Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Pukul 23:00, Kota J.
Sosok berhodi hitam itu melesat dari satu atap rumah ke rumah lainnya dengan ringan nan cepat. Tak lama, ia berhenti di atap genteng sebuah rumah berlantai tiga.
Dengan hati-hati sosok itu mulai membuka genteng bermerk Sokka di bawah kakinya. Hampir tanpa suara.
Baru saja membuka satu genteng, smartphone di saku kanannya bergetar.
Drrrttt!
'Siapa malam-malam begini menghubungiku berkali-kali!'
Sosok itu mengambil benda bergetar tersebut dan membukanya dengan sekali usap. Sarung tangan yang ia pakai tak menjadi penghalang.
Layar pun memampangkan banyak notifikasi panggilan dan sebuah pesan WA,
"Rau Lokajaya! Kenapa tak angkat telponku?"
Tak pedulikan isi pesan, sosok berhodi hitam yang ternyata juga mengenakan masker hitam itu kembali masukkan smartphone ke tempatnya.
Sesuai panggilan di pesan WA, sosok itu bernama Rau Lokajaya. Seorang pemuda cukup tampan berusia 23 tahun yang jauh-jauh datang ke kota J untuk menyelidiki kasus pencabulan yang dilakukan oleh Gos Bedi. Kasus ini telah bertahun-tahun diproses oleh polisi tapi sangat-sangat lambat, sehingga akhirnya viral di media sosial.
Sesuai informasi yang didapatkan Rau dari hasil penyamarannya beberapa hari ini, pelaku pencabulan yang sudah ditetapkan sebagai tersangka yaitu Gos Bedi bersembunyi di komplek perumahan pribadi dan bangunan sarana pendidikan milik ayahnya yang luas terbentang, 50 hektar.
Polisi sudah berkali mencoba menangkap Gos Bedi yang telah berstatus tersangka, tetapi selalu gagal. Itu karena ada simpatisan masyarakat yang menghalang-halangi. Maka malam ini, polisi kerahkan tim gabungan sejumlah 1000 personel untuk menangkap tersangka sekaligus simpatisan yang menghalangi proses penangkapan.
Jika ingin berhasil, Rau harus beradu cepat dengan para polisi tersebut.
1000 personel gabungan menyisir area 50 hektar tanah yang berisi bangunan-bangunan perumahan bahkan villa, tetapi dari siaran langsung di TV mereka belum juga berhasil menemukan sang buruan.
Rau kembali membuka genting lalu pelan menyingkirkannya. Demikian ia lakukan hingga sebanyak sembilan genteng.
Kemudian, gunakan sebuah alat mirip benang besi, mudah saja Rau memotong kayu reng serta usuk penopang genteng.
Deg!
Rau Lokajaya masuk dan mendarat di plafon rumah. Mengeluarkan senter kecil, Rau mencari tempat bukaan plafon.
'Ini dia!'
Rau membuka pintu plafon lalu turun dengan sangat ringan.
Rumah yang besar dan sepi. Rau memeriksa satu persatu kamar di lantai tiga.
Tak menemukan siapa pun, Rau Lokajaya turun ke lantai dua. Sampai di sebuah kamar terang oleh pencahayaan yang empat sisi dindingnya memiliki rak buku, Rau menaruh curiga ada sesuatu.
'Ini seperti di film-film. Jangan-jangan ada ruangan rahasia di balik rak.'
Dengan cepat Rau memeriksa semua buku dan,
'Ini dia!'
Di balik buku tebal bertulis Al-Munawwir, ada sebuah saklar yang tampak aneh. Rau pun memencetnya. Dan,
Reggggg ...!
Salah satu rak besar bergeser menunjukkan sebuah pintu besi di baliknya.
Gleg!
Rau berusaha mendorong pintu besi tetapi terkunci dari dalam.
'Terpaksa!'
Rau mundur, kerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangan kanan, dan
Glangg ...!
Pintu besi pun terhempas membuka oleh kuatnya daya hantaman tangan pemuda itu.
Ruangan gelap di balik pintu besi menyambut mata.
Rau Lokajaya melangkah sembari hendak merogoh senter di saku hodinya ketika tiba-tiba ia mendengar langkah cepat mendekat disusul sebuah desiran pukulan.
Tep!
Dengan tangan kirinya mudah saja Rau menangkap bogem mentah yang dilayangkan kepadanya. Detik yang sama, Rau hantamkan tinju kanan ke perut penyerang.
Bukg!
"Ughhh ...!"
Lenguhan kesakitan terdengar.