Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PENDEKAR KESASAR

PENDEKAR KESASAR

KangJey

5.0
Komentar
222
Penayangan
5
Bab

Rau Lokajaya, seorang pendekar kerajaan Demak harus terdampar ke masa depan, membuatnya mau tak mau beradaptasi dengan dunia modern yang penuh kecanggihan. Ketika Rau berhasil melakukan itu, dia menemukan bahwa negeri nuswantara sedang tidak baik-baik saja. Maka setelah berkontemplasi cukup lama, Rau memutuskan untuk bergerak melakukan perubahan. Rau menjelma menjadi sosok hero pembantai mereka yang tak terjamah hukum. Pahlawan yang dirindukan oleh mereka yang merasa tidak mendapatkan keadilan, sekaligus dibenci oleh aparat negara berwenang. Rau Lokajaya pun diburu tak hanya oleh kepolisan tetapi juga oleh pembunuh bayaran yang disewa para keluarga korban. Dibalik dunia kelamnya, Rau Lokajaya hanyalah seorang pemuda tampan kaya raya nan dermawan, membuat para gadis menaruh hati padanya. Akan tetapi jelas, dunia kelam Rau takkan pernah mengijinkan seorang lemah masuk ke dalamnya.

Bab 1 Pembunuhan Misterius

Pukul 23:00, Kota J.

Sosok berhodi hitam itu melesat dari satu atap rumah ke rumah lainnya dengan ringan nan cepat. Tak lama, ia berhenti di atap genteng sebuah rumah berlantai tiga.

Dengan hati-hati sosok itu mulai membuka genteng bermerk Sokka di bawah kakinya. Hampir tanpa suara.

Baru saja membuka satu genteng, smartphone di saku kanannya bergetar.

Drrrttt!

'Siapa malam-malam begini menghubungiku berkali-kali!'

Sosok itu mengambil benda bergetar tersebut dan membukanya dengan sekali usap. Sarung tangan yang ia pakai tak menjadi penghalang.

Layar pun memampangkan banyak notifikasi panggilan dan sebuah pesan WA,

"Rau Lokajaya! Kenapa tak angkat telponku?"

Tak pedulikan isi pesan, sosok berhodi hitam yang ternyata juga mengenakan masker hitam itu kembali masukkan smartphone ke tempatnya.

Sesuai panggilan di pesan WA, sosok itu bernama Rau Lokajaya. Seorang pemuda cukup tampan berusia 23 tahun yang jauh-jauh datang ke kota J untuk menyelidiki kasus pencabulan yang dilakukan oleh Gos Bedi. Kasus ini telah bertahun-tahun diproses oleh polisi tapi sangat-sangat lambat, sehingga akhirnya viral di media sosial.

Sesuai informasi yang didapatkan Rau dari hasil penyamarannya beberapa hari ini, pelaku pencabulan yang sudah ditetapkan sebagai tersangka yaitu Gos Bedi bersembunyi di komplek perumahan pribadi dan bangunan sarana pendidikan milik ayahnya yang luas terbentang, 50 hektar.

Polisi sudah berkali mencoba menangkap Gos Bedi yang telah berstatus tersangka, tetapi selalu gagal. Itu karena ada simpatisan masyarakat yang menghalang-halangi. Maka malam ini, polisi kerahkan tim gabungan sejumlah 1000 personel untuk menangkap tersangka sekaligus simpatisan yang menghalangi proses penangkapan.

Jika ingin berhasil, Rau harus beradu cepat dengan para polisi tersebut.

1000 personel gabungan menyisir area 50 hektar tanah yang berisi bangunan-bangunan perumahan bahkan villa, tetapi dari siaran langsung di TV mereka belum juga berhasil menemukan sang buruan.

Rau kembali membuka genting lalu pelan menyingkirkannya. Demikian ia lakukan hingga sebanyak sembilan genteng.

Kemudian, gunakan sebuah alat mirip benang besi, mudah saja Rau memotong kayu reng serta usuk penopang genteng.

Deg!

Rau Lokajaya masuk dan mendarat di plafon rumah. Mengeluarkan senter kecil, Rau mencari tempat bukaan plafon.

'Ini dia!'

Rau membuka pintu plafon lalu turun dengan sangat ringan.

Rumah yang besar dan sepi. Rau memeriksa satu persatu kamar di lantai tiga.

Tak menemukan siapa pun, Rau Lokajaya turun ke lantai dua. Sampai di sebuah kamar terang oleh pencahayaan yang empat sisi dindingnya memiliki rak buku, Rau menaruh curiga ada sesuatu.

'Ini seperti di film-film. Jangan-jangan ada ruangan rahasia di balik rak.'

Dengan cepat Rau memeriksa semua buku dan,

'Ini dia!'

Di balik buku tebal bertulis Al-Munawwir, ada sebuah saklar yang tampak aneh. Rau pun memencetnya. Dan,

Reggggg ...!

Salah satu rak besar bergeser menunjukkan sebuah pintu besi di baliknya.

Gleg!

Rau berusaha mendorong pintu besi tetapi terkunci dari dalam.

'Terpaksa!'

Rau mundur, kerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangan kanan, dan

Glangg ...!

Pintu besi pun terhempas membuka oleh kuatnya daya hantaman tangan pemuda itu.

Ruangan gelap di balik pintu besi menyambut mata.

Rau Lokajaya melangkah sembari hendak merogoh senter di saku hodinya ketika tiba-tiba ia mendengar langkah cepat mendekat disusul sebuah desiran pukulan.

Tep!

Dengan tangan kirinya mudah saja Rau menangkap bogem mentah yang dilayangkan kepadanya. Detik yang sama, Rau hantamkan tinju kanan ke perut penyerang.

Bukg!

"Ughhh ...!"

Lenguhan kesakitan terdengar.

Saat itulah Rau mencelat ke belakang dengan tetap memegang tinju lawan. Maka dengan sendirinya sosok tubuh penyerang terseret jatuh mengikuti daya tarik tangannya.

Brugh!

"S-siapa kau!" Sosok penyerang bangkit sambil bertanya.

"Aku adalah aku," Rau menjawab sembari amati wajah sosok yang kini telah berdiri di hadapannya. "Dan kau Gos Bedi bukan? Aku mengenali wajahmu dari media televisi."

"Kau terprovokasi oleh media. Kau tertipu oleh media!" bentak Gos Bedi dengan tatapan mata sangar penuh intimidasi. Belum lagi susunan gigi bawah yang lebih maju dari gigi atas (cadok) membuat wajah Gos Bedi tampak makin seram.

"Katakan itu setelah aku memukulimu!" Rau berkata ringan lalu,

Wuutd!

Tinju kanan Rau menderu sangat cepat hingga tak mampu diantisipasi oleh Gos Bedi.

Maka,

Panggg!

Tinju Rau menghantam telak pipi Gos Bedi, merontokkan beberapa gigi geraham dan membuat tubuhnya melintir sebelum menghempas rak di sisi kanan.

Gubrakk!

Beberapa buku jatuh ke lantai bahkan rak hampir saja ikut roboh.

"Apakah para pelapor itu memfitnahmu? Atau kau benar-benar telah mencabuli mereka?"

Rau ajukan pertanyaan sembari mendekat lalu menarik kerah kaos Gos Bedi agar ia bisa berdiri.

"Kau pikir kau ini siapa, hah!? Sebentar lagi orang-orang akan datang untuk menyikatmu! Buahh!"

Gos Bedi menyemprotkan darah bercampur gigi geraham dari mulutnya ke wajah Rau Lokajaya. Tetapi luput, karena pemuda itu telah lebih dulu mengelak ke samping kanan bawah sambil hantamkan tinju kiri ke kemaluan Gos Bedi.

Bugh!

"Argh ...!"

Tinju yang tak terlalu keras namun berhasil menghantar rasa sakit hingga tembus ubun-ubun!

Saking sakitnya, Gos Bedi menekuk tubuh, sembari tangan pegangi kemaluan. Kakinya sedikit berjingkrakan.

"Katakan apakah kau mencabuli mereka? Atau aku akan menyakitimu lebih dari ini!" Rau bertanya dingin, tetapi ada ulas senyum mengerikan di wajahnya.

Menahan rasa sakitnya, Gos Bedi menjawab penuh emosi,

"Anjing! Kau pikir kau siapa?! Aku memang mencabuli mereka bahkan lebih dari sebelas gadis! Kau bisa apa, hah?! Tangkap! Tangkap Aku! Silahkan! Aku banyak memiliki koneksi orang dalam! Aku punya harta! Abahku orang berpengaruh, memiliki pengikut jutaan orang! Kau pikir bisa memenjarakanku, hah?!"

"Siapa bilang aku akan memenjarakanmu?" Rau sedikit menyeringai sebelum bergerak dan,

Prakk!

Tinju sangat keras yang dilayangkan Rau menghantam tepat kepala bagian belakang Gos Bedi yang masih membungkuk pegangi kemaluannya.

Tubuh itu menghantam lantai marmer, dan tak lagi bergerak sebab kepalanya pecah. Darah anyir segera menggenang bercampur cairan putih kental.

***

Pukul 23:25

"Cepat! Cepat! Di lantai dua!"

Sepuluh personel tim serbu masuk ke rumah Gos Bedi dan langsung menuju lantai dua akibat ada laporan bahwa terjadi keributan di sana.

Di depan kamar yang pintunya terkunci rapat, mereka berhenti. Dua personel bersiaga di sisi kanan dan kiri pintu lalu,

"Satu! Dua! Tiga!"

Brakk!

Mereka mendobrak daun pintu hingga terhempas lebar.

Dan,

Aiyak!

Betapa terkejut mereka ketika mendapati sesosok tubuh tengkurap dikelilingi darah yang menggenang.

"Periksa semua ruangan!"

Delapan personel masuk menyebar, sementara dua lainnya memeriksa mayat.

"Ini Gos Bedi!" seru salah satu personel yang membalik tubuh si mayat. Ia bisa mengenali dari tahi lalat di wajah Gos Bedi yang kebetulan tidak tertutup darah.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku