Setelah dirasa tepat waktu, Gion memberi saham perusahaan X-PA COUNT kepada Mike, anak tunggalnya sendiri. Namun selang beberapa bulan setelah pemindahan jabatan, X-PA COUNT mengalami skandal besar karena cokelat buatannya mengandung racun hingga menimbulkan korban berjatuhan bagi yang mengonsumsinya. Skandal itu pula telah membuat Mike masuk ke dalam penjara dan membuatnya diperlakukan buruk di dalam sana. Lyn selaku pegawai cleaning service di perusahaan itu tak terima dan berusaha mencari segala bukti agar menunjukkan bahwa Mike tak bersalah. Akankah dia mampu membersihkan nama Mike dan hidup bahagia bersamanya?
DIBUTUHKAN SEGERA!
CLEANING SERVICE PT. X-PA COUNT.
WANITA/PRIA, MAX 25 TAHUN.
PENAMPILAN RAPI, TIDAK BERTATO.
FRESH GRADUATE.
SEMUA SYARAT DIMASUKAN KE DALAM AMPLOP COKLAT DAN SILA DATANG KE POS UNTUK PENGAJUAN LAMARAN.
TIDAK MENERIMA EMAIL ATAU TELEPON.'
Berbagai selebaran lowongan kerja banyak sekali ditawarkan untuk para mahasiswa dan mahasiswi yang telah menyelesaikan skripsi. Dengan berbagai jenis lowongan, cukup membuat mereka merasa senang dan bersemangat untuk segera menyiapkan lamarannya sebaik mungkin.
Banyak sekali para mahasiswa yang sengaja mengajukan lamaran meski sidang akhir belum selesai. Banyak juga dari mereka yang mencari pekerjaan paruh waktu karena mereka akan kembali menempuh S2.
Tak hanya itu, banyak pula para mahasiswi yang merencanakan pernikahan setelah wisuda nanti. Banyak pasangan yang berbondong-bondong datang untuk sekadar menghadiri acara paling dinanti bagi para mahasiswa.
Ada pula yang sengaja meniti karir terlebih dahulu dan tak terlalu menganggap cinta sebagai tolak ukur utama. Mereka lebih giat dan ambisius untuk meraih kesuksesannya dulu sebelum mencari cinta.
Yang terpenting, setiap manusia memiliki prinsip hidupnya masing-masing.
Setelah akhir dari perjuangan itu, mereka kembali melangkah menempuh kehidupan yang benar-benar akan menjadi tujuan utama dari apa yang sebelumnya telah mereka rencanakan.
Sementara itu, di sisi sibuknya para mahasiswa dan mahasiswi yang tengah menyiapkan rencana selanjutnya mereka, tentu tak bisa dipungkiri ada segelintir anak manusia yang merasa bimbang ingin menempuh perjalanan seperti apa.
Mereka tak tahu potensi mereka seperti apa dan merasa tak percaya diri untuk melangkah ataupun menantang dirinya sendiri.
Begitu pula dengan Lyn.
Wanita itu masih termangu dalam diamnya sambil terus membaca satu persatu lowongan kerja yang ia terima dari banyak perusahaan.
Berbagai aspek pekerjaan yang ditawarkan tak cukup membuat wanita itu paham akan minat dan bakatnya saat ini.
Dia belum memiliki rencana. Dia tak tahu mau menjadi apa dan akan seperti apa.
"Nih, Avocado Cappuccino," Disha datang sambil menyodorkan satu gelas itu.
"Wah. Terima kasih," Lyn menerimanya dengan senang hati. Perhatiannya masih tertuju ke arah kertas yang nampak menggunung berada di depannya itu.
"Lagi baca apa?" tanya Disha sambil menyeruput Latte miliknya.
"Nih. Tadi dikasih sama Bryan," jawab Lyn sembari menunjukannya kepada Disha.
"Wah. Oke nih. Kamu mau langsung kerja? Atau lanjut S2?"
"Aku bingung. Di sisi lain aku ingin belajar, tapi di sisi lain aku juga ingin punya uang sendiri."
"Ya sudah. Ambil kelas karyawan saja."
Lyn menggelengkan kepalanya, "Rasanya tak sanggup. Pasti sangat melelahkan."
Disha membaca lowongan kerja itu satu persatu, "Kalau begitu, kamu coba saja lamar ke perusahaan ini," tunjuknya ke sebuah kertas.
"Jadi Admin?" tanya Lyn tak yakin.
"Iya. Coba aja."
"Ah. Aku takut."
"Takut kenapa?" Disha mengerutkan kening.
"Di perusahaan ada senioritas tak ya? Aku takut."
"Itu hal biasa, Lyn. Biasanya mereka bersikap seperti itu untuk melihat ketahanan fisik dan mental kamu seperti apa. Nanti kalau sudah terbiasa, mereka pasti akan baik juga kok. Sama kayak mau masuk sekolah atau universitas. Ada ospek dulu istilahnya."
Lyn terdiam sesaat, "Aku belum percaya kalau jadi admin."
