Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
“Baik, saya akan ambil kamar, ini Bu. Benar, tujuh ratus ribu saja, kan dengan tambahan laptop dan salon kecil seperti ini?” tanya seorang gadis belia pada wanita berusia empatpuluh delapan tahun di hadapannya, sambil menyeka keringat yang membasahi kening.
“Iya, mbak Amora, benar,” jawab Wanita itu. walaupun usianya jauh lebih tua dari gadis yang akan menyewa salah satu kamar kos di tempatnya itu, dia tetap bersikap santun, serta dapat memperlakukan tamunya dengan sangat baik.
Amora meletakkan ransel di atas lantai. Ransel yang cukup besar dan membebani kedua pundaknya. Lalu, membuka isi di dalamnya dan menemukan sebuah dompet berwarna merah maroon, kemudian mengeluarkan uang ratusan ribu sebanyak tujuh lembar, dan memberikan pada ibu kos.
“Saya terima uangnya, ya Mbak Amora.” Wanita itu tersenyum lembut dan ramah. Mulai menghitung lembaran uang tersebut. Kemudian, kembali ia berkata, “Genap, ya tujuh ratus ribu rupiah. Tunggu sebentar, akan saya ambilkan kwitansi bukti pembayaran dan juga kunci kamarnya.”
“Baik, Bu,” jawab Amora juga sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, Wanita dengan tinggi badan sekitar 153cm itu kembali dengan sebuah kertas, pena dan kunci kamar di tangannya. Selalu, senyuman menghiasi wajah yang masih terlihat singset dan awet muda walaupun dari postur tubuh juga terlihat jelas sekali bahwa dia sudah tak lagi muda. Bahkan, juga lebih tua dari ibu Amora.
“Ini tanggal 20 Juni, ya? uang dibayar lunas di depan. Jadi, ke depannya jika mau nambah kos lagi, bayarnya tiap tanggal 20, ya Mbak?” ujar bu Ririn. Nama pemilik kos tersebut.
“Baik, Bu. Terimakasih,” ucap Amora dengan santun. kemudian segera membuka kamar dan meletakkan barang-barangnya di dalam ruangan tersebut. Sektika, dia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur busa dengan sprei bewarna coklat muda tersebut.
“Uh, nyamannya jika begini. Ruangan yang dingin alami dan juga kasur yang empuk… akhirnya bisa beristirahat juga setelah dua hari jadi gembel di jalanan,” gumam Amora seraya memejamkan mata.
Awalnya Amora berfikir untuk istrahat sejenak melepaskan penat di tubuhnya. Tapi, karena dia terlalu lelah dan juga lebih karena telah berjalan entah berapa kilo kemarin, dari sejak tiba di ibu kota untuk berkeliling mencari kos-kosan.
Entah, sudah diatur Tuhan agar dia bisa sampai di tempat ini atau bagaimana. Sudah sekitar duapuluh lima tempat kos-kosan yang ia datangi selalu penuh. Jika saja ada yang kosong, sudah ada yang booking dan kasih dp. Sama saja, kan dengan tak bisa ia pakai? Hingga akhirnya Ketika lelah berjalan, dia mendapati tempat ini yang bahkan, kos-kosan paling bagus, indah dan bersih dari semua yang dia lihat sebelumnya.
Bahkan jika dilihat sekilas saja sudah sangat terlihat sekali bahwa pemilik kos sangat ramah baik dan juga santai. Gerbang masuk kos tidak jadi satu dengan rumah pemiliknya. Berjarak dengan tikungan. Jadi, ia bisa bebas dan tak harus merasa sungkan apabila ia ada kendala dan mengharuskan pulang larut malam Ketika Hunting foto ataupun ngevlog bersama dengan teman-temannya kelak.
“Heem… nyaman sekali. Benar, apa yang telah Tuhan firmankan pada kitabnya. Akan ada kemudahan setelah kesulitan,” gumam Amora yang merasa sangat nyaman sekali dengan suasana kamarnya yang luas dan sejuk meskipun tidak ada AC di dalamnya. Sebab, di luar sana terdapat kanopi yang atapnya menggunakan genting untuk parkir motor, lalu di bawahnya terdapat banyak sekali tanaman hijau yang tertata sangat rapi. Rupanya pemilik kos ini menyukai tanaman hias.