengan gaya khas nya santai namun terlihat berwibawa "Gue gak merhatiin, gue tau namanya doang emang salah??.
~~
Burung burung berkicau dihalaman rumah yang bercorak tradisional ini, rumah nya sederhana, dengan nuansa warna cokelat dengan lantai yang masih kayu serta perabotan yang masih bernilai zaman dahulu, tempatnya di lingkungaan pedesaan, hamparan sawah membentang luas dari utara hingga selatan yang terlihat jelas dari bagian atas rumah ini sukses membuat siapa saja yang berkunjung akan betah.
Pagi ini nizam mengundang teman-teman nya ke rumah kayu milik nya sekedar berkumpul seperti para anak muda dan membahas tentang pertandingan bola voli yang akan mereka lakoni atas permintaan pihak sekolah ajang pembuktian ditingkat provinsi. Enam laki laki berpostur tinggi dengan badan ideal seorang atlet satu persatu sudah sampai, enam buah sepeda sudah terjejer rapi di depan rumah, pertanda bahwa semuanya sudah hadir.
"Mangga sok taruang (silahkan dimakan)" Ucap sosok wanita yang berusia sekitar 50 tahun itu sambil ikut duduk melingkar diantara teman teman anak nya, dia adalah ibunya Nizam.
Mendengar penawaran dari ibunya nizam, Reza pun mengambil Pisang goreng yang berada diatas piring itu sambil berkata dengan bahasa sunda "Reza ukeun hiji nya bu (Reza minta satu ya bu).
Reza memakan pisang goreng dengan lahap bahkan saat mulut nya masih penuh, ditangan nya sudah ada pisang goreng lagi. Melihat tingkah teman nya, Dhefan berkata sambil memukul pelan kepala Reza "Plak..!! Za! Lo doyan atau rakus".
Reza yang di pukul pun memberi pembelaan kepada dirinya sambil memberikan ekspresi yang mewakili rasa dilidahnya "Ieu mah ngeunah Dhef, ngeuunnahh! (Ini mah enak Dhef, enak).
"Hahaha lo kaya gak tau aja Dhef, si Reza kan kaya tikus, segala dimakan, tuh liat mulutnya juga sama kaya tikus , sama sama monyong" Ucap Raksa menimpali perkataan Dhefan sambil menunjuk ke arah Reza yang masih meneruskan kegiatan makan nya.
Reza yang ditertawakan teman nya pun menimpali kembali perkataan Raksa dengan nada bicara yang kalem namun masih terlihat receh "kalau gue tikus kalian juga tikus , kalau gue monyong kalian juga monyong, piks kalian dan gue sama sama monyong" Dia berkata sambil tertawa terbahak bahak
"pantesan Jomblo mulu, orang kelakuan nya gak jelas kaya gini" Ucap Rafi membalas perkataan Reza sambil mencoba memainkan gitar yang ia bawa.
"Asal kalian tau ya, gue jomblo itu karena lagi ngejar yumna aja, Tuhan apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pandangan pertama" Reza berkata sambil memandangi pisang yang ada di tangan kanan nya.
''Stres anjir" Ucap Dhefan melihat tingkah nya Reza.
Ibu Nizam hanya tersenyum saat melihat tingkah teman-teman putranya, ia pun berpamitan untuk pergi ke dapur, tidak enak mengikuti perbincangan mereka.
Obrolan kecil saling bertukar pendapat dan saran mengenai stategi yang akan dilakukan saat pertandingan nanti berjalan lancar apalagi saat Nizam sudah fokus semua permasalahan akan selesai oleh otak pintarnya.Tujuh lelaki ini adalah anak SMA namun mereka mempunyai kelebihan pada bidang olahraga, semua cabang olahraga seperti fufsal, voli, kasti bahkan basket pernah mereka ikuti hingga meraih medali mengharumkan nama baik sekolahnya, oleh karena itulah mereka selalu ditunjuk untuk mengikuti ajang pembuktian disetiap kompetensi seperti yang sekarang akan mereka lakoni.
Jam menunjukan pukul 09.00 pagi itulah saatnya mereka bergegas untuk segera melakukan pemanasan fisik dan latihan menerapkan stategi. Tujuh laki laki itu pergi menuju sebuah lapangan yang tak jauh dari rumah Nizam, dengan berbekal baju ganti kini semuanya sudah siap menempati posisi masing-masing, ada yang push up ada yang lari-lari kecil hingga latihan melompat tinggi. Mereka latihan dengan lancar, dengan cuaca yang tidak terlalu panas dan angin yang menjadi penyegar membuat latihan ini sangat santai.
Nizam dan teman nya kini sedang duduk, menelonjorkan kaki mereka agar mencegah kram, keringat bercucuran dari dahi mereka tak jarang banyak wanita yang sengaja datang untuk melihat mereka latihan, apalagi ketika mereka membuka baju semua akan berteriak karena melihat postur tubuh yang sangat di idamkan seorang wanita, mempunyai perut yang kotak-kotak dan dada yang bidang.
Nizam yang sedang santai melihat segerombol wanita sedang berlari ke arah nya, dia pun bergegas pergi tidak mau meladeni karena dirinya risih.
"Gue cabut duluan " Ucap Nizam sambil bangun dari duduk nya.
"Gue juga ikut Zam, gue kebelet bab, numpang dirumah lo yaa".
"Heem" Jawab Nizam singkat.
Diperjalanan menuju rumah Nizam, ada seorang wanita yang berlari karena dikejar anjing "Tolonggg" Teriak wanita itu sambil terus berlari menghindari giigitan anjing itu.
Nizam melihat itu semua, dirinya melihat bagaimana sosok wanita itu berlari terpirit pirit menghindari gigitan anjing liar "Yumna!?".
Bab 1 Nizam
04/07/2022
Bab 2 Ada apa dengan dia
04/07/2022
Bab 3 Tragedi
07/07/2022
Bab 4 Penggunaaan zat terlarang (doping)
07/07/2022
Bab 5 Ulang
07/07/2022
Bab 6 Es batu yang mencair
07/07/2022
Bab 7 Hanya ilusi
07/07/2022
Bab 8 Kerjakan lalu lupakan
07/07/2022
Bab 9 Romantika seputar danau
07/07/2022
Bab 10 Bola basket
07/07/2022
Bab 11 Rumah sakit
14/07/2022
Bab 12 UKS
16/07/2022
Bab 13 Masih tentang salah paham
20/07/2022
Bab 14 Alexander vino
20/07/2022
Buku lain oleh Adilah alawiyah
Selebihnya