Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Ah, capek sekalo rasanya. Sepertinya minum es seger banget nih." Aku masui ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena memang sudah terbiasa seperti itu. Langkahku terhenti saat mendengar suara aneh.
"Aw, Mas, kamu nakal deh, aw! Jangan begini ah, kan geli, Mas! Hahahaha!" Suara mendesah dan manja terdengar di telingaku. Aku yang baru saja pulang dari tempatku mengajar sedikit mengernyitkan dahi. Kalau suara perempuannya aku kenal, dia adalah Maya istri kedua suamiku.
Akan tetapi, Maya sedang bergurau dengan siapa? Mas Satria? Itu tidak mungkin, sebab mas Satria sedang bekerja di luar kota. Pekerjaan mas Satria adalah seorang kontraktor. Mas Satria sering bepergian dan berpindah-pindah lokasi kerja karena memang pekerjaannya yang menuntut seperti itu.
Mas Satria menikah lagi memang atas persetujuan dariku. Sebab sudah lama kami menikah tapi belum juga dikaruniai momongan. Berbagai usaha sudah kami lakukan dan hasilnya aku juga mas Satria sama-sama subur tapi, kembali lagi bahwa kehadiran seorang anak adalah hak prerogatif Allah SWT. Sementara itu mami mertua yang sudah kbelet memiliki cucu memaksa mas Satria untuk menikahi anak sahabatnya.
Awalnya berat memang karena siapa sih wanita yang rela dimadu? Mas Satria pun awalnya menolak tapi, akhirnya dia mau karena aku terus membujuknya untuk menuruti apa kata mami. Aku tidak ingin karena mas Satria ingin membelaku maka membuatnya menjadi durhaka terhadap mami. Aku juga tidak memilih untuk mengakhiri pernikahan ini karena selain aku sangat mencintai suamiku juga aku yakin jika suamiku mampu berbuat adil. Lebih baik dia menikah secara terang-terangan dan meminta izin padaku daripada sembunyi-sembunyi dan itu tentu akan membuatku bertambah sakit. Hingga akhirnya terjadilah pernikahan kedua mas Satria secara siri.
Yah, aku memang hanya memperbolehkan mas Satria dan Maya menikah secara siri karena itulah syarat dariku untuk mengizinkannya menikah dan mami tidak keberatan soal itu.
Tiga bulan sudah Maya dan mas Satria menikah dan selama itu juga perlakuan mas Satria kepadaku tidak pernah berubah sedikit pun. Mas Satria justru berlaku sangat adil menurutku. Adil di sini dalam arti dia memberikan hakku dengan baik sebagai istri pertama sebab aku lah yang menemaninya mulai dari dia belum memiliki apa pun.
Contoh keadilan terhadap hakku adalah mas Satria memberi uang nafkah bulanan untukku jauh lebih besar dari yang ia berikan pada Maya. Awalnya Maya memang protes tapi itu sudah kesepakatan antara aku juga mas Satria dan Maya tentu saja tidak bisa menolak keputusan yang sudah kami buat. Bukankah itu yang dimakdud adil? Maya datang di saat mas Satria sudah memiliki segalanya. Jadi wajar kalau uang nafkah untukku jauh lebih besar daripada untuk Maya.
Soal tempat tinggal awalnya Maya meminta dibuatkan rumah yang sama mewahnya dengan rumah yang saat ini aku tinggali tapi tentu saja lagi-lagi ditolak oleh mas Satria. Beliau tetap membelikan rumah untuk Maya tapi tidak sebesar milikku melainkan rumah hanya dengan luas tanah tidak lebih dari 100 meter persegi dan dengan tipe lima puluh itulah yang mas Satria berikan untuk Maya.
Lagi-lagi awalnya Maya protes tapi dia tidak bisa apa pun karena itu sudah keputusan mas Satria.
Bukannya aku tak tahu kalau Maya mau menikah dengan mas Satria lantaran kemapanan suamiku dan ketampanannya. Akan tetapi, aku sebagai istri yang baik tentu saja berusaha menjaga mas Satria dari semua sifat buruk Maya. Karena aku sangat tahu seperti apa suamiku itu. Delapan tahun aku menikah dengan mas Satria membuatku hafal di luar kepala bagaimana luar dan dalamnya suamiku. Jangan sampai istana cinta yang sudah kita bangun dengan megah dan indahnya dihancurkan hingga berkeping-keping oleh pelakor seperti Maya.
"Aw, Mas! Jangan begini dong ah! Nanti kan kedengaran orang tau. Kamu ini benar-benar deh dasar mesum suka banget tangan nakal kamu itu menjalar kemana-mana." Lagi, suara menjijikkan itu kembali terdengar.
Beginilah memang jika mas Satria sedang pergi bekerja maka Maya akan tinggal di rumah ini bersamaku guna menjaga hal yang tidak diinginkan terjadi. Contohnya seperti ini, entah kenapa aku yakin yang di dalam itu adalah laki-laki lain yang tentunya bukan mas Satria. Akan tetapi, Maya akan kembali lagi ke rumah yang mas Satria belikan jika mas Satria sudah kembali.
Dadaku berdegup kencang, napasku memburu, dan tanganku mengepal erat. Berani sekali dia membawa laki-laki ke rumahku di saat aku sedang tidak di rumah. Kebetulan hari ini aku pulang lebih cepat dari biasanya dikarenakan sekolah akan mengadakan kegiatan pentas seni jadi para guru bisa sedikit bersantai.
Jika biasanya aku akan pulang ke rumah pukul satu siang maka hari ini aku pulang di jam sembilan pagi. Aku berjalan dengan langkah cepat menuju kamar di mana Maya tinggal selama mas Satria tidak ada.
Kubuka handle pintu kamar Maya tapi ternyata dikunci dari dalam. Kepalang emosi aku menggedor keras pintu kamar Maya. Ingin sekali rasanya aku menerjang pelakor murahan di dalam dana dan memberinya pelajaran yang tak akan pernah bisa dia lupakan.
Brak