Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
“Dasar perempuan sialan!” sungut seorang pria berahang tegas dengan tubuh polos tanpa sehelai kainpun pagi itu.
“Kau yang sialan mengambil kesempatan di saat perempuan tidak sadar!” balas wanita dengan keadaan yang sama.
Wanita itu menatap tajam bak elang pria yang saat ini berada di samping ranjangnya. Ralat bukan ranjangnya, tetapi ranjang milik pria itu. Sang pria terbangun lantaran kaki wanita itu menendang dirinya dengan keras. Untung saja ia tidak terpental.
“Apa perlu aku perlihatkan sikap murahanmu malam tadi? Kamu menggodaku, aku hanya sial saja tergoda oleh wanita buruk seperti kamu!” balas pria dengan wajah setengah kaukasoid dan hidung mediterania khas benua Amerika.
“Brengsek, kamu bilang apa? Aku wanita buruk? Bahkan milikmu tidak ada apa-apanya dibandingakan pria yang pernah berkencan denganku.” ejek wanita itu tanpa ragu.
Wanita dengan bibir tipis itu meremehkan pria itu begitu banyak. Wanita cantik walaupun kini wajahnya polos, hanya sisa make up menempel samar juga bibirnya yang tidak berona. Seina Magnolia namanya, wanita berusia tiga puluh tahun.
Dia sampai membawa si joni kebanggaan pria itu. Sehingga membuat empunya geram.
“Ah benarkah? Bahkan kamu semalam berteriak nikmat ketika aku memberikanmu milikku yang perkasa,” kata pria itu percaya diri. “Apakah kamu butuh diingatkan lagi bagaimana rasanya semalam, ah benar, kamu harus diingatkan lagi!” ujar pria itu kemudian meraih pinggang Seina.
Setelahnya pria itu menangkap tubuh polos sang wanita. Mereka bersatu lagi. Dan Seina menikmatinya.
"Ah," satu desahan keluar dari bibir wanita itu.
Pria dengan alis tebal itu tersenyum bangga. Bola mata hitam legam ya bersinar cerah bagai sinar matahari. Maximus Welly namanya, pria berusia empat tahun lebih tua dari Seina.
"Dasar munafik!" ujar Max.
"Ahh... Bergeraklah yang benar!" ujar Seina saat Max menghentikan hujamannya.
Mata tajam pria itu melihat wajah Seina yang begitu inginkan percintaan lagi.
"Memohonlah!" titah pria itu.
Max memasukkan dan menarik kejantannya secara pelan. Hal itu membuat Seina kesal. Pria itu terus mempermainkannya.
"Awm... Ashhh..." desah Seina dengan kesal saat miliknya sangat menginginkan hujaman yang lebih cepat dari ini.
"Max, cepatlah...," racau Seina.
"Katakan kau menginginkan milikku!" pinta Max.
"Kau curang. Ahhhh... Max... Aku inginkan milikmu..." ucap Seina pada akhirnya.
Max tersenyum menang kemudian menghujam milik wanita itu yang sempit dan begitu menggigit miliknya. Pinggul pria itu maju mundur memberikan sensasi nikmat pada Seina.
"Yeah.... Ahhhh .... Iya begitu Max, enak... Ahhh terus..." racau Seina tanpa sadar.
Mereka terus bergerak saling memberi. Mereguk manisnya hubungan berdasarkan naluri.
"Milikmu keras sekali Max. Enak, lebih keras lagi." pinta Seina denga duduk dan memajukan dada telanjangnya.
Max tak menyia-nyiakan kesempatan. Bibirnya menghisap puting kemerahan milik Seina yang indah. Daging kenyal tak bertulang yang indah menawan. Max menghisap kuat dada Seina hingga Seina menggelinjang kehilangan akal. Max juga memilin puncak yang lain dengan tangannya.
Srup srup
Cecapan demi cecapan terus terdengar dari sesapan bibir Max yang seperti kehausan itu. Seina saat ini ikut menggerakkan pinggulnya. Kejantanan milik Max menusuk-nusuk liang kenikmatannya begitu dalam.
"Ohhh... Yeahhh... Ah... Ashhhh..." desah Seina tanpa malu.
Sensasi miliknya yang terus dihujam milik Max yang besar dan keras itu, dipadu sesapan mulut rakusnya membuat Seina semakin gila. Miliknya sudah basah dan terasa sangat tegang memijat Junio Max yang terus menggempur liang inti surgawi.
"Agh..." geram Max. "Aku akan keluar Beib," bisik Max dengan suara parau.
Bukannya berhenti Seina justru menggoyangkan pinggulnya lebih keras lagi. Max terasa tak bisa menahan konaknya. Ia menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam Seina. Seina pun sama ia mengejang dan cairan hangat bercampur sangat terasa di sana. Mereka berciuman setelahnya sebagai penutup pergumulan ini.
Tak lama berselang pintu diketuk dari luar.
Tok tok tok.
"Sayang, apa kamu belum bangun?" teriak dari luar kamar.
