Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
"Hei, aku mohon jangan tutup matamu," ucap Alvaro pada Siska yang terbaring lemah di atas brankar. Ia menggenggam erat tangan istrinya itu. Berharap ia dapat memberikan kekuatan agar Siska dapat bertahan dan berhenti merasakan sakit.
Siska yang merasa tubuhnya tak berdaya kini hanya iba menatap suaminya. Air matanya tak bisa ia bendung. Akhirnya ia bisa melihat Alvaro menangisinya. Akhirnya ia melihat ada kekhwatiran di mata suaminya, dan akhirnya Alvaro ingin ia bertahan di dunia ini.
"Al, ku... mohon jangan seperti ini," balas Siska dengan terbata-bata.
"Bertahan lah, ku mohon." Dengan sangat erat ia menggenggam tangan Siska, menatap mata lemah itu dengan iba.
"Tolong jaga putri kita. berikan dia kehidupan yang layak, sayangi dia lebih dari apapun, ku mohon."
Alvaro mengeleng kan kepalanya dengan cepat. "Jangan berkata seperti itu. kamu harus bertahan demi putri kita."
Siska tersenyum dengan lemah. "Kamu harus memberikan dia nama yang indah."
"Kita, kita akan memberikan dia nama. makanya kamu harus bertahan ya?"
"Rasanya sakit Al. Aku gak bisa." Alvaro tau bahwa Siska sudah menahan rasa sakit itu sedari tadi. Dokter juga sudah mengatakan bahwa Siska sangat lemah untuk melahirkan normal. Tapi wanita itu bersikeras agar lahir normal, dan di sini lah Siska terbaring lemah setelah melahirkan. Bahkan putri mereka sudah lahir ke dunia ini, kondisinya baik-baik saja. Tapi beda hal dengan ibunya yang kini bisa di bilang sangat lemah. begitulah perjuangan seorang ibu jika melahirkan melaikat kecil ke dunia ini, kalau Alvaro tau nyawa adalah taruhan nya mungkin ia akan memaksa Siska untuk operasi.
Siska mengangkat tangan nya dengan lemah untuk menyentuh pipi Alvaro. Sehingga Alvaro dapat merasakan tangan Siska yang sangat dingin seperti orang meninggal. "Al, jaga putri kita. aku mohon jangan pernah sakiti perasaannya, jika suatu saat ia besar, berikan apapun yang ia mau. karena aku gak bisa menemani dia, bahkan kamu."
"Siska, jangan ngomong seperti itu."
"Al, aku sangat mencintaimu. Dan kini putri kita sudah lahir, dan Cinta itu semakin besar, sehingga sampai ayat aku tetap membawa Cinta itu."
Alvaro nyesak mendengarnya. Apa ia sudah keterlaluan selama ini pada Siska? sehingga wanita itu tidak pernah mendapat kan cinta darinya? tapi kali ini aja, izinkan Siska bertahan agar Alvaro dapat membalas cinta itu lagi, ia berjanji.
"Maafkan aku, maafkan aku," balas Alvaro menyesal .
"Apa kamu sudah mencintai ku?"
Lidah Alvaro kaku untuk menjawab pertanyaan itu. Memang untuk saat ini ia tidak mencintai Siska, tapi ia janji kedepannya ia akan belajar mencintai istrinya itu. Apalagi setelah melihat perjuangan Siska yang berusaha melahirkan putrinya, jadi tidak ada salahnya untuk membalas cinta wanita itu.
Bahkan selama mereka menikah, Siska selalu melontarkan pertanyaan seperti itu. Dan kejamnya Alvaro mengabaikan pertanyaan Siska. Dan ia tau sekarang bagaimana perjuangan Siska selama ini.
"Bertahan lah, maka aku akan menunjukkan cinta yang sebenarnya sama kamu."
Siska kembali tersenyum, sehingga ia mengalihkan matanya dari Alvaro. Kini ia menatap langit-langit kamar rumah sakit. "Untuk Alvaro Mahardika Biswana, aku harap setelah ini kamu dapat hidup bahagia. Mencintaimu adalah keajaiban, dan memiliki mu adalah tantangan."
Kini air mata keduanya semakin tidak bisa di bendung. Bahkan orang-orang yang sedari tadi melihat interaksi yang menyedihkan itu ikut terhanyut dalam kesedihan ini.
"Dan untuk putri ku. Jadi lah wanita kuat setelah kamu besar kelak. Mama berjanji akan menjaga mu dari atas." Siska menahan sesak di dadanya, seperti ada ribuan tusukan jarum yang menghantam. Sehingga ia meremas tangan Alvaro dengan kuat.
"Dok...Dok...," panggil Alvaro saat melihat kondisi Siska yang semakin kritis. Dengan cepat Dokter yang tadinya ada diruang itu langsung mendekati brankar, dan mulai mencek kondisi Siska.
Siska menarik nafasnya sekuat dan mengembuskan nya dengan cepat selama tiga kali. Dan untuk hembusan nafas yang keempat kalinya Siska menutup matanya untuk selama-lamanya.
"Siska!" teriak Alvaro.
Suara tangisan semakin pecah memenuhi ruangan itu. Bahkan Kedua orang tua mereka juga menangis histeris atas kepergian menantu dan putri mereka.
***
Alvaro menatap putri kecilnya, yang tidur dengan nyenyak. Sehingga Alvaro mengangkat sudut bibirnya memberikan senyuman manis. Putrinya tidur dengan pulas dan bahkan tidak tau jika orang-orang di sekelilingnya sedang berduka atas kepergian ibunya. Dan Alvaro tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan putrinya tanpa seorang ibu.
"Halo putri Papa," sapa Alvaro. Kini tangannya menyentuh pipi halus itu.
"Maafkan Papa. Sekarang kamu tinggal berdua sama Papa. Anak Papa jangan cengeng, nanti kalau kamu udah besar, Papa kasih coklat," kekeh Alvaro. Berusaha menghilangkan kesedihan yang telah menimpanya, sehingga mengucapkan kata-kata yang mengelantur.
Sehingga ia merasakan sentuhan hangat di bahunya. "Mama."
Sarah mendekati mereka dan melihat wajah cucu pertamanya. "Wajahnya sangat mirip dengan Siska," ucap Sarah yang kagum dengan Malaikat kecil ini.
"Iya Ma." Bisa dikatakan bahwa mereka sebelas dua belas. Mengingat bahwa Siska yang memiliki wajah cantik dan anggun. Pantas saja putri mereka sangat mirip dengannya. Perlu diingatkan juga bawah Alvaro memiliki ketampanan diatas standar. Dan itu salah satu yang membuat putrinya juga seperti malaikat yang perfect.
"Kamu ingin membuