Pendekar Sembilan Matahari

Pendekar Sembilan Matahari

Bengcu

5.0
Komentar
18.2K
Penayangan
34
Bab

Chen Long rela dihina, ditindas, dan dianiaya>>> Saat dia belajar Kungfu di Perguruan Tong Lam Pai. Dia rela dihina, agar bisa menjadi murid dari Empat Sesepuh. Hanya Xiao Liong Li, salah satu gurunya, yang selalu membelanya. Saat empat sesepuh keluar dari pertapaan mereka, ternyata tidak ada yang mau mengambil Chen Long sebagai murid. Dan hanya seorang koki tua yang terlihat lemah yang mau mengambil Chen Long jadi murid. Chen Long baru sadar kemudian kalau koki tua itu adalah seorang tokoh tingkat tinggi yang jauh melebihi empat sesepuh. Kisah cinta Chen Long dengan Xiao Liong Li, dipenuhi dengan banyak masalah. Dan bahkan Chen Long harus menunggu 15 tahun demi bisa bertemu kembali dengan kekasihnya. Dalam petualangannya mencari Xiao Liong Li, ada banyak rintangan yang menghadang, dan ada banyak gadis yang jatuh cinta padanya. Tapi hatinya hanya untuk Xiao Liong Li seorang

Bab 1 Pengelana Tanpa Tanding

Di atas sebuah gunung yang memiliki daratan yang cukup luas, seorang pria berumur 30 tahunan berdiri dengan gagahnya di tengah-tengah kerumunan hampir 200 orang jago.

Pria berumur 30 tahunan itu tidak tampak gentar meski harus menghadapi banyak musuh. Dia masih menunggu dengan seluruh kekuatannya.

Pria itu dijuluki orang-orang sebagai si Pengelana Tanpa tanding. Kedigjayaannya menjadi fenomena di dunia persilatan.

"Tunggu apa lagi? Kalian 7 partai besar golongan putih dan 4 perkumpulan golongan hitam, sudah ada semua di sini. Apalagi yang kalian tunggu, hah?" kata si Pengelana Tanpa Tanding.

Mendengar kata-kata dari si Pengelana Tanpa Tanding ini, maka mulai terjadi seruan-seruan di antara sesama orang-orang yang sejak tadi mengelilingi si Pengelana Tanpa Tanding untuk menyerang si Pengelana Tanpa Tanding.

"Bunuh! Serbu! Hancurkan dia!" Itulah teriakan-teriakan dari para jago yang kemudian langsung menyerang ke arah si Pengelana Tanpa Tanding itu.

Untuk beberapa saat, walaupun dikeroyok, si Pengelana Tanpa Tanding masih berhasil melayani lawan-lawannya walaupun dia harus dikeroyok oleh 100 orang lebih.

Si Pengelana Tanpa Tanding, bahkan berhasil mendaratkan beberapa tendangannya ke arah beberapa penjuru. Ada belasan orang yang terkena pukulan dan tendangannya ini.

Tapi sayangnya musuh terus berdatangan dan tidak pernah putus terus menyerang si Pengelana Tanpa Tanding yang harus sendirian menghadapi kalapnya seratusan orang ini.

Hingga akhirnya si Pengelana Tanpa Tanding mulai keteteran. Dia memang membunuh puluhan orang, tapi dia juga terkena beberapa tendangan dan tebasan.

Si Pengelana Tanpa Tanding terus mundur karena diserang dari tiga penjuru. Dari depan, kiri dan kanan oleh musuh yang begitu banyak.

Kalau saja pertarungan ini dilakukan satu lawan satu atau setidaknya satu lawan 30 atau 1 lawan 50 sekalian, maka keadaan pasti akan berbeda.

Si Pengelana Tanpa Tanding bisa memenangkan pertarungan satu lawan satu, lawan 20 atau 1 lawan 50. Tetapi dia tidak bisa menang saat menghadapi pengeroyokan hampir 200 orang jago ini.

Karena itu, beberapa saat kemudian, sudah ada tendangan yang berhasil mengenai si Pengelana Tanpa Tanding, juga pukulan yang mengenai dia sehingga dia menyemburkan darah segar dari mulutnya, tanda dia mulai terluka dalam.

Walaupun begitu, si Pengelana Tanpa Tanding masih berhasil mendaratkan pukulan pukulan keras dan tendangan kerasnya ke arah orang-orang yang berhasil memukul dan menendangnya.

Hanya saja gelombang serangan dari musuhnya terus berdatangan hingga dia terus-terusan mundur dan sebuah tendangan keras dari seorang Hwesio yang bernama Kong Beng Hosiang dari Shaolin Pai, berhasil membuat si Pengelana Tanpa Tanding jatuh ke jurang yang berada di belakangnya.

Semua orang terkejut melihat jatuhnya si Pengelana Tanpa Tanding karena memang mereka ingin memburu si Pengelana Tanpa Tanding, memastikan kematiannya di tempat ini dan mereka ingin menemukan barang yang berada di tubuh si Pengelana Tanpa Tanding itu.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Si Pengelana Tanpa Tanding sudah jatuh ke jurang yang dalam sehingga sesudah itu para pengeroyok mulai mengobati teman-teman yang terluka, mengangkat jenazah yang tewas dan mulai meninggalkan tempat ini dengan hati yang kecewa.

**

Beberapa waktu kemudian, di sebuah perguruan yang bernama Tong Lam Pai, terlihat ada 4 orang pemuda yang sedang mengeroyok seorang anak pemuda kurus berumur 17 tahun.

Ada banyak yang menyaksikan pengeroyokan ini sambil bersorak-sorai.

Saat ini, pemuda ini terus dikeroyok, dipukul, ditendang oleh empat orang pemuda yang rata-rata berusia 1 tahun lebih tua darinya.

Sementara ada banyak orang yang menyoraki keadaan ini. Mereka nampak sangat antusias melihat pengeroyokan atau lebih tepatnya penganiayaan yang dilakukan kepada pemuda itu.

Seorang wanita berumur 20 tahun langsung menyeruak di antara kerumunan orang dan berteriak-teriak untuk menghentikan pengeroyokan yang sekarang sedang terjadi. "BERHENTI SEMUA!"

4 orang pengeroyok itu, nampak langsung menghentikan pengeroyokan mereka tapi mereka menatap tidak puas kepada wanita yang baru datang ini.

"Ge Fei, aku kan laporkan kepada ketua kalau kamu masih juga mengeroyok Chen Long," kata wanita itu kepada si pemimpin pengeroyok.

"Bibi Liong, Bibi Liong, kami hanya bermain-main dengan Chen Long," kata si pemimpin pengeroyok yang bernama Ge Fei sambil memeluk pundak Chen Long. "Iya kan, Chen Long?"

Chen Long langsung mengangguk. "Bibi Liong, kami hanya bermain, kok."

Ge Fei yang merasa ancamannya kepada Chen Long berhasil, langsung tertawa-tawa dan langsung mengajak tiga temannya untuk pergi.

Kerumunan orang-orang yang sebelumnya bersorak-sorai menyaksikan pengeroyokan kepada Chen Long tadi, kini langsung bubar.

Bibi Liong mendekati Chen Long dan berkata, "sudah saatnya kamu melaporkan apa yang terjadi padamu ini, kalau tidak mereka akan terus-terusan seperti itu kepadamu."

"Mereka memang suka bermain denganku, bibi. Sudah, aku mau menyapu dulu." Chen Long langsung meninggalkan Bibi Liong.

Sebenarnya usia Chen Long dan Bibi Liong ini cuma berbeda 3 tahun saja tetapi karena Bibi Liong adalah murid dari ibu guru di perguruan Tong Lam Pai ini yang bernama Rahib murah senyum dan merupakan tokoh tingkat satu.

Dan ini membuat Bibi Liong yang bernama asli Xiao Liong Li ini menjadi tokoh tingkat kedua di perguruan ini, sementara Chen Long, Ge Fei dan yang lainnya adalah murid angkatan ketiga di perguruan ini. Karena itu, mereka semua harus memanggil Bibi kepada Xiao Liong Li.

Xiao Liong Li hanya bisa menghela nafas karena Chen Long, murid yang selalu dibelanya tidak mau dibela.

Selalu saja begitu, Chen Long tidak mau melaporkan kelakuan Ge Fei dan kawan-kawannya karena Ge Fei adalah keponakan kesayangan dari ketua perguruan Tong Lam Pai saat ini.

Tengah Chen Long termenung, tiba-tiba dia mendengar suara Gong berbunyi.

Suara Gong ini jarang sekali terdengar dan jarang sekali dibunyikan, harus ada acara khusus di perguruan Tong Lam Pai ini yang membuat gong itu berbunyi.

Chen Long langsung melepas sapu di tangannya dan langsung menuju ke arah Aula utama dari perguruan Tong Lam Pai ini.

Hari ini adalah sebuah acara khusus yaitu penerimaan murid secara resmi bagi para murid pemula di perguruan Tong Lam Pai.

Setelah selama bertahun-tahun bertapa di ruang rahasia di perguruan Tong Lam Pai, maka pada hari ini, para sesepuh akan keluar dan memilih murid baru dari para murid pemula untuk mereka latih.

Selama ini, Chen Long maupun Ge Fei dan kawan-kawannya cuma mendapatkan pelatihan dari murid-murid tingkat 2 di Tom Lam Pai ini.

Siapa saja yang memiliki bakat bagus maka akan diambil oleh para sesepuh ini untuk menjadi murid para sesepuh dan setiap dari para sesepuh hanya akan mengambil satu murid saja.

Karena yang bisa menjadi murid inti, hanyalah para murid yang sudah melewati umur 17 tahun ataupun prestasinya bagus sejak awal digembleng di perguruan ini.

Chen Long yang ingin menjadi murid resmi dari perguruan Tong Lam Pai ini, setelah sejak 2 tahun lalu berada di perguruan ini, memutuskan untuk mengikuti acara.

Sebagai calon murid tingkat ke 3 yang belum resmi, maka Chen Long baru akan resmi menjadi murid Chen Long sampai di hari pengangkatan ini.

Selain Chen Long, Ge Fei dan kawan-kawannya juga baru akan mengikuti acara ini.

Walaupun paman dari Ge Fei adalah ketua partai di perguruan ini tapi pamannya itu, ingin supaya Ge Fei bisa diambil murid oleh salah satu dari para sesepuh.

Dengan harapan yang tinggi, Chen Long sudah menunggu di pelataran di aula perguruan Tong Lam Pai ini.

Saat itulah Ge Fei melewati Chen Long dan tertawa sinis ke arah Chen Long. "Para sesepuh pasti tidak akan mau mengambilmu menjadi murid mereka. Jadi, kamu jangan bermimpi tinggi, Chen long. Hehehe."

Mendengar itu, Chen Long cuma bisa terdiam. Dia tidak membantah tapi masih ada harapan yang kuat dalam dirinya supaya dia bisa dipilih oleh salah satu dari sesepuh Tong Lam Pai untuk menjadi murid dari sesepuh itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Bengcu

Selebihnya

Buku serupa

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku