Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
DIBUTUHKAN SEGERA!
CLEANING SERVICE PT. X-PA COUNT.
WANITA/PRIA, MAX 25 TAHUN.
PENAMPILAN RAPI, TIDAK BERTATO.
FRESH GRADUATE.
SEMUA SYARAT DIMASUKAN KE DALAM AMPLOP COKLAT DAN SILA DATANG KE POS UNTUK PENGAJUAN LAMARAN.
TIDAK MENERIMA EMAIL ATAU TELEPON.'
Berbagai selebaran lowongan kerja banyak sekali ditawarkan untuk para mahasiswa dan mahasiswi yang telah menyelesaikan skripsi. Dengan berbagai jenis lowongan, cukup membuat mereka merasa senang dan bersemangat untuk segera menyiapkan lamarannya sebaik mungkin.
Banyak sekali para mahasiswa yang sengaja mengajukan lamaran meski sidang akhir belum selesai. Banyak juga dari mereka yang mencari pekerjaan paruh waktu karena mereka akan kembali menempuh S2.
Tak hanya itu, banyak pula para mahasiswi yang merencanakan pernikahan setelah wisuda nanti. Banyak pasangan yang berbondong-bondong datang untuk sekadar menghadiri acara paling dinanti bagi para mahasiswa.
Ada pula yang sengaja meniti karir terlebih dahulu dan tak terlalu menganggap cinta sebagai tolak ukur utama. Mereka lebih giat dan ambisius untuk meraih kesuksesannya dulu sebelum mencari cinta.
Yang terpenting, setiap manusia memiliki prinsip hidupnya masing-masing.
Setelah akhir dari perjuangan itu, mereka kembali melangkah menempuh kehidupan yang benar-benar akan menjadi tujuan utama dari apa yang sebelumnya telah mereka rencanakan.
Sementara itu, di sisi sibuknya para mahasiswa dan mahasiswi yang tengah menyiapkan rencana selanjutnya mereka, tentu tak bisa dipungkiri ada segelintir anak manusia yang merasa bimbang ingin menempuh perjalanan seperti apa.
Mereka tak tahu potensi mereka seperti apa dan merasa tak percaya diri untuk melangkah ataupun menantang dirinya sendiri.
Begitu pula dengan Lyn.
Wanita itu masih termangu dalam diamnya sambil terus membaca satu persatu lowongan kerja yang ia terima dari banyak perusahaan.
Berbagai aspek pekerjaan yang ditawarkan tak cukup membuat wanita itu paham akan minat dan bakatnya saat ini.
Dia belum memiliki rencana. Dia tak tahu mau menjadi apa dan akan seperti apa.
"Nih, Avocado Cappuccino," Disha datang sambil menyodorkan satu gelas itu.
"Wah. Terima kasih," Lyn menerimanya dengan senang hati. Perhatiannya masih tertuju ke arah kertas yang nampak menggunung berada di depannya itu.
"Lagi baca apa?" tanya Disha sambil menyeruput Latte miliknya.
"Nih. Tadi dikasih sama Bryan," jawab Lyn sembari menunjukannya kepada Disha.
"Wah. Oke nih. Kamu mau langsung kerja? Atau lanjut S2?"
"Aku bingung. Di sisi lain aku ingin belajar, tapi di sisi lain aku juga ingin punya uang sendiri."
"Ya sudah. Ambil kelas karyawan saja."
Lyn menggelengkan kepalanya, "Rasanya tak sanggup. Pasti sangat melelahkan."
Disha membaca lowongan kerja itu satu persatu, "Kalau begitu, kamu coba saja lamar ke perusahaan ini," tunjuknya ke sebuah kertas.
"Jadi Admin?" tanya Lyn tak yakin.
"Iya. Coba aja."
"Ah. Aku takut."
"Takut kenapa?" Disha mengerutkan kening.
"Di perusahaan ada senioritas tak ya? Aku takut."
"Itu hal biasa, Lyn. Biasanya mereka bersikap seperti itu untuk melihat ketahanan fisik dan mental kamu seperti apa. Nanti kalau sudah terbiasa, mereka pasti akan baik juga kok. Sama kayak mau masuk sekolah atau universitas. Ada ospek dulu istilahnya."
Lyn terdiam sesaat, "Aku belum percaya kalau jadi admin."
"Coba aja dulu," Disha kembali memperhatikan kertas itu satu persatu, "Atau ini nih. Jadi supervisor aja."
"Emang bisa buat aku yang belum ada pengalaman?"
Disha berpikir sejenak, "Kurang tahu ya. Tapi coba aja dulu. Ini loker kan dikasih untuk kita kita yang fresh graduate. Berarti bisa."
Lyn masih terlihat bingung. Dia kembali membaca satu persatu selebaran itu karena merasa tak yakin atas kemampuannya sendiri.