Sesaat mereka berhenti dari kegiatan panas itu. Max segera menarik miliknya dari dalam Seina, cairan keluar dari milik Seina tanda ia mendapatkan klimaksnya. Sedang Pria itu melompat mencari celananya.
"Siapa itu?" tanya Seina.
Max sambil menggunakan bokser melebarkan matanya. Ia segera berbalik badan.
"Bersembunyi lah! Aku bisa jadi dendeng kalau Sonya menemukanmu!" ujar Max.
Seina seperti mengingat sesuatu usai mendengar nama itu disebut. Dia segera menarik selimut dan berjalan cepat ke kamar mandi.
"Jangan keluar sebelum aku menyuruh kamu, paham!" titah Max.
Seina mengangguk. Ia lantas beralih ke bathtub. Wanita itu masuk ke sana. Tanpa membuka air, ia seperti berendam. Dia merebahkan tubuh polosnya yang terbalut selimut di sana.
Kepalanya bersandar dan menatap langit-langit di kamar mandi pria yang baru semalam ia temui. Rasanya seperti mimpi ia di rumah asing dan kini masuk ke kamar mandinya
"Gila, kenapa aku menjadi wanita jalang seperti ini?" ucap wanita dengan tahi lalat di hidungnya itu.
Mundur sehari sebelumnya.
Seina usai pulang dari kantornya, rasa penatnya membuat ia ingin mencari hiburan. Ia memutuskan ke sebuah club malam yang masih terjangkau dari rumahnya.
Ia masih menggunakan baju setelan formal bekerja. Dengan atasan kemeja press body dan bawahan rok bodycon, ia tak peduli menjadi pusat perhatian sebab sebagian besar pengunjung menggunakan baju pesta.
"Cocktail," katanya saat di meja. Ia memesan pada barista yang sudah mengenalnya.
"Hai, one glass never enough girl," kata Pria yang akrab dipanggil Alex oleh Seina.
"Sure, but i wannabe beauty Princess tonight, please a cup cocktail now Alex." ucap Seina memohon.
"As you wishes Dear," kata Alex segera meracik minuman kesukaan wanita di depannya ini.
Mata sayu Seina beredar di kumpulan lautan manusia di dance floor. Musik yang berubah menghentak-hentak membuat penikmat hiburan meliukkan tubuhnya menari di sana. Diantara sekian manusia yang ada, mata Seina berhenti di sebuah kursi tak jauh darinya. Seorang pria sedang berciuman dengan wanita begitu mesra. Sialnya dia adalah mantan kekasihnya, Nickola.
Rasa sakit membelah dada Seina saat melihat pemandangan itu. Kenangan-kenangan manis dan pahit seakan kembali membanjiri pikirannya. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan diri dan memfokuskan perhatiannya pada minuman di hadapannya.
Alex yang peka terhadap perubahan suasana hati Seina menghampiri meja mereka dengan senyuman yang penuh empati. "Apakah semuanya baik-baik saja, Seina?" tanyanya dengan lembut.
Seina menghela napas, lalu bergumam, "It's just... melihat Nickola dengan wanita lain, itu seperti menusuk hatiku. Aku mencoba untuk melupakan masa lalu, tapi rasanya begitu sulit."
Alex mendekat dan duduk di sebelah Seina, menyentuh tangannya dengan lembut. "Kamu kuat, Seina. Dan aku tahu betapa sulitnya melupakan seseorang yang pernah menempati hatimu. Tapi ingatlah, kamu harus melihat ke depan."
Seina mengangguk perlahan, mencoba menguatkan dirinya. "Saya tahu, Alex. Tapi terkadang, rasa sakit itu masih begitu kuat. Saya hanya ingin bisa menari dan melupakan semuanya, seperti orang-orang di sana."
Alex tersenyum simpatik dan berbisik, "Dalam sepi hatimu, ada kekuatan yang tak pernah kamu sadari. Kamu bisa memperoleh kebahagiaan dan ketenangan batinmu dengan caramu." Ia menoleh ke arah bar dan kembali meracik minuman untuk Seina.
Saat Alex menghidangkan minuman kedua untuknya, Seina mengamatinya dengan tatapan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Alex. Kamu selalu ada untukku, mengapa kamu begitu perhatian?"
Alex tersenyum hangat, "Kamu adalah teman berharga bagiku, Seina. Aku ingin melihatmu bahagia dan bersinar seperti seorang putri."
Seina merasa hangat di dada. Teman-teman seperti Alex adalah keberuntungan yang tak ternilai harganya. Ia memutuskan untuk menyingkirkan kepedihan masa lalunya dan menikmati malam ini sepenuh hati.
Mereka berbicara dan tertawa bersama, seakan luka hati Seina semakin terobati oleh kehadiran Alex. Wajahnya yang semula muram bertransformasi menjadi cerah dan bersemangat. Ia memegang minumannya dengan percaya diri seperti seorang putri yang benar-benar menikmati tanggung jawabnya.