Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pendekar Semesta Kapten Andromeda

Pendekar Semesta Kapten Andromeda

K. Sarman

5.0
Komentar
73
Penayangan
5
Bab

Dongeng masa lalu, atau mungkin juga fiksi masa depan. Dimana ilmu kanuragan dan ilmu pengetahuan berkembang bersamaan. Para Pendekar dan Ilmuan hidup berdampingan. Kapten Andromeda Nanggala adalah seorang kapten kapal perang sekaligus kapal jelajah Dewa Ruci. Seorang prajurit dari pasukan Union di galaksi Ursa Mayor. Ia bukanlah seorang prajurit biasa, melainkan juga seorang Pendekar tangguh yang sangat terkenal. Andromeda dan kru kapal tempur penjelajah yang ia pimpin adalah pahlawan perang pada masanya. Namun, keadaan berubah saat mereka tiba-tiba saja dianggap sebagai penjahat paling keji. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh pahlawan perang yang memimpin kapal penjelajah dan kapal penghancur Dewa Ruci? Simak kisah mereka dalam, Pendekar Semesta : Kapten Andromeda

Bab 1 Planet Kryo

Planet Kryo adalah planet yang

sebagian besar daratannya adalah gurun berbatu. Perang sedang terjadi

di planet itu. Perang antara pasukan Union (United Nation) melawan

bangsa Kryponian yang merupakan penghuni asli planet tersebut.

Mereka adalah sebagian penduduk planet yang menolak planet Kryo menjadi

bagian dari aliansi Union di galaksi Ursa Mayor.

Di orbit luar planet Kryo, satu kapal kapal induk berbentuk kerucut segi

enam dan kapal -kapal pelindung dari pasukan Union sedang melayang di

wilayah luar planet.

Seorang Kapten dari kapal penghancur yang melindungi kapal induk berbicara

melalui gambar proyeksi komunikasi. Pria itu segera memberi hormat

pada komandan tertinggi satuan tempur yang akan merebut panet yang

sedang mereka awasi.

"Lapor Laksamana White. Seluruh pasukan yang diterjunkan ke planet Kryo saat

ini sudah mulai bertempur untuk merebut kota Krom dan Pirim dari

kelompok pemberontak."

"Tetapi, kita baru mengetahui jika mereka menyewa banyak pendekar bayaran. Ini

membuat pasukan darat sangat kesulitan mendekati kota."

"Karena kekuatan para pendekar, sudah banyak korban di pihak kita yang gugur

dalam perang."

Dengan raut wajah kesal setelah mendengar laporan dari bawahannya, Laksamana

White berdecak marah dan berbalik menatap pilot yang sedang

mengendalikan kapal induk Lentera Hitam.

"Kenapa tidak ada laporan dari pengintai tentang para pendekar sewaan

sebelumnya?"

"Segera hubungi markas pusat untuk mengirim pasukan yang memiliki prajurit

pendekar ke sini! Manusia-manusia barbar hanya pantas dihadapi oleh

sekumpulan barbarian lainnya," ujar Laksama White mengakhiri

perintahnya.

"Tetapi Laksamana, bukankah itu akan memakan waktu lama dan korban di pihak

kita akan semakin bertambah." Dengan sedikit was-was pilot wanita

memberanikan diri berbicara pada Laksamana White.

"Lakukan saja apa yang kuperintahkan Kapten! Kita sudah diperintahkan untuk

meminimalisir kerusakan kota-kota yang menjadi basis pemberontak di

planet ini. Serangan besar dari udara hanya akan menghancurkan kota.

Akan membuat citra Union buruk di mata planet-planet lain."

Sedikit tersenyum, pilot wanita kapal induk berbicara dengan penuh semangat.

"Kalau seperti itu, hanya ada satu kapal perang penjelajah yang

sesuai dengan tugas kali ini."

"Maksudmu? Kapal perang Dewa Ruci yang dikomandoi oleh pria itu? Pendekar yang

berasal dari planet Neo

Nusantara ?"

Pilot wanita itu memberi anggukan untuk membenarkan perkataan dari

Laksamana Arthur White.

...

Sementara itu, jauh di pinggiran sabuk galaksi Ursa Mayor. Satu kapal perang

penjelajah berwarna putih terlihat keluar dari satu planet yang

terlihat berwarna kehijauan jika dilihat dari angkasa luar, planet

itu disebut Emerald.

Suasana di dalam kapal yang tak lain adalah kapal perang penjelajah Dewa

Ruci, terlihat sangat riuh dan ceria.

"Akhirnya setelah satu tahun kita bisa kembali ke kampung halaman dan menikmati

libur panjang bersama keluarga." Celetuk seorang awak Dewa Ruci

dengan riang, sembari menari-nari menggengam sebotol minuman di

tangannya. Dia seorang pria muda dengan rambut pirang dan sedikit

keriting.

