Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Balapan liar di tengah malam?
Biasanya, hal itu hanya dilakukan oleh anak-anak jalanan. Namun, tidak ada salahnya 'kan jika seorang gadis muda yang merupakan anak pengusaha berpartisipasi di dalamnya?
Bahkan, dia adalah satu-satunya wanita yang berpartisipasi dalam balapan liar itu.
"ARZU!"
"ARZU!"
"ARZU!"
Tak sedikit yang meneriakkan namanya, bahkan bertaruh untuknya. Hingga beberapa detik tersisa, Arzu yang memakai motor besar itu ada di urutan ke tiga. Membuat semua orang panik, cemas, dan tegang.Suara riuh tadi seketika senyap, mereka membisu menyaksikan apakah jagoan mereka keluar sebagai pemenang atau tidak.Hingga tiba-tiba....
"HUUU!!!"
"ARZU!"
Suara tepuk tangan begitu riuh, teriakan penuh suka cita itu terlontar dari bibir para pendukung Arzu saat sang jagoan berhasil menyalip dua peserta di depannya.
"Sudah aku bilang, Arzu pasti menang!"
"Arzu adalah gadis yang tak terkalahkan!"
"Arzu, kau juara kami!"
Berbagai pujian gadis itu dapatkan, padahal ia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
Kini, Arzu sang pemenang turun dari motornya, ia melepaskan helm-nya dan seketika suara riuh kembali terdengar saat gadis muda itu memamerkan wajah cantiknya.
Arzu Nabilla, gadis yang baru berusia 19 tahun itu melemparkan senyum pada semua pendukungnya, melambaikan tangan layaknya artis yang menyapa para penggemarnya.
"Kamu menang lagi, Arzu," tukas teman Arzu yang bernama Intan dengan raut wajah yang terlihat sangat senang.
"Ambil hadiahnya setelah itu ayo kita pergi!" seru Arzu dan kembali naik ke motornya.Hadiahnya itu hanya sebuah motor matic, yang harganya bagi Arzu hanya lah sekedar uang jajan bulanannya. Namun, ia mengikuti balapan ini bukan untuk hadiah, tapi untuk kesenangannya semata.
🦋
Keesokan harinya.
Arzu yang menginap di rumah Intan kini terbangun. "Astaga, sudah jam 11!" pekik gadis itu. "Kenapa aku nggak dibangunin, Intan?" Ia menggeram kesal pada temannya itu.
"Aku udah bangunin kamu dari tadi, Arzu, tapi emang kamunya aja yang tidur kayak orang pingsan!" sungut Intan.
"Aku pulang dulu, bye!" Arzu berlari keluar kamar Intan tanpa menanggapi ucapan Intan, ia berpapasan dengan ibunya Intan yang sedang membersihkan halaman.
"Nggak makan dulu, Ar?" tanya wanita paruh baya itu. "Astagfirullah, kamu bahkan nggak cuci muka." Ibu temannya yang bernama Tante Ayu itu hanya bisa meringis melihat penampilan Arzu, rambut panjangnya itu acak-acakan, seperti ekor singa, dan wajahnya masih wajah bantal, terlihat jelas dia tidak mencuci wajahnya.
Kaos oblong over size menutupi hanya sampai sebatas pahanya, ia mengenakan celana mini yang bahkan mungkin tidak sampai dua jengkal.
"Buru-buru, Tante," jawab Arzu sembari naik ke atas motor gede-nya.
Tanpa permisi, ia langsung menancap gas, meninggalkan pekarangan rumah temannya itu. Membuat Ibu Intan hanya bisa geleng-geleng kepala.Selama beberapa menit mengemudi, kini Arzu memasuki sebuah komplek perumahan mewah, dengan rumah-rumah besar dan mahal di dalamnya.
Arzu menghentikan laju motornya di dekat seorang pria yang tampak kebingungan."Shhtt!" Panggil Arzu, tapi pria itu sepertinya tak mengerti.
"Sshhttt, Om!" panggil Arzu lagi.Pria itu menoleh, dan seketika Arzu terpana melihat ketampanannya. Sementara sang pria justru meringis melihat penampilan Arzu.
"Cari apa, Om? Cari alamat orang?" tebak Arzu.
"Iya," jawab pria itu. "Emm ... apa kamu tahu rumahnya David Hermawan?" tanyanya.
"Ohh ... David Hermawan." Arzu mengangguk-anggukan kepalanya. "Dia tinggal di ujung sana, Om!" Ia menunjuk ke arah depan.
"Rumahnya cat warna pink, nomor 312"
"Oh, iya. Terima kasih," ucap pria itu.
Ia pun berjalan kaki mencari rumah pria bernama David itu.
Sementara Arzu kini memasuki rumah yang berada tepat di depannya.
"Non Arzu baru pulang? Dari mana saja, Non?" tanya satpam yang membukakan gerbang untuk Arzu.
"Tidur di rumah Intan, Paman," jawab Arzu santai sembari melempar kunci motornya pada Satpam yang bernama Rudi itu. "Cuci motorku, Paman! Sampai kinclong, apalagi tadi malam dia sudah mendapatkan honda matic lho."
"Balapan lagi, Non?" pekik Pak Rudi."Rahasia kita berdua, Paman," kekeh Arzu.Ia pun segera berlari ke rumah dan berseru,
"Aku pulang!"
Seorang pria turun dari tangga, dia berkacak pinggang dan menatap Arzu dengan tajam.
"Dari mana lagi kamu, Arzu? Nggak liat jam berapa sekarang, huh?"