Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Istri CEO

Pesona Istri CEO

Heri Satria

5.0
Komentar
303
Penayangan
1
Bab

Hana Clairine -Obsesi menjadi Reporter ternama-Tapi tidak mudah baginya untuk mendapatkan itu. Lantaran dia hanya wartawan di sebuah perusahaan media cetak biasa. Selain itu, ia harus bersaing dengan seorang reporter populer. Pria itu bernama Satria Runako, tampan, berkarisma dan diidolakan oleh banyak kaum hawa. Siapa sangka jika mendadak Satria melamar Hana tepat di acara pernikahan kekasih Satria, lebih tepatnya sudah menjadi mantan kekasih beberapa jam yang lalu. Lamaran itu tentu membuat pernikahan itu menjadi kacau berantakan. Akankah kebetulan itu akan menyatukan mereka? Atau justru menjadi bencana bagi karir mereka berdua?

Bab 1 Seperti Mimpi Di Siang Bolong

"Astaga, hari ini gue ada ujian. Shit!"

Kepanikan terlihat di wajah cantik wanita berusia dua puluh satu tahun bernama Neysa Ayunda. Wanita berbola mata cokelat itu baru saja memakai pakaiannya. Penampilan sedikit berubah, tidak seperti biasanya.

Dia tidak lagi memakai kemeja dengan kaos di dalamnya. Penampilan Neysa sekarang terlihat sedikit lebih feminim dari sebelumnya, memakai jeans dan baju wanita sewajarnya. Wajahnya sudah sedikit diberi make up dan lipbalm untuk menambah kesegaran bibirnya.

Langkah kakinya terayun menuju meja makan. Wanita tua yang satu-satunya dia miliki di dunia ini telah menunggu kehadirannya.

"Maaf ya, pagi ini kita sarapan apa adanya. Dagangan nenek kemarin lakunya sedikit, jadi kita nggak bisa..."

"Iya, Nek. Nggak apa-apa. Apapun yang Nenek masak untukku, adalah menu terenak yang aku sukai. Jadi, nenek nggak perlu merasa bersalah ya," ujar Neysa, mengembangkan senyumnya.

"Syukurlah, kamu memang cucu nenek yang paling baik."

"Selalu dan selamanya, Nek," ucap Neysa, seraya memeluk neneknya.

Setelah itu, dia mengambil posisi di depan neneknya. Lalu mereka menikmati sarapan yang apa adanya tersebut. Neysa menghabiskan sarapannya dengan cepat, karena dia harus segera ke kampus. Dia meneguk jusnya dan berniat untuk beranjak.

"Neysa, kamu sehat, kan?" tanya sang nenek bernama Mira.

"Emangnya kenapa, Nek?"

"Penampilanmu lucu," ledek Mira.

Sebenarnya Mira lebih senang penampilan Neysa yang sekarang. Namun, karena ia baru melihatnya, sehingga ia merasa lucu melihat cucunya tampil feminim.

"Ih! Nenek apaan sih. Ngeledek deh," keluh Neysa, tampak malu.

"Nggak jelek kok. Malah ini penampilanmu yang paling cantik. Kalau kayak gini, baru cewek namanya," sahut Mira yang terlihat senang dengan perubahan cucunya. "Pasti karena Exel, kan?"

"Apaan sih, Nek. Bawa-bawa Exel. Dia tuh pasti terima aku apa adanya. Jadi, mau berpenampilan gimana pun, dia tetap akan sayang aku, Nek," ujar Neysa terkekeh. "Iya udah, aku jalan dulu ya, Nek."

Wanita cantik itu lalu mengecup punggung tangan neneknya sebelum beranjak. Dia melangkah penuh semangat menuju motor matik pink kesayangannya.

Sebelum ia melajukan motor dan meninggalkan kediamannya. Lagu selow, turut menghiasi paginya seraya menikmati macetnya kota Jakarta pagi ini.

Imajinasinya pun melayang. Dia membayangkan jika kelak akan memakai gaun berwarna putih di acara pernikahannya, sangat romantis. Lalu diringi lagu "Beautiful in White" seperti yang dia impikan selama ini.

"Uhh, aku nggak sabar ingin menjadi nyonya Exel," ucap Neysa.

Dia menyalakan motor, dan menarik gasnya dengan santai. Dia tidak ingin buru-buru mengemudi motornya, dan memilih menikmati setiap detik waktunya hingga tiba di kampus.

Di tengah perjalanan, sebuah mobil menabrak genangan air sisa hujan kemarin. Hingga membuat pakaian Neysa basah dan kotor. Emosinya meluap, langsung mengejar mobil sedan merah tersebut.

Sesampainya di depan sedan merah itu, dia menghentikan motornya di depan mobil yang tengah melaju itu. Dengan cepat mobil itu berhenti mendadak.

"Woy, bosan idup lo?" teriak seorang pria yang mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil.

Neysa tampak kesal, lalu melepas helmnya. Dia ingin membuat perhitungan dengan pria itu. Lalu menghampiri pemilik mobil itu dengan penuh amarah. Tanpa diduga, pemilik mobil juga keluar dari mobilnya.

"Napa lo? Mau marah?" tanya pria asing itu.

"Mobilmu udah membuat pakaianku kotor, ngerti!"

"Iya udah, marah aja sama mobilnya. Silakan!" seru pria itu dengan ekspresi yang menyebalkan.

Neysa benar-benar kesal dengan sikap pria di depannya. Bukannya minta maaf, malah memamerkan wajah yang menyebalkan.

"Kenapa? Lo nggak tahu caranya marah sama mobil?" ejek pria itu.

Neysa merasa buang waktu berada di tempat itu. Dia langsung menendang tulang kaki pria itu, hingga membuatnya menjerit.

"Mampus lo," ujar Neysa, dan bergegas naik ke motornya.

"Woy, tunggu lo. Arghhh, sakit!" jerit pria itu.

Neysa tidak peduli dengan keadaan itu. Dia memilih meninggalkan pria tak tahu diri itu. Sepanjang perjalanan, dia menggerutu dan mengumpat-umpat pria sombong itu.

***

Neysa baru saja membuka ponselnya ketika tiba di parkiran kampus. Dia membaca pesan dari sang kekasih tercinta. Lantas bibirnya membentuk senyuman setelah tiga kalimat itu ia baca.

Segera ia membalasnya dengan perasaan bahagia. Jangan tanya sebahagia apa Neysa hari ini, tidak bisa dideskripsikan dengan apapun, sangat bahagia.

"Thanks ya! Gue seneng kamu selalu menyapa pagiku dengan kata-kata manismu."

Neysa membalas pesan kekasihnya. Ketika selesai mengetik pesan tersebut, dia lalu turun dari motornya dan melangkah menuju lobi fakultas. Tanpa diduga dua sahabatnya sudah menunggu Neysa.

"Ney, Wait! Wait!" panggil Linda.

Neysa pun berhenti melangkah. Dia menduga ada hal yang ingin disampaikan oleh sahabatnya. Tentu saja ratusan pertanyaan sudah siap dia terima dari dua sahabat yang super kepo ini.

"Cieee, yang udah nggak LDR lagi," ejek Serly.

"Hemmmm! Katanya bosen LDR mulu," ledek Linda lagi. "Sekarang udah enak dong endehoy-nya," ledeknya lagi.

"Kalian apaan sih, pagi-pagi ghibahin orang aja. Exel juga lagi bahagia, kalian omongin. Entar dia gigit lidah sendiri, gimana?"

"Ah lebay lo. Percaya aja sama mitos," kekeh Linda.

"Iya nih. Udah nggak ngaruh di zaman sekarang," sambung Serly.

Mereka pun bergegas menuju kelas, karena akan ada mata kuliah semester bawah yang harus mereka ulang.

Namun tanpa diduga, di perjalanan mereka bertemu dengan Exel yang baru saja keluar dari ruangannya. Linda dan Serly pun memahami keadaan itu, dan bergegas meninggalkan Neysa sendirian.

"Kalian memang sahabat yang peka. Tahu aja kalo gue lagi ingin berdua sama calon suami," gumam Neysa, dalam hati seraya mengedipkan mata melihat dua sahabatnya yang naik ke lantai dua.

Exel yang menyadari kehadiran Neysa. Langsung menghampiri wanita itu dengan senyum hangat terlukis di wajahnya. Jantung Neysa berdegup kencang menyambut calon suaminya yang super tampan itu.

"Ada kelas?" tanya Exel canggung. Padahal sudah 7 tahun hubungan percintaan mereka sejak SMA.

"Iya, gue ada kelas," jawab Neysa, canggung.

"Ngulang?"

"Ehm, nggak usah dipertegas juga dong, sayang," keluh Neysa, dengan raut muka malu.

Pria tampan itu lalu tersenyum lagi, dan mengacak-acak poni wanita cantik di depannya. Sementara Neysa hanya mematung mendapat perlakukan itu.

"Lo tahu nggak?" tanya Exel dengan sorot mata yang menyenangkan.

"Apa?"

"Tiap kali lo senyum, gue merasa jadi manusia paling beruntung di dunia. Tolong, jangan pernah sedih di hadapan gue ya. Lo harus janji sama gue. Apapun yang lo hadapi, lo harus tetap bahagia sama gue," pinta Exel.

Neysa hanya tersenyum mengangguk, ia berharap demikian sekalipun ia tidak pernah tahu bagaimana keadaannya nanti. Dia cuma bisa pasrah dan berusaha mempercayai janji yang pernah Exel ucapkan di depan sunset di kota Amsterdam kala itu.

Beberapa jam berlalu, Neysa yang tengah bersenda gurau bersama dua sahabatnya, tiba-tiba terhenti ketika suara ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor calon suaminya.

"Halo, sayang..."

"Maaf, Anda keluarganya?" potong seseorang yang Neysa tidak kenal. "Pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan maut!"

Deg!

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Heri Satria

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku