Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Luka Semesta
5.0
Komentar
162
Penayangan
58
Bab

Rio tidak bisa melupakan apa yang mama dan kakaknya lakukan 8 tahun lalu, dia marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam, berjalan seolah mereka tidak ada, menghilang, menghindar, seolah semua anggota keluarganya sudah mati. Hingga suatu hari dia dibenturkan pada kenyataan mengejutkan, Tuhan menunjukkan padannya banyak rahasia, menguji kesetiaan dan keteguhan hatinya saat cinta yang didamba tergenggam laki-laki lain. Lalu? Apa yang terjadi? bisakah dia memperoleh kebenaran yang dia cari? Akankah dia mendapatkan cintanya kembali? selamat membaca ya... Thanks a lot!

Bab 1 Insiden Kursi Kosong

"Ahelah, ini kelas gue dimana coba!"

Ify melangkah lebih cepat menyadari koridor menuju kelas terasa semakin sunyi,

dia celingukan ke kanan dan kiri, rasanya seperti melewati jalanan yang sama berulang kali tapi ruangan yang dicarinya belum juga ketemu.

"Kalau gini ceritanya, nyesel gue bilang ke Bu Ira buat nyari kelas sendiri" omelnya masih celingukan mencari nama disetiap pintu yang dia lewati, berharap ada petunjuk.

Brukk...

"Aduh" Ify meringis menyadari dirinya jatuh tersungkur di sisi kanan koridor, rupanya dia hilang focus sehingga tidak menyadari jika lantai yang dia lewati lebih tinggi dari lantai sebelumnya hingga membuatnya tersandung. Dia menyipitkan mata, mengamati tulisan di dekat pintu dan menghela nafas lega kemudian, cepat saja mengayunkan tangan, "Permisi, Assalamuaikum..."

"Masuk..."

Ify melangkah masuk, "Permisi Bu, maaf saya terlambat, tadi saya nyasar, Bu" jelas Ify sopan.

"Oh, Iya tidak apa-apa, Saya Bu Winda, wali kelas kamu"

Ify tersenyum senang, sepertinya Bu Winda ini guru yang ramah, cantik lagi, baik, dia jadi tidak sabar memulai hari pertama sekolah bersama beliau.

"Baiklah anak-anak, karena hari ini kita kedatangan teman baru, kita kenalan dulu ya, yuk silakan perkenalkan diri kamu"

Ify mengangguk, "Perkenalkan nama saya Alyssa Saufika biasa dipanggil Ify, salam kenal ya semuanya..."

Prok..

Prok...

Prok...

Tepuk tangan menyambut perkenalan sederhana yang membuat Ify tersenyum semakin lebar, senang kehadirannya disambut dengan baik.

"Baiklah Ify, kalau begitu kamu duduk dibangku kosong sebelah sana ya" suruh Bu Winda menunjuk bangku kosong kedua dari pojok kanan. Disebelahnya ada seorang siswa lain yang duduk dengan muka tertelungkup diatas meja. Ify diam saja dan segera menggeser bangku itu untuk duduk.

Bunyi kursi berderit itu rupanya cukup menganggu dan membuat siswa laki-laki tadi bangun dari posisinya dan menatapnya binggung, "Siapa lo? ngapain lo disini?" ujarnya datar, tampaknya laki-laki ini tidak suka kursi disebelahnya di tempati orang lain.

"Gu-gue Ify, K-Ka-kata Bu Winda gue disuruh duduk disini" jawabnya Ify takut.

"Hah!"

Ify terkejut bukan main saat tiba-tiba siswa di sampingnya bangkit sambil melepas headset dari telinganya, 'jadi daritadi nih anak dengerin musik?'

"Maaf, Bu. tapi bangku ini tidak kosong, bagaimana mungkin Ibu meminta orang lain untuk duduk disini?" Intrupsinya keberatan.

"Saya rasa bangku itu kosong, Rio"

"Tapi, ini bangku Alvin, Bu!"

"Alvin nanti biar jadi urusan saya!" Balas beliau santai.

"Taa... tapi Bu?" Rio masih tidak terima. enak saja, istana megahnya dengan Alvin mau diserahkan orang lain, tidak bisa begitu.

"Tapi apa? memangnya kamu keberatan duduk sama Ify?"

"Yah.. tidak juga sih. tapi kan, saya sudah duduk sama Alvin dari jaman kapan juga!" Rio tidak mau kalah.

"Saya Wali Kelas kamu, Saya punya hak mengatur tempat duduk kamu dan siswa yang lain, Lagipula kamu kalau disatukan sama Alvin bikin ribut terus dikelas saya"

"Yaah Bu, tapi kan ..."

"Kamu mau duduk atau belajar di luar!" Tutup Bu Winda yang seketika membuat siapapun tidak kuasa membantah.

"Oke deh, Bu. Saya nyerah." akhirnya, Rio melambaikan tangan ke kamera. ah ralat, melambaikannya ke udara lalu kembali duduk dengan kesal.

Ify menelan ludah, sepertinya cowok bernama Rio ini mengancam ketentramannya dimasa depan.

"Ify, Ayo duduk, mau sampai kapan kamu berdiri disitu?" tanya Bu Winda lembut seperti pertama kali mereka berbicara, berbanding terbalik dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Bu, sepertinya lebih baik saya duduk dibelakang saja deh, masih kosong kok" katanya mencari garis tengah. Malas memulai masalah disekolah baru.

"Alyssa, saya memerintahkan kamu untuk duduk disamping Rio. Jadi jangan membantah!" Lanjut beliau telak. Ify terlonjak dan tanpa berkata apa-apa dia lansung duduk.

"Gila, padahal kelihatannya ramah, ternyata ganas juga" dumel Ify sambil mengeluarkan buku tulis dan pensil.

Rio tersenyum tipis melirik gadis itu, "Emang susah ngebantah Bu WInda mah, Macan berbulu Kucing. baru ketemu aja kelihatannya baik, tapi ya gitu, lo liat sendiri ganasnya beliau kayak apa!"

"Emang Bu Winda itu galak banget ya?"

"Nggak kok, Singa aja takut sama dia."

"Hah? serem amat!" Ceplos Ify ngeri

"Ehmm, Masih sereman gue sih kayaknya" Rio senyum-senyum sendiri melihat muka kaget Ify.

"Huuu... aneh Lo!"

"Waah... Lo orang ke sekian yang bilang gue aneh" sahutnya enteng. "Oiya, kita belum kenalan, nama gue Mario. panggil Rio aja" Rio mengulurkan tangannya dihadapan Ify.

"Gue Alyssa, panggil Ify aja" Ify membalas jabatan Rio ramah.

Selang beberapa menit kemudian pintu kelas kembali terbuka, menampakkan dua siswa yang datang bersamaan dengan nafas terengah.

"Maaf Bu, saya terlambat..."ujar keduanya nyaris bersamaan

"Kenapa kalian terlambat, lagi? Alvin? Shilla?" Tanya Bu Winda sakartis. Dua muridnya ini sering sekali terlambat, sampai-sampai beliau binggung harus memberi hukuman apa.

"Mobil saya mogok, Bu" jawab Shilla melirik Alvin sangar.

"Kamu Vin?"

"Biasa Bu, macet" jawab Alvin yang masih mengatur nafas.

"Kamu tidak punya alasan yang lebih kreatif, Alvin Jonathan" komentar Bu Winda galak. Beliau sudah bosan dengan kelakuan dan alasan yang selalu sama dari muridnya satu ini, sebelas-duabelaslah sama Rio.

"Maaf, tidak ada Bu"

"Baiklah, kalau begitu sebagai hukumannya, Kamu duduk sama Shilla dibelakang bangku Rio dan Ify" perintah Bu Winda.

"Hah!?" Pekik Alvin dan Shilla kompak, shock.

"Saya tidak mau sebangku sama dia Bu!" Alvin menatap Shilla yang masih berdiri disampingnya, baru sadar kalau ternyata mereka telat bersama, lagi.

"Saya juga Bu!" keukuh Shilla

"Saya tidak menerima bantahan, silahkan kalian duduk karena pelajaran harus dilanjutkan kembali" Putus Bu Winda.

Seketika, nyali keduanya menciut melihat tatapan garang Bu Winda. Alvin berjalan lebih dulu menuju bangku yang ditunjuk gurunya dan duduk disana.

"Ini mah bukan hukuman tapi siksaan batin," Bisik Alvin setengah hati. lagipula Bu Winda tuh maunya apa sih? kenapa bisa beliau memintanya duduk satu bangku dengan cewek freak yang sudah lama menjadi musuh bebuyutannya dikelas ini.

"Sabar Vin, gue juga tadi abis disemprot Bu Winda!" hibur Rio sekenanya, yaaah mau bagaimana lagi.

"Tapi kali ini parah man, masa cuma gara-gara telat gue harus duduk sama nenek lampir?"

"Heh, lo fikir gue kesenengan gitu duduk sebangku sama lo? Ngimpi!" Balas Shilla sakartis.

"Elaah, kemakan omongan sendiri aja tahu rasa!" kata Rio asal yang lansung mendapatkan deathglare gratis dari dua orang yang duduk dibelakangnya.

Rio meringis sambil cengar-cengir melihat ekspresi Shilla, baru mau angkat bicara, Bu Winda gesit melempar meja mereka dengan spidol yang membuat ruangan X-A1 seketika hening dan kembali focus pada pelajaran.

***

Bel pulang berbunyi.

"Lo pulang sama siapa, Fy?" Ify dan Shilla berjalan di sepanjang koridor menuju gerbang utama SMA Cakrawala sementara Rio dan Alvin sudah pamit duluan ke lapangan karena mereka ada latihan basket.

"Nunggu di jemput sih, soalnya gue belum tahu jalanan sini"

"Sama dong. gimana kalau kita nunggunya sambil nonton basket aja?" tawar Shilla daripada bosan di gerbang sekolah terus.

"Boleh deh"

Mereka berdua berjalan ke lapangan outdoor yang berada di ujung lorong. Ify menikmati perjalanan sambil sesekali melihat lingkungan sekolah barunya yang ternyata luar biasa luas. kalau saja dia sendirian, sudah bisa dipastikan dia akan kebingungan seperti tadi pagi. Sampai kemudian entah karena terburu-buru atau apa, tahu-tahu ada siswa yang keluar dari kelas hingga menabrak bahu Ify yang membuat keduanya terjatuh.

"Aww" Rintih Ify kesakitan, pinggangnya terasa agak ngilu karena jatuh terduduk untuk kedua kali hari ini.

"Adduh, Sorry ya, Gue buru-buru" sesal siswa yang menabrak.

Ify menoleh, ternyata cowok. "Iya, nggak apa-apa kok" balasnya masih meringis, seraya mencoba bangun dari posisi tidak mengenakkan itu.

"Ya ampun Yel, kamu nggak apa-apa?" disaat bersamaan ada juga cewek yang tergopoh-gopoh menghampiri laki-laki itu, membantunya bangun.

"Nggak apa-apa kok Vi, makasih ya" balas cowok itu.

"Sekali lagi maaf ya, Gue beneran nggak sengaja" kata cowok itu lagi, kali ini sambil mengulurkan tangan membantu Ify berdiri.

"Iya... santai aja" Ify tersenyum manis.

Cowok itu ikut tersenyum dan membuat Ify malu sendiri, "Sekali lagi, sorry ya..." kata cowok itu lagi agak gantung karena kesulitan membaca name tag gadis di hadapannya ini.

"Ify, nama gue Ify"

"Yel, Buruan!" sekali lagi ada suara lain yang memanggil.

"Iya udah kalau gitu, Ify. gue udah harus pergi nih, sekali lagi sorry ya" pamit cowok itu menyusul temannya yang lari lebih dulu ke lapangan.

Ify melihat kepergian mereka dengan mata bersinar.

"Fy, Are you okay?" Shilla jadi takut melihat Ify senyum-senyum sendiri.

Ify nyengir. "Oiya Shil, yang barusan itu siapa sih?" tanyanya ingin tahu.

"Oh, itu Kak Gabriel, dia ketua Osis disini. Kalau yang cewek itu Kak Sivia. Nah yang cowok nyusul tadi itu namanya Kak Cakka" jelas Shilla seadanya.

"Keliatannya dia baik ya, Shill? Udah mana Ketua Osis, ganteng lagi"

Shilla mengangguk, "Setahu gue Kak Iyel emang baik sih, ramah lagi. Emangnya kenapa? jangan bilang Lo naksir sama dia?" tebak Shilla.

"Hah...? enggak kok, Emm... Gue... emm gue cuma penasaran aja kok"

"Yaudah, ke lapangan yuk"

"Ayuk..."

***

TBC

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Luka Semesta
1

Bab 1 Insiden Kursi Kosong

09/03/2023

2

Bab 2 Cinta Salah Sasaran

09/03/2023

3

Bab 3 Sedikit Tentang Agni dan Cakka

09/03/2023

4

Bab 4 Imbas Kesalahan di Masa Lalu

09/03/2023

5

Bab 5 Berlabuh pada Siapa

10/03/2023

6

Bab 6 Misi Jatuh Cinta

10/03/2023

7

Bab 7 Tim Inti Cakrawala

10/03/2023

8

Bab 8 Langitkan Harapanmu!

11/03/2023

9

Bab 9 Rangkulan Semesta

11/03/2023

10

Bab 10 Benang Merah

11/03/2023

11

Bab 11 Gara-Gara Olimpiade

14/03/2023

12

Bab 12 Dua Tanggung Jawab

16/03/2023

13

Bab 13 Satu Langkah Lebih Dekat

16/03/2023

14

Bab 14 Sebuah Seni Merelakan

16/03/2023

15

Bab 15 Chaos

20/03/2023

16

Bab 16 Titik Terang

21/03/2023

17

Bab 17 Gadis Botol Susu

23/03/2023

18

Bab 18 Ify Nyasar di Jogja

24/03/2023

19

Bab 19 Turnamen

25/03/2023

20

Bab 20 Pesona Kapten Basket Cakrawala

26/03/2023

21

Bab 21 Best Quality Time

27/03/2023

22

Bab 22 Final Champion

05/04/2023

23

Bab 23 Perayaan Akbar Cakrawala

06/04/2023

24

Bab 24 Goresan Luka

07/04/2023

25

Bab 25 Kalau Sayang Bilang!

08/04/2023

26

Bab 26 Cinta Datang Terlambat

09/04/2023

27

Bab 27 Love's Journey

10/04/2023

28

Bab 28 Tamu Tak Diundang

07/06/2023

29

Bab 29 Selamat Pagi, Sayang

08/06/2023

30

Bab 30 I'am Really Love You

09/06/2023

31

Bab 31 Jangan Bikin Aku Panik, Plis!

10/06/2023

32

Bab 32 Kodok Bucin

01/07/2023

33

Bab 33 Visual Favorit Nova

02/07/2023

34

Bab 34 Happy Anniversarry, Princess

03/07/2023

35

Bab 35 Boleh Egois Sebentar, Nggak

04/07/2023

36

Bab 36 Rayuan Seorang Teman

05/07/2023

37

Bab 37 Deep Talk

06/07/2023

38

Bab 38 Biarkan Hati yang Bicara

07/07/2023

39

Bab 39 Persaingan itu Mutlak

08/07/2023

40

Bab 40 Kunci Rumah Seberang

09/07/2023