"Aahhh ...." Desahan kembali terdengar saat Nicky mulai mendekatkan telinganya pada bagan tembok. Suara samar ranjang yang berdecit membuatnya merasa panas dingin di tempatnya berdiri. Peluh terus saja keluar dari kening dan seluruh bagian tubuhnya yang memanas. Sebagai seorang pria normal, suara-suara itu berhasil membuatnya frustasi. Gejolak yang hampir setiap malam terdengar dari balik tembok apartemennya membuatnya gila. Nicky, berusaha mencari tahu siapa pemilik apartemen sebelah yang selalu mengganggunya dengan suara-suara erangan penuh hasrat itu. Tapi sayangnya, Nicky tidak pernah berhasil bertemu dengannya. Lalu, apakah Nicky akan terus mencoba? Atau, ia justru menyerah dan membiarkan fantasi liarnya terpendam tanpa bisa disalurkan pada gadis yang ia idamkan?
"Aahhh ...." Desahan itu semakin terdengar jelas saat Nicky mulai mendekatkan telinganya pada bagan tembok di dalam apartemen pribadinya. Berulang kali ia bahkan ikut mendesah dalam kesendirian. Membayangkan bagaimana panasnya hasrat dari seorang gadis di balik tembok kamarnya itu mencuat berulang kali mengganggu pendengarannya.
Suara-suara decitan dari ranjang yang bergoyang juga sangat mengganggu indera pendengaran, sangat cepat dan juga menggebu. Membuat Nicky semakin berkeinginan untuk menjebol tembok penghalang yang menutupi pandangan matanya.
"Hei, kau melamun?" sapa Mike dengan menepuk pundak Nicky. Pria tampan itu tiba-tiba saja muncul saat Nicky kembali mengingat gairah seks yang semalam sempat ia dengar dari balik tembok kamar apartemennya. Ia terkejut dan segera berusaha merapikan diri agar tidak kentara jika sedang membayangkan hal porno di dalam pikirannya.
"Eh, kau rupanya. Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Nicky gugup. Ia kemudian mengambil secangkir kopi yang sudah mulai menghangat di atas meja kerjanya, lalu menyesapnya dengan perlahan. Sebagai seorang pegawai keamanan, Nicky dituntut untuk selalu siaga dalam bekerja.
Mike yang merupakan rekan kerja Nicky kemudian memberikan sebuah amplop coklat kepada pria yang duduk di sampingnya. "Ini untukmu," ujar Mike sembari melempar pelan bungkusan berwarna coklat itu di atas meja.
Nicky mengeryitkan kening, lalu memandang sebentar pada benda persegi yang baru saja dilempar pelan oleh Mike. "Apa ini?" tanya pria itu penasaran. Ia kemudian mengambil dan mulai membuka perekat yang membungkus sesuatu di dalamnya.
Sebuah surat tugas untuk menjaga keamanan seorang gadis dari keluarga kaya raya. Baru satu bulan Nicky bergabung dalam perusahaan jasa keamanan itu, dirinya sudah dipanggil untuk mendapatkan tugas pertamanya.
"Ini, surat tugas untukku?" tanya Nicky tidak percaya. Ia tersenyum ragu kepada Mike.
Mike pun mengangguk, ia tersenyum melihat ekspresi wajah teman barunya itu yang seolah tidak percaya. "Tentu saja. Dan aku harap kali ini kau akan benar-benar melaksanakan tugas itu dengan sangat baik. Jangan kecewakan Pak Bos," sahutnya pelan dan sedikit berbisik.
Nicky pun senang, ia mengangguk cepat dan berjanji akan berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugas dari atasannya.
"Siap. Aku tidak akan mengecewakan Pak Bos. Lalu kapan aku mulai bisa bekerja?" tanya Nicky antusias. Ia sudah tidak sabar untuk menjadi seorang bodyguard. Bahkan, pria itu sudah membayangkan bagaimana dirinya akan berdiri dengan gagah, menjaga seorang gadis cantik yang selalu menjadi incaran setiap pria hidung belang di sekitaran.
"Besok, tapi hari ini aku bisa mengantarkan mu menemui calon majikanmu. Pak Bos sudah memberikanku ijin untuk itu," jawab Mike sembari menyimpan berkas yang ada di dalam mejanya kembali ke dalam laci.
"Baiklah," sahut Nicky penuh semangat.
***
Sore harinya kedua sahabat itu pun bergegas untuk datang ke rumah majikan baru dimana Nicky akan bekerja. Sejenak, pria itu merasa jika jalanan ini tidaklah jauh dari rumahnya.
"Mike, apa kau yakin tempatnya di sini?" tanya Nicky sembari memandangi jalanan dari sudut jendela mobil.
Mike yang masih terus mengemudi sama sekali tidak memandang ke arah Nicky, pria itu masih fokus dengan pedal kemudi yang ia pegang.
"Tentu saja," sahut Mike tanpa ragu.
Tidak lama berselang, mereka pun sampai di depan sebuah rumah gedung yang sangat besar. Pagar tembok yang tinggi menjulang terkesan sangat mewah dengan variasi warna emas dan juga ukiran rumit khas negeri Eropa.
Mike dan Nicky mulai turun dari dalam mobil kemudian berjalan pelan menuju pintu gerbang rumah besar tersebut. Perasaan gugup akan pekerjaan baru membuat Nicky sedikit tidak percaya diri. Takut, jika sang majikan merasa tidak cocok dengan penampilannya.
"Apa kau siap?" bisik Mike sebelum mereka sampai di sana.
"Tentu," sahut Nicky.
Tidak lama berselang, sang penjaga keamanan rumah menghampiri keduanya yang masih berdiri di depan pintu pagar.
"Selamat sore, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya sang security sopan tapi masih dengan sikap tegas dan sigap.
Mike pun sebagai orang yang membawa Nicky pun maju sedikit mendekat. Pria itu mengeluarkan kartu namanya dan memberikan kepada sang security.
"Kami dari perusahaan Vork Corp, dia baru saja ditugaskan untuk menjadi pengawal pribadi dari Nona Alexa. Tuan Ryan yang memintanya sendiri," ujar Mike menjelaskan. Kemudian, ia membuka kacamata hitam yang sejak tadi menutupi bola matanya yang indah.
Sang security pun membaca kartu nama itu sebentar, lalu beralih memandang ke arah Nicky yang sudah bersikap tegas dan siap.
"Baiklah, kalian boleh masuk," jawab sang security lalu membuka pintu gerbang otomatis yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan remote control itu.
Mike dan Nicky saling melempar pandang. Keduanya tersenyum senang dengan penyambutan yang tidak terlalu menyulitkan mereka.
"Rumah ini sungguh luas," bisik Nicky didalam perjalanannya masuk menuju rumah tersebut.
Sesampainya di dalam, keduanya di sambut langsung oleh sang pemilik rumah, Tuan Ryan. Pria yang memiliki perusahaan besar di bidang ekspor impor segala jenis barang itu tampak sangat kaku dan tegas.
Ia sangat disiplin dan tidak menyukai kekalahan. Memiliki mata yang tajam dengan sedikit bulu halus di sekitar pipinya membuatnya terlihat semakin galak dan kejam.
"Selamat sore, Tuan Ryan," sapa Mike sembari memberikan hormat pada pria paruh baya itu dengan sopan.
"Selamat sore, silakan duduk," jawab Tuan Ryan sedikit ramah.
Mike dan Nicky pun segera duduk. Mereka masih terlihat gugup menghadapi Tuan Ryan yang sangat kaku.
"Tuan, saya ingin mengantarkan seorang pengawal pribadi yang akan bertugas mulai besok di rumah Anda guna mengawal Nona Alexa," ujar Mike menjelaskan maksud kedatangannya.
Sejenak, Tuan Ryan terdiam sambil memperhatikan Nicky dari ujung kepala hingga kaki. Ia ingin memastikan jika pengawal yang datang sudah sesuai dengan apa yang ia inginkan.
"Berapa usiamu?" tanya Tuan Ryan tegas. Kemudian ia meletakkan jari-jarinya saling bertautan satu sama lain.
"Tiga puluh dua tahun, Tuan," sahut Nicky tegas.
"Kau sudah berkeluarga?" tanya lagi pria dengan sorot mata tajam itu pada Nicky.
"Belum. Saya masih sendiri," jawab Nicky.
Tuan Ryan mencebik pelan. Ia suka dengan penampilan Nicky yang gagah, tubuh yang terawat dengan beberapa tonjolan otot di bagian lengan kanan kiri pria itu.
Keadaanya yang rapi dengan potongan rambut pendek tapi tetap menunjukkan sisi kelelakiannya dengan menaruh beberap style rambut anak muda, sangat menarik di mata Tuan Ryan.
"Baiklah. Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu. Maksudku, apa kau ingin tinggal di sini, atau kau memilih untuk pulang?" tanya Tuan Ryan memberikan pilihan.
"Saya akan tinggal di sini selama masih dibutuhkan, Tuan," jawab Nicky dengan tegas.
"Bagus! Kalau begitu, kau hanya boleh libur pada saat hari dimana Alexa tidak membutuhkan bantuanmu. Bagaimana?" tawar Tuan Ryan.
Nicky pun mengangguk setuju dengan pernyataan dari majikan barunya. Ia harus mengambil segelas resiko yang ada demi untuk menyambung hidupnya di masa mendatang.
"Alexa!" teriak Tuan Ryan memanggil putri tunggalnya yang masih berada di dalam kamar. Pria paruh baya itu kemudian menyalakan cerutu yang ada di atas meja, lalu menyesapnya perlahan sehingga mengepulkan asap putih halus di antara udara yang ada di ruang tamu tersebut.
Tidak lama berselang, terdengar suara pintu kamar yang dibuka. Sosok gadis dengan tinggi semampai, rambut panjang yang diikat seperti ekor kuda, kacamata tipis yang menghiasi kedua bola matanya, serta hidung mancung, dan segaris bibir tipis itu datang menemui Tuan Ryan dan tamunya.
"Oh, shit," gumam Nicky saat melihat gadis itu muncul di hadapannya.
Buku lain oleh Sinta Dewi Soebagio
Selebihnya