Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Dum..dum...dum..dum...disssss ta..."
Suara disotik di sebuah club malam terdengar sangat kencang sampai memecah gendang telinga Bela. Apalagi suara teriak-teriakan orang-orang yang menari, menambah kebisingan di tempat itu.
"Kenapa harus bertemu di sini?" keluh Bela. Melewati orang-orang yang ada di depannya. Menggeser beberapa orang yang menghalangi jalannya.
"Maaf! Maaf!" ucap Bela cepat ketika tak sengaja menyenggol seorang gadis yang ada di samping kirinya, yang langsung berbalik untuk menatapnya. Dia diam, melihat Bela sambil mengangguk tak jelas. Entah karena menjawab ya atau mengikuti alunan musik yang diputar.
"Maaf Mba!" ucap Bela lagi, cepat-cepat menghindar dari gadis yang kehilangan akalnya itu.
Setelah menembus beberapa orang di depannya, Bela kembali melihat tempat yang terlihat remang-remang itu. Mencari sosok wanita yang ia kenal.
"Di sini Bel!" panggil teman wanitanya, mengacungkan tangannya ke atas. Memberikan tanda ke Bela bahwa dia ada di sana.
Melihatnya, Bela jadi agak ragu untuk mendekat. Di tempat temannya itu, hampir seluruh teman duduknya adalah laki-laki semua.
"Ayo duduk!" ajak temannya itu.
Bela terpaksa datang menghampiri temannya itu karena tidak ada pilihan lagi. Dia datang ke sana untuk meminjam uang.
"Kita bicara di luar aja. Di sini ribut!" ucap Bela dengan suara keras. Tak mau duduk. Apalagi semua mata laki-laki yang sedang duduk dengan temannya itu terarah padanya.
"Aku gak bisa keluar. Aku bentar lagi mau manggung!" jawab temannya itu yang seorang DJ di club itu. Berbicara dengan suara sedikit keras juga karena alunan musik yang sangat kencang.
"Duduk aja dulu!" ajak temannya itu.
"Ayok duduk di sini!" ucap laki-laki di sebelah temannya itu, memberikan tempat duduk untuk Bela. Sementara itu dia pindah ke sisi yang lain.
Karena sangat butuh pertolongan temannya itu. Mau tak mau bela jadi duduk di tempat yang sudah diberikan.
"Terima kasih!" balas Bela.
"Don't judge people by cover!" gumamnya dalam hati. Menenangkan hatinya yang merasa takut untuk datang ke tempat itu.
"Jadi bagaimana?" tanya Bela langsung pada intinya.
"Ohhhh itu....," balas temannya itu lagi. Melihat ke arah teman-teman prianya. Seolah memberikan kode untuk temannya itu.
"Kamu mau uang berapa?" tanya teman laki-laki dari temannya itu. Membuat Bela terkejut dan langsung melihat ke arah laki-laki yang bertanya padanya itu.
"Kamu memberitahunya?" tanya Bela pada teman wanitanya, menatapnya dengan tatapan tajam.
"Aku lagi gak punya uang. Kamu bilang aja ke dia. Dia orang kaya!" bisik temannya itu ke Bela. Tersenyum kembali ke arah laki-laki itu setelah dia selesai mengatakannya.
"Seharusnya kamu bilang kalau memang tidak ada!" balas Bela, merasa kesal. Dia bangun dari tempat duduknya dan segera pergi dari tempat itu. Tapi laki-laki yang tadi bertanya padanya itu langsung berdiri menghadangnya.
"Bro! Dia gak mau sama kamu....," teriak temannya yang lain sambil tertawa.
"Diam kalian!" bentak laki-laki itu. Melihat kembali ke arah Bela.
"Aku hanya mau membantumu!" balasnya, melirik ke arah Cika yang ada di belakang Bela.
"Ya Bel. Dia ini temanku. Jadi dia juga temanmu!" balas Cika, ikut berdiri sambil menepuk pundak Bela.
Saat ini Bela marah bukan karena dia di goda hanya saja karena malu, semua orang jadi tahu dia sedang membutuhkan uang dan lagi, ditawari uang oleh laki-laki yang sering datang ke club membuatnya berpikir dirinya seperti gadis bayaran saja.
"Ambil saja. Dia orangnya baik kok!" bisik Cika lagi,
"Laki-laki memberikan sesuatu pada seorang pasti ada maunya. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Jadi apa sebenarnya maumu?" tanya Bela dengan tegas langsung pada intinya.
"Aku hanya ingin berteman denganmu!" jawab laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Bela.
"Berteman?" tanya Bela mulai memikirkan kembali permintaan laki-laki itu. Pasalnya dia sangat membutuhkan uang untuk Ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit.
"Teman ranjang maksudnya!" sahut teman-temannya yang lain sambil tertawa ngakak.
"Kalian bisa diam gak...," tekan laki-laki itu sambil memberi isyarat ke teman laki-lakinya yang lain.
Mendengarnya, Belapun jadi semakin emosi. Apalagi sosok wanita tiba-tiba datang menghampiri laki-laki itu dan melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu, membuat Bela semakin berprasangka buruk dengan niat laki-laki itu.
"Ada apa ini sayang?" tanya wanita itu dengan manjanya, meliuk-liukkan tubuhnya di sekitar laki-laki itu.
"Jadi bagaimana? Kamu mau atau tidak? Aku hanya menawarkan bantuan satu kali saja!" ucap laki-laki itu.
"Daripada menerima bantuan darimu. Aku lebih mati!" balas Bela dengan nada tegas, menatap laki-laki itu dengan tatapan jijik.