"Coba aja dulu," Disha kembali memperhatikan kertas itu satu persatu, "Atau ini nih. Jadi supervisor aja."
"Emang bisa buat aku yang belum ada pengalaman?"
Disha berpikir sejenak, "Kurang tahu ya. Tapi coba aja dulu. Ini loker kan dikasih untuk kita kita yang fresh graduate. Berarti bisa."
Lyn masih terlihat bingung. Dia kembali membaca satu persatu selebaran itu karena merasa tak yakin atas kemampuannya sendiri.
"Coba aja dulu, Lyn. Semua orang yang udah punya jabatan tinggi aja sebelumnya merintis dari nol dulu. Kuncinya kamu harus percaya bahwa kamu bisa."
"Justru itu masalahnya, Dish. Aku masih takut sama dunia luar. Belum siap aja rasanya gitu."
Disha tersenyum, "Semuanya ada proses. Kalau kamu selalu takut, terus kapan mau coba?"
"Kalau aku coba ke sini gimana?" Lyn menunjukan selebaran itu kepada Disha.
Wanita itu memicingkan matanya. Setelah membaca semua itu, dia terkejut bukan main.
"Eh. Apa aku engga salah lihat Lyn? Masa iya kamu mau lamar jadi cleaning service?" Disha tertawa.
"Kok kamu jadi kayak ngeremehin gitu?"
Disha menggelengkan kepala, "Aku tak meremehkan. Jadi petugas cleaning service itu pekerjaan yang mulia. Tapi coba kamu pikir baik-baik. Mana mungkin kamu mau lamar ke sana sementara masih ada banyak lamaran lain yang lebih menjurus ke kamu? Ingat, Lyn. Nilai IPK kamu itu dengan pujian. Masa kamu mau menyia-nyiakannya?"
"Ah. Aku bingung, Disha. Aku sudah mengajukan lamarannya ke sini."
Disha terhenyak, "Apa? Ke perusahaan X-PA COUNT?"
Lyn mengangguk.
"Jadi cleaning service?"
"Aku mencobanya dulu sambil menimang-nimang lagi nanti. Setelah aku bisa beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan seperti apa, aku akan mencari lagi."
Wanita itu terdiam sesaat lalu tersenyum, "Ya sudah. Jika itu maumu, aku tak bisa apa-apa. Aku hanya berdoa semoga kamu bisa betah dan mendapatkan posisi yang layak."
"Aamiin. Tetap saling support ya, Dish. Semoga kita bisa sukses bersama."
"Aamiin. Pasti, Lyn. Pasti."
Lyn tersenyum lalu meneguk Avocado Cappuccino miliknya, "Ak-"
Drrtt!!!
Ponsel wanita itu tiba-tiba bergetar. Dengan segera, Lyn memeriksanya dan melihat ada nomor baru yang menghubunginya.
"Halo selamat siang," seru seseorang di seberang sana ketika Lyn telah menekan tombol jawab, "Dengan bu Lynaf Aritsa?"
"Selamat siang. Iya dengan saya sendiri. Ada apa ya, bu?" jawab Lyn sedikit berhati-hati sambil sesekali melirik Disha yang penasaran.
"Kebetulan, kami sudah membaca lamaran yang ibu ajukan kemarin. Setelah dipertimbangkan, ibu lolos seleksi tahap pertama untuk bergabung dengan perusahaan X-PA COUNT."
Lyn membulatkan mata. Tangannya tiba-tiba gemetar saat mendengar hal itu.
Entah bahagia atau sedih, tapi Lyn cukup gugup setelah tahu apa yang disampaikan wanita dibalik telepon itu.
"B-benarkah, bu? S-saya diterima?"
"Untuk tahap pertama, iya bu. Selamat ya," wanita itu tampak ramah, "Kami harap, ibu bisa mendatangi perusahaan kami pada pukul 08.00 besok pagi untuk melakukan interview. Apakah ibu berkenan?"
Lyn menatap Disha sesaat yang tampak sumringah bahagia, "Iya gitu, iya," bisik Lyn gereget.
"I-iya, bu. S-saya..., saya berkenan."
"Baik. Kami tunggu kedatangan ibu besok ya. Jangan lupa kenakan kemeja putih dan celana hitam. Jika ibu berhijab, ibu boleh mengenakan kerudung hitam."
"Ah iya, siap."
"Baik bu. Ada yang ingin ditanyakan sebelum saya tutup?"
"Apakah ada barang atau sesuatu yang harus saya bawa besok, Bu?" tanya Lyn kemudian.
"Ah tidak. Ibu datang saja kemari. Jika nanti sedikit bingung, tanyakan saja kepada satpam. Nanti ibu akan diarahkan."
"Oh iya. Baik. Saya mengerti."
"Oke. Ada yang ingin ditanyakan lagi?"
"Cukup, bu. Cukup. Terima kasih."
"Baik. Saya tunggu kedatangannya besok ya, Bu. Terima kasih. Semoga ibu sehat selalu."
...
Buku lain oleh stmsyrh
Selebihnya