/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
Jamy membuatkan susu untuk anak semata wayangnya setelah pulang sekolah, "Sayangnya Mami, ini udah Mami buatin susu untuk kesayangannya Mami." Jamy kepada anaknya yang masih umur 5 tahun itu.
"Iyah Mami, Ihan udah haus." Jihan anak umur 5 tahun itu.
Jamy menidurkan anak semata wayangnya dengan memeluknya sambil rebahan, tapi entah kenapa anaknya itu tidak mau menghabiskan susunya di dot.
"Sayang, kenapa susunya gak dihabiskan nak?"
"Gak enak, Ihan mau susunya Mami."
"Emang susunya Mami enak yah sayang, padahal udah gak ada airnya sayang."
"Gak mau ... Ihan pengen susu Mami, racanya enak."
Jamy hanya tersenyum mendengar ocehan anaknya itu lalu mengeluarkan pussy sebelahnya. "Ayo nak hisap, kamu pasti udah ngantuk. Kita bobo yahh."
"Iya Mami." Ihan dengan imutnya.
Tahun berganti tahun, hidup yang dijalani Jamy cukuplah rumit dia harus menyelesaikan kuliah dalam jangka tiga tahun.
Orang tua Jamy sudah meninggal saat Jamy masih kecil, dan saat ini perusahaan keluarganya Wijaya Group berada ditangan Omnya yang licik tapi saat Jamy sudah wisuda Om liciknya itu sudah tidak terlihat lagi dan lebih parahnya Wijaya Group bangkrut.
Om liciknya Jamy itu sudah menghilang bak ditelan bumi dan tanpa kabar.
***
♥*9 tahun kemudian*♥
Anak Jamy yang bernama Jihan Adijaya sudah berumur 16 tahun, kali ini Jamy benar-benar memanjakan Jihan dengan sangat baik bahkan memperlakukan Jihan layaknya bayi.
"Nen dulu sayang." Jamy memposisikan badannya disamping Jihan yang berbaring menyamping.
"Gak mau, Ihan masih mau main ponsel." Rengek Jihan dengan manja.
"Kamu besok harus sekolah sayang, ayo sini ponselnya Mami ambil dulu yahh." Jamy lalu mengambil ponsel anaknya itu.
"Ish Mami, Ihan masih mau main." Ihan cemberut lalu ingin mengambil ponsel itu dari tangan Maminya.
Jamy langsung melotot dan memarahi Ihan, kalau dia tidak boleh begitu. "Kamu mau Mami hukum, ayo bobo," tegas Jamy.
"Tapi Mi..." Rengek Ihan sekali lagi.
"Bobo atau Mami hukum!" ancam Jamy.
Akhirnya Jihan tidur karena takut dengan ancaman hukuman Jamy, sang mami.
Tapi sebelum itu, Ihan gak bisa tidur dia gusar bolak-balik sana sini sampai membuat Jamy pongah dan mengeluarkan pussy miliknya yang sebelah.
"Sini nen dulu, biar bisa bobo kamu tuhh." Jamy menyodorkan pussy miliknya.
"Hore ...tapi Mami gak marah lagi kan sama Ihan." Sahut Ihan.
"Iya sayang, asal kamu jadi anak penurut." Jamy lagi lalu mengecup pucuk kepala anaknya itu dengan lembut.
Set! Set! Set! Jihan begitu semangat mengisap pentil Maminya, bahkan sampai Jamy dibuat menahan desahan karena hisapan Ihan yang begitu menggoda dan geli.
"Ugh ... pelan-pelan sayang, gak ada yang ngambil itu dari kamu jadi pelan-pelan ya nak." Jamy sambil mengelus tubuh mungil anaknya yang sudah berumur 16 tahun itu.
Lambat laun hisapan Ihan tidak kuat lagi, benar dugaan Jamy kalau Ihan sudah tidur, "Kamu sudah bobo ternyata." Jihan lalu menarik kembali pussy miliknya dari mulut anaknya itu.
Kemudian Jamy beranjak dari kasur dan mengambil laptop lalu membukanya.
Jamy menghubungi salah satu mata-matanya yang dari sekolah Jihan.
[ "Bagaimana hari kemaren, Jihan bertemu siapa saja?" ]
[ "Tidak ada bos, hanya bertemu teman biasa saja." ]
[ "Bagus, terus pantau jangan biarkan Jihan didekati laki-laki atau wanita yang membawa pengaruh buruk untuk anak saya." ]
[Baik!" ]
[ "Ya sudah, kembali bekerja." ]
Tut!
Jamy meletakkan kembali ponselnya dan memandang ke arah Jihan dengan seksama, "Kamu hanya milik Mami, Jihan." Jamy lalu memeluk Jihan dengan erat dari belakang.
"Ughhh ..." Suara lenguhan Jihan tapi dia tak bangun dan masih tidur.
/0/22464/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/12318/coverorgin.jpg?v=92463296cacd01955ba2c61ad1cc7369&imageMogr2/format/webp)
/0/13480/coverorgin.jpg?v=20250123145259&imageMogr2/format/webp)
/0/20150/coverorgin.jpg?v=aa37026c8ee9aaa5efab73689584202c&imageMogr2/format/webp)
/0/15445/coverorgin.jpg?v=9237c6edf1bfb2243d6db3d85f70d75f&imageMogr2/format/webp)
/0/17586/coverorgin.jpg?v=20241012145909&imageMogr2/format/webp)
/0/21572/coverorgin.jpg?v=3a807ab91c98487d10183047ec65e63d&imageMogr2/format/webp)
/0/4891/coverorgin.jpg?v=7c534a36fdc7f3f36278ce3704d27f5f&imageMogr2/format/webp)
/0/14646/coverorgin.jpg?v=1c62fdb3310f3f4159185473eabbba3a&imageMogr2/format/webp)
/0/14748/coverorgin.jpg?v=018e68ec774cdd8b7a63406ea2b23c48&imageMogr2/format/webp)
/0/20891/coverorgin.jpg?v=a40ab2ceb5f376f963f303e3f8eb8aa9&imageMogr2/format/webp)
/0/28653/coverorgin.jpg?v=4f477156a4117dcd43622329613b127a&imageMogr2/format/webp)
/0/22002/coverorgin.jpg?v=20251007222850&imageMogr2/format/webp)
/0/27459/coverorgin.jpg?v=abb8cd6f59192cdac901eb13b84400e6&imageMogr2/format/webp)
/0/16228/coverorgin.jpg?v=6c4ff6f4dc19505cf8a6235ee23019ee&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=20240820140937&imageMogr2/format/webp)
/0/19192/coverorgin.jpg?v=e54dad19d00d05cf0bd66fdbc58f5c5e&imageMogr2/format/webp)
/0/21578/coverorgin.jpg?v=f3b8007d6c41ca25e461ca7a6ea886f7&imageMogr2/format/webp)