Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Kamu tahu luka yang paling dalam apa? Iya, saat aku melihatmu dengan orang lain di pelaminan. Sedangkan aku sudah lama berjuang denganmu. Tapi aku ikhlas. Karena aku tahu, kamu bukanlah takdirku.
Aku tersenyum melihatnya, yang tengah bersanding didepan sana. Ada rasa perih, namun aku tepas. Karena aku tahu, dia bukan lagi miliku. Dia hanya singgah tidak menetap. Seharusnya aku tidak usah berharap lebih padanya, karena aku tahu akan ada rasa kecewa yang akan melukai hati ini.
"Semoga bahagia ya, aku yakin kamu pasti bisa lebih baik lagi. Jaga dia, jangan pernah kamu lukai hatinya." Aku menyalimi kedua pengantin itu, berusaha untuk tersenyum. Aku ingin menangis, tapi air mata itu tak bisa turun seperti biasanya, ia seakan tahu. Bahwa aku harus kuat dalam situasi seperti ini.
Sang pemelai wanita hanya tersenyum, dan memelukku. Seakan-akan ia ingin memberikan kekuatannya padaku, aku tahu wanita itu sangat baik. Buktinya dia lebih memilih wanita itu ketimbang diriku.
Aku tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Aku yakin, jodoh tak akan kemana. Sejauh apa pun kita melangkah jika dia jodohmu maka akan bertemu.
Aku kembali seperti biasanya. Melupakan kejadian kemarin yang membuat goresan baru dihatiku.
Fokus ku tertuju pada Kakek tua yang berada disebrang sana. Sepertinya dia ingin menyebrang namun, kesulitan. Aku segera berlari ke arahnya. Ingin membantunya.
"Kek, aku bantu ya," tawar ku. Kakek itu hanya menganggukan kepalanya. Aku mengengam tangannya, menuntunnya ke sebrang.
"Terima kasih ya ndok," balas Kakek itu. Aku tersenyum, sebagai jawaban. Saat aku hendak melangkah, suaranya menghentikan langkahku. "Jodohmu kelak akan menuntunmu kejalan yang benar, bersabarlah. Jika kamu bersabar Allah akan memberikan permata yang begitu berharga padamu."
Aku melongo, tak percaya dengan ucapan Kakek itu. Tapi aku membenarkannya, karena aku tahu akan ada pelangi setelah hujan. Dan akan ada yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Aku kembali menghampiri Kakek yang sedang terduduk dikursi halte. "Terima kasih Kek, bagaimana Kakek bisa tau kalau aku sedang patah hati?" aku sedikit tertawa saat mengatakan kata 'patah hati' seharusnya aku tidak membicarakan hal ini lagi.