"Ronald. Berhentilah berbicara omong kosong, seolah-olah merindukan

keluargamu. Padahal kau hanya ingin secepatnya bertemu dengan Miriam

kekasihmu itu bukan?!" Seorang kru lain menimpali perkataan

rekannya dengan sedikit bercanda.

"Hahaha. Karan, apa kau merasa iri dan cemburu dengan keberuntunganku memiliki

kekasih secantik Miriam?" Tidak mau kalah, Ronald membalas ejekan

awak yang bernama Karan.

"Cih. Kenapa aku harus iri? Dia memang cantik, tapi tidak secantik Adele

wanita yang akan menjadi istriku nanti."

"Bermimpilah teman, gadis itu mungkin sudah memiliki kekasih dalam satu tahun ini.

Pengecut sepertimu tidak memiliki harapan sedikit pun." Ucapan

Ronald disambut dengan tawa oleh awak kapal Dewa Ruci lainnya.

"Dengar semuanya. Sebelum kita berlayar setahun yang lalu, Karan berusaha

menyatakan cinta pada gadis yang bernama Adele. Namun pria penakut

ini justru tergagap-gagap dan kabur seperti pengecut yang desersi di

medan perang."

Mendengar penjelasalan Ronald, semua orang tertawa geli, selain Karan yang

menjadi bahan tertawaan tentunya.

"Hahaha. Apa kau serius Ronald? Karan prajurit pemberani dari kapal Dewa Ruci

menjadi pengecut di hadapan seorang gadis?" Seorang teknisi dengan

raut wajah tidak percaya menatap Ronald dan Karan bergantian.

"Aku tidak perlu menjawabnya bukan?! Kau bisa lihat kebenaran dari wajah

merahnya saat ini." Dengan raut wajah puas Ronald menyenggol sikut

Karan dan merangkul pundak pemuda yang hanya bisa tersenyum masam.

Seorang wanita berpangkat letnan, tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang

Ronald dan Karan. "Kalian berhentilah mengolok dirinya. Kapal ini

akan hancur karena wajah merah Karan bisa meledakkan seisi kapal Dewa

Ruci."

Meski dikejutkan oleh kehadirannya, Karan bisa sedikit bernapas lega.

Setidaknya ia tidak lagi menjadi bahan candaan rekan-rekannya.

Kehadiran Letnan wanita membuat suasana cair langsung membeku seketika. Tanpa

menghiraukan keadaan yang mendadak sunyi. Wanita itu langsung

bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Omong-omong, apa ada dari kalian yang melihat Kapten? Aku sudah beberapa kali

menghubunginya lewat gelang komunikasi. Tetapi sepertinya dia

mematikan gawai miliknya."

"Haaah... Ada apa Letnan Jenn? Setiap kali dirimu muncul mencari Kapten, setiap

itu pula kau membawa kabar buruk untuk kami." Ronald dengan raut

penasaran mengemukakan keingintahuannya pada pilot wanita yang

bernama Jenny Wong.

Planet Kryo adalah planet yang sebagian besar daratannya adalah gurun berbatu. Perang sedang terjadi

di planet itu. Perang antara pasukan Union (United Nation) melawan

bangsa Kryponian yang merupakan penghuni asli planet tersebut.

Mereka adalah sebagian penduduk planet yang menolak planet Kryo menjadi

bagian dari aliansi Union di galaksi Ursa Mayor.

Di orbit luar planet Kryo, satu kapal kapal induk berbentuk kerucut segi

enam dan kapal -kapal pelindung dari pasukan Union sedang melayang di

wilayah luar planet.

Seorang Kapten dari kapal penghancur yang melindungi kapal induk berbicara

melalui gambar proyeksi komunikasi. Pria itu segera memberi hormat

pada komandan tertinggi satuan tempur yang akan merebut panet yang

sedang mereka awasi.

"Lapor Laksamana White. Seluruh pasukan yang diterjunkan ke planet Kryo saat

ini sudah mulai bertempur untuk merebut kota Krom dan Pirim dari

kelompok pemberontak."

"Tetapi, kita baru mengetahui jika mereka menyewa banyak pendekar bayaran. Ini

membuat pasukan darat sangat kesulitan mendekati kota."

"Karena kekuatan para pendekar, sudah banyak korban di pihak kita yang gugur

dalam perang."

Dengan raut wajah kesal setelah mendengar laporan dari bawahannya, Laksamana

White berdecak marah dan berbalik menatap pilot yang sedang

mengendalikan kapal induk Lentera Hitam.

"Kenapa tidak ada laporan dari pengintai tentang para pendekar sewaan

sebelumnya?"

"Segera hubungi markas pusat untuk mengirim pasukan yang memiliki prajurit

pendekar ke sini! Manusia-manusia barbar hanya pantas dihadapi oleh

sekumpulan barbarian lainnya," ujar Laksama White mengakhiri

perintahnya.

"Tetapi Laksamana, bukankah itu akan memakan waktu lama dan korban di pihak

kita akan semakin bertambah." Dengan sedikit was-was pilot wanita

memberanikan diri berbicara pada Laksamana White.

"Lakukan saja apa yang kuperintahkan Kapten! Kita sudah diperintahkan untuk

meminimalisir kerusakan kota-kota yang menjadi basis pemberontak di

planet ini. Serangan besar dari udara hanya akan menghancurkan kota.

Akan membuat citra Union buruk di mata planet-planet lain."

Sedikit tersenyum, pilot wanita kapal induk berbicara dengan penuh semangat.

"Kalau seperti itu, hanya ada satu kapal perang penjelajah yang

sesuai dengan tugas kali ini."

"Maksudmu? Kapal perang Dewa Ruci yang dikomandoi oleh pria itu? Pendekar yang

berasal dari planet Neo

Nusantara ?"

Pilot wanita itu memberi anggukan untuk membenarkan perkataan dari

Laksamana Arthur White.

...

Sementara itu, jauh di pinggiran sabuk galaksi Ursa Mayor. Satu kapal perang

penjelajah berwarna putih terlihat keluar dari satu planet yang

terlihat berwarna kehijauan jika dilihat dari angkasa luar, planet

itu disebut Emerald.

Suasana di dalam kapal yang tak lain adalah kapal perang penjelajah Dewa

Ruci, terlihat sangat riuh dan ceria.

"Akhirnya setelah satu tahun kita bisa kembali ke kampung halaman dan menikmati

libur panjang bersama keluarga." Celetuk seorang awak Dewa Ruci

dengan riang, sembari menari-nari menggengam sebotol minuman di

tangannya. Dia seorang pria muda dengan rambut pirang dan sedikit

keriting.

"Ronald. Berhentilah berbicara omong kosong, seolah-olah merindukan

keluargamu. Padahal kau hanya ingin secepatnya bertemu dengan Miriam

kekasihmu itu bukan?!" Seorang kru lain menimpali perkataan

rekannya dengan sedikit bercanda.

"Hahaha. Karan, apa kau merasa iri dan cemburu dengan keberuntunganku memiliki

kekasih secantik Miriam?" Tidak mau kalah, Ronald membalas ejekan

awak yang bernama Karan.

"Cih. Kenapa aku harus iri? Dia memang cantik, tapi tidak secantik Adele

wanita yang akan menjadi istriku nanti."

"Bermimpilah teman, gadis itu mungkin sudah memiliki kekasih dalam satu tahun ini.

Pengecut sepertimu tidak memiliki harapan sedikit pun." Ucapan

Ronald disambut dengan tawa oleh awak kapal Dewa Ruci lainnya.

"Dengar semuanya. Sebelum kita berlayar setahun yang lalu, Karan berusaha

menyatakan cinta pada gadis yang bernama Adele. Namun pria penakut

ini justru tergagap-gagap dan kabur seperti pengecut yang desersi di

medan perang."

Mendengar penjelasalan Ronald, semua orang tertawa geli, selain Karan yang

menjadi bahan tertawaan tentunya.

"Hahaha. Apa kau serius Ronald? Karan prajurit pemberani dari kapal Dewa Ruci

menjadi pengecut di hadapan seorang gadis?" Seorang teknisi dengan

raut wajah tidak percaya menatap Ronald dan Karan bergantian.

"Aku tidak perlu menjawabnya bukan?! Kau bisa lihat kebenaran dari wajah

merahnya saat ini." Dengan raut wajah puas Ronald menyenggol sikut

Karan dan merangkul pundak pemuda yang hanya bisa tersenyum masam.

Seorang wanita berpangkat letnan, tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang

Ronald dan Karan. "Kalian berhentilah mengolok dirinya. Kapal ini

akan hancur karena wajah merah Karan bisa meledakkan seisi kapal Dewa

Ruci."

Meski dikejutkan oleh kehadirannya, Karan bisa sedikit bernapas lega.

Setidaknya ia tidak lagi menjadi bahan candaan rekan-rekannya.

Kehadiran Letnan wanita membuat suasana cair langsung membeku seketika. Tanpa

menghiraukan keadaan yang mendadak sunyi. Wanita itu langsung

bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Omong-omong, apa ada dari kalian yang melihat Kapten? Aku sudah beberapa kali

menghubunginya lewat gelang komunikasi. Tetapi sepertinya dia

mematikan gawai miliknya."

"Haaah... Ada apa Letnan Jenn? Setiap kali dirimu muncul mencari Kapten, setiap

itu pula kau membawa kabar buruk untuk kami." Ronald dengan raut

penasaran mengemukakan keingintahuannya pada pilot wanita yang

bernama Jenny Wong.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku