Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
"Jadi, kenapa kita harus membeda-bedakan penggunaan kata kerja untuk past, present, dan future? Padahal, selama ini kita semua tahu jika membeda-bedakan itu adalah sebuah sikap yang tidak baik. Kita semestinya memperlakukan semua dengan adil. Adil, ya, bukan sama rata sama karsa, si kaya nggak perlu ngiri kalau nggak dapat bantuan. Si miskin kalau nggak dapat ya bersyukur saja."
Sembari terus mengambil video dirinya, Jeje masih tetap berceloteh kesana-kemari tak tentu arah.
"Yah, malahan jadi bahas adil apa nggak, kan. Inget ya, Guys. Adil itu adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional, sesuai porsi gitu. Jadi kalau semisal dapet sesuatu yang nggak sama, jangan iri. Mungkin memang porsi-nya begitu. Orang lain bisa saja mendapatkan lebih atau kurang. Balik lagi sesuai porsi, karena setiap orang kebutuhannya nggak harus selalu sama."
Pembahasan adil memang tidak pernah ada putusnya karena banyak yang menduga keadilan itu sama rata sama karsa. Jeje menjelaskan sesuai dengan pemahaman yang selama ini diyakininya.
"Kembali lagi ke pembahasan kata kerja ya, Guys. Ada yang namanya kata kerja beraturan alias regular verb dan kata kerja tidak beraturan atau irregular verb. Kalau kata kerja beraturan mending ya? Antara kata kerja bentuk kedua dan ketiga hanya perlu diberi tambahan ed di belakang katanya. Masalahnya adalah pada kata kerja tidak beraturan yang mau tak mau membuat kita menghapal."
Botol air minum berwarna hitam segera diambil oleh Jeje. Ia meneguk air di dalamnya sekali tandas. Bercuap-cuap di depan kamera telah membuatnya kehausan. Tenggorokannya benar-benar kering.
"Padahal ya, kata kerja itu layak dicintai, tak perlu peduli ia beraturan atau tidak, sama seperti do'i"
Sebuah pembahasan yang tidak bisa dipilih oleh Jeje untuk mengisi konten miliknya. Ia tiba-tiba saja ingin membahas mengenai sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran dan ilmu meski tahu jika dirinya tidak terlalu berkompeten dalam hal itu. Pemuda tersebut hanya ingin mengemasnya sesuai kata hatinya. Setelah selesai, Jeje mengintip ke depan dan mendapati seseorang akan pergi.
"Jo! Tolong fotokopi buku ini, ya? Bab pertama. Jangan lupa! Kertasnya jangan yang HVS, mahal!"
"Bagian sampul difotokopi juga?"
"Jangan, deh."
"Siap, Je."
Jeje memberikan sejumlah uang untuk membayar biaya fotokopi. Setelahnya, ia kembali ke dalam kamar dan membuka laman YouTube dari pagi hingga siang selepas tengah hari. Pemuda itu baru beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar setelah mendengar gumaman dari ujung lorong. Dari kamarnya, Jeje berlari kecil menuju ujung lorong yang tersambung dengan anak tangga.
---
Pendengaran Jeje masih belum benar-benar dengan tepat menangkap suara-suara di sekitarnya, ia juga merasakan sakit kepala yang luar bisa hebat. Belum lagi, dia belum bisa menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya sehingga berkali-kali ia mengusap indera penglihatannya tersebut. Hal-hal itu biasa terjadi kepada orang-orang yang seperti dipaksa untuk segera bangun dari tidurnya.
Semula Jeje menduga jika orang yang ia titipi fotokopi sudah pulang. Ternyata yang ia lihat ketika hampir tiba di ujung lorong adalah orang lain. Jeje berdiri mematung sembari menatap tangga yang berbentuk zig-zag ke bawah. Di tangga, orang yang baru saja datang tampak tengah merentangkan tangan setelah menepaki beberapa anak tangga. Ia menguap meski waktu tidur siang sudah berlalu.
Tak beranjak dari tempatnya, Jeje hanya memandangi orang yang memiliki berat badan ideal. Dia tak terlalu kurus, tapi juga tidak gemuk. Rambutnya hitam sedikit bergelombang. Kulitnya tak pucat. Namun, bukan pula terlalu terang. Terlihat seperti warna buah bengkoang bukan langsat, apalagi sawo matang. Jeje tak bisa mengatakannya terang karena dia kenal orang yang benar-benar terang.