Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses, sukses itu terjadi karena adanya persiapan. Bekerja dan belajarlah dari kegagalan
Namaku Lea, aku terlahir dari keluarga sederhana. aku berasal dari desa maxis. Desa tempatku lahir, dari kecil sudah mengajarkan aku tentang pahit dan manisnya kehidupan. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku dan kedua adikku, ya aku anak pertama Harapan keluargaku
Sedangkan kedua adikku masih duduk dibangku sekolah, namanya Refri dan Daniel. Refri pernah berkata dia tidak ingin melanjutkan sekolah lantaran ingin membantu orang tua, aku melarang bahkan memarahi nya. Kataku "tidak, pendidikan itu penting. Berikan setengah waktumu untuk bersekolah dan belajar, setengah nya lagi untuk membantu bapak dan ibu"
Refri ini adalah wanita sedikit keras kepala tetapi baik hatinya, ia masih berusia 13 tahun dan duduk dibangku SMP dan Daniel duduk dibanggu SD. Usia kami memang terpaut jauh, namun aku selalu mengajari mereka secara dewasa dan harus selalu bersyukur dengan keadaan.
Secara kasih sayang aku tidak merasa kurang sedikit pun, karena aku anak pertama dan lama mendapatkan adik, ibu dan bapak sangat memanjakan ku, Itu secara kasih sayang. Meskipun secara materi bapak dan ibu tidak sanggup memberiku, tapi mereka selalu mengajariku tentang apa yang terpenting dalam kehidupan ini dan harus selalu bersyukur dengan apapun yang kita miliki.
Bisa di katakan didesa kami hanya sedikit yang seperti kami, yang sangat miskin dan tak mampu membeli apa apa. Keluarga kami selalu dikucilkan, karena bapak dan ibu sering membantu sesama kami yang tak bisa membeli apa apa.
Aku ingat dulu sepulang sekolah, aku selalu membantu bapak ibu kesawah. Kulihat teman sebayaku yang lain, hanya berdiam diri di rumah atau memanjakan diri dengan pergi berbelanja. sebagian teman teman di desaku sebayaku masih mampu diberangkatkan kuliah oleh orang tuanya. Jika kulihat kehidupan kami tidak jauh berbeda, hanya saja sawah yang mereka olah lebih luas dari kami. Untuk dikatakan orang kaya menurut ku belum pantas
Tapi aku selalu bersyukur kedua adikku tidak pernah cemburu melihat kehidupan teman sebaya mereka, itu makanya aku selalu mengatakan kepada mereka untuk mengerti dengan keadaan bapak dan ibu. Mereka selalu menerima nasehat yang aku berikan
Setiap hari mereka sepulang sekolah selalu membantu bapak dan ibu di sawah. Oh iya orang tuaku petani, kami memiliki sawah yang tidak seberapa luas
Kami mengelolah nya demi bisa mencukupi kebutuhan sehari hari kami
Sementara aku, aku sedang menempuh pendidikan dikota Jakarta. Aku mengambil jurusan D3 keperawatan, sangat senang rasanya berbaur dan membantu banyak orang yang sedang kesusahan. Dulunya aku pengen ngambil kedokteran, tapi karena biayanya mahal dan otakku tidak terlalu pintar untuk mendapatkan beasiswa.
Awal aku merantau bapak ibu tidak pernah kepikiran aku ingin melanjut kuliah. tapi kataku, aku akan berusaha dan bekerja keras supaya bisa membanggakan bapak dan ibu. Kedua orang tuaku menangis terharu melihat semangatku
Awalnya mereka pikir aku merantau untuk bekerja dan bisa mengirimi mereka uang setiap bulan untuk membantu sekolah adik adikku, tapi mereka berkata lagi "tidak apa apa nak, kejarlah mimpimu nak. Bapak dan ibu hanya bisa mendoakan kamu, kami tidak sanggup mengirimi mu uang untuk biaya kuliahmu"
Tidak masalah bagiku, aku hanya membutuhkan doa dan dukungan dari kedua orang tuaku dan adik adikku, supaya kelak aku mendapat pekerjaan yang baik dan bisa menyekolahkan kedua adikku sama sepertiku