Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Pertama Mr. Eros

Cinta Pertama Mr. Eros

Shasavinta

5.0
Komentar
584
Penayangan
23
Bab

Kehilangan kesuciannya saat remaja, menjadi awal kehancuran hidup bagi Agnella Wibisono. Kekecewaan pada pria yang telah merenggut masa depannya, membuat Agnella terjerumus pada pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Namun berkat dukungan dari orang terdekatnya, Agnella berhasil bangkit lagi dan mulai menata masa depannya. Bahkan Agnella kini memiliki kisah asmara yang nyaris sempurna. Seakan takdir tak bosan mempermainkannya, orang-orang dari masa lalunya yang kelam satu per satu kembali dan berada sangat dekat dalam lingkup hidupnya. Bagaimana Agnella menghadapi mereka yang tak ingin ia temui dan ingin ia lupakan?

Bab 1 One Night Stand

Hari ini, Tuhan lagi-lagi kembali menunjukkan kuasanya melalui sesuatu yang indah dan menakjubkan yaitu fajar.

Pagi itu, ia tiba memberikan kehangatan pada hati yang terasa dingin.

Pagi itu, ia tiba menyelamatkan kehidupan ini dari kesunyian ketika malam tiba.

Hal itu pula yang terjadi di satu-satunya presidential suite room milik salah satu hotel berbintang di Ibu Kota.

Sepasang anak manusia yang semalam baru saja mengukir kisah dalam sebuah penyatuan penuh gairah, rupanya kini masih enggan untuk bertemu dengan sang fajar.

Masih enggan untuk sekedar menyapa, atau bertanya 'ada hal penting apa hari ini yang patut untuk mereka perjuangkan?'

Namun jangan pernah ragukan kegigihan sang Fajar, ia selalu menepati janjinya untuk hadir setiap hari dan memberi sinar penuh harapan di mana pun kau berada, meski di celah tersempit pun, kau tetap akan ditemukan olehnya.

Bias sinar-sinar itu pula yang baru saja sukses melakukan tugasnya. Mengusik lelapnya seorang wanita yang betah bergelung di bawah selimut tebal.

Perlahan-lahan, manik mata wanita berparas cantik yang awalnya terpejam kini mulai terjaga. Bias sinar yang masuk melalui sela-sela tirai pada jendela sungguh mengganggu jangkauan pandangan netranya.

Netranya menelisik ke seluruh penjuru ruangan yang memberi kesan mewah dan asing dalam pandangan seorang Agnella Wibisono.

Nella, begitu sapaan gadis kini merasa sesuatu yang lain sedang terjadi pada tubuhnya.

Kepalanya rasanya sakit dan sangat berat meski hanya untuk ia gerakkan sedikit saja.

'Pasti karena semalam aku terlalu banyak meminum alkohol,' pikirnya.

Kelelahan? Ya, itu yang ia rasakan kini. Seperti tulang-tulang pada tubuhnya seakan hendak terlepas dari tempatnya.

"Apa yang terjadi padaku semalam?" gumamnya lirih dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Rupanya, suara serak Nella yang terputus-putus lebih ampuh dibanding bias sinar sang fajar untuk mengusik lelapnya tidur seorang pria yang kini memeluk tubuh Nella dengan posesif.

Eunnghhh .....

Lenguhannya sontak membuat kesadaran Agnella kembali dengan sempurna.

Kini Nella tahu, apa yang menjadi sumber dari segala hal tak biasa yang ia alami pagi ini.

Semua yang ia rasakan adalah akibat dari pergumulan panas dan hebat, yang ia lakukan berkali-kali dalam waktu semalaman. Tujuan keduanya hanya satu, menggapai kenikmatan dunia yang telah lama tak dirasakannya.

Panik, takut, kecewa, marah, gelisah, semua perasaan itu kini bercampur aduk dalam benak wanita berusia 25 tahun itu.

Tak tahu harus bagaimana, air mata yang menggenangi netranya kini sudah luruh tanpa permisi.

Nella masih berusaha menjaga kewarasannya agar ia tak melakukan hal yang bisa saja merugikan dirinya.

Surai panjangnya yang sengaja ia beri warna brown gold menjadi sasaran kekecewaannya pada diri sendiri.

Ia acak-acak rambutnya sembari menangis. Mengigit bibir bawahnya dengan keras agar tak menimbulkan suara isakan.

Bahkan kini benda kenyal yang semalam terus saja mendapat dan memberi kepuasan itu kini telah mengeluarkan darah.

'Tidak!' Serunya dalam hati.

'Aku tidak boleh hancur lagi hanya karena kesalahan yang kulakukan semalam.' Batin Nella.

Ini hanya one night stand, dan sejatinya aku tak perlu terbebani bukan?

Perlahan-lahan, Nella memindahkan lengan kekar pria yang sejak semalam mendekapnya erat. Memberinya kehangatan juga kenyamanan setelah keduanya berhasil mencapai puncak berkali-kali.

Semua peristiwa semalam, pertempuran hebat yang terjadi di antara dirinya dengan pria yang tak ingin ia tatap wajahnya juga desahan-desahan yang keluar dari bibir merah muda miliknya terekam jelas diingatan Nella saat ini.

Namun semua itu tetap tak cukup untuk membuat Nella mengurungkan niatnya untuk mundur.

Ia sudah bertekad untuk pergi secepatnya dari tempat terkutuk itu. Kembali memulai hidupnya yang baru saja memulai babak baru.

'Tak akan kubiarkan apa yang terjadi malam ini mengacaukan semua yang telah kuusahakan selama ini.'

Begitu ia berhasil memindahkan lengan kekar sang pria, Nella segera beranjak dari tempat tidur. Memunguti sembari mengenakan kembali satu per satu pakainya yang berserakan di atas lantai yang beralaskan karpet tebal.

Sesekali Nella meringis saat merasa perih pada bagian inti tubuhnya. Tak perlu ia cari tahu alasannya, Nella hanya bisa menghela napas berat sambil melirik ke arah pria yang masih bergelung di bawah selimut tebal itu.

Terbersit niat Nella untuk menelisik wajah sang pria.

'Bagaimana yah kira-kira wajah pria yang semalam menggagahiku?' Tanya Agnella pada dirinya sendiri.

Namun segera ia gelengkan kepalanya.

'Lebih baik aku tahu siapa dia. Akan canggung jika suatu saat aku bertemu dengannya.' Batin Nella.

Gaun hitam mini tanpa lengan sudah kembali membalut tubuhnya. Stoking hitam sudah menutupi kaki jenjang dan pahanya yang putih dan mulus. Surai yang tadi sempat menjadi tempat pelampiasan amarahnya, kini sudah Nella rapikan seadanya saja.

Tinggal mencari di mana tas tangan yang ia gunakan semalam, sebelum wanita itu benar-benar siap untuk pergi.

Matanya menelisik kembali ke seluruh penjuru ruangan. Memindai sudut demi sudut hingga ia menemukan benda yang dicarinya berada di atas nakas samping tempat tidur.

Berjinjit-jinjit Nella mendekat. Entah apa tujuannya, mungkin Nella harap dengan begitu bisa mengurangi sedikit kemungkinan pria itu akan terjaga.

Tas tangan sudah dalam genggaman Nella, seharusnya ia langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun entah apa yang menyebabkan wanita itu nekat menoleh ke arah pria yang masih terlelap dengan damai.

Bruk ...

Tas dalam genggaman Nella terjatuh menimbulkan bunyi yang memancing gerakan dari sang pria.

Air mata Nella yang tadinya sudah mengering kini kembali menggenang. Bahkan lebih deras dari sebelumnya.

Dadanya sesak, bahkan napasnya kini seperti tercekat di tenggorokan.

Kedua tangan Nella, ia gunakan untukmenutup mulutnya. Berharap tak ada jeritan yang keluar dari sana.

Hantaman bayangan masa lalu yang kelam serasa tiba-tiba menimpa tubuhnya.

Kakinya lemas bagai jelly, hingga tubuh wanita itu luruh sepenuhnya dan kini ia hanya bisa duduk bersimpuh di atas karpet tebal tempat ia berpijak tadi.

Nella menangis dan menahan isakannya secara bersamaan. Berharap tangisan yang berasal dari lubuk hati terdalamnya ini mampu memutar kembali waktu hingga ia bisa menghindari kejadian semalam.

Menghindari pertemuan dengan seorang pria dari masa lalunya yang sangat ingin ia lupakan.

Getaran pada ponsel yang masih ada dalam tasnya, mengembalikan kesadaran Nella.

'My Bee' tampak pada layar sebagai id pemanggil.

Melihat itu Nella lantas bangkit.

'Cukup sekali saja kau hancurkan hidupku. Sama sepertimu dahulu, kini aku yang akan pergi tanpa perlu peduli apa yang mungkin mau rasakan.'

Tertatih-tatih Nella berjalan menggapai pintu keluar dari kamar termewah hotel ini. Ia meringis menahan perih di bagian intinya.

Sementara rasa sakit lain, rasa sakit yang berkali-kali lipat sakitnya, kini menerpa hati Nella membuatnya tak sanggup untuk menahan desakan air mata dari sudut matanya.

Wanita itu seakan tuli dan buta, ia tak peduli dengan tatapan hina dan cibiran yang dilayangkan beberapa orang padanya.

Nella terus saja berjalan tertatih, berjalan secepat yang ia bisa. Tujuannya yaitu keluar dari bangunan megah hotel berbintang yang sarat dengan kemewahan di setiap sudutnya.

"Aku tak peduli. Aku sudah pernah menerima penghinaan yang lebih dari itu semua. Aku baru saja keluar dari lubang hitam yang sempat mengurungku. Aku tak ingin lagi kembali ke sana," gumamnya penuh tekad.

Ponsel Nella kembali bergetar, sebab seseorang dengan nama kontak 'My Bee' lagi-lagi menghubunginya.

Nella menghela napas panjang, mengatur suaranya agar tak terdengar serak dan bisa saja menimbulkan kecurigaan dari si penelepon.

Setelah dirasa dirinya siap, Nella akhirnya menerima panggilan telepon tersebut.

"Halo, baby ......"

*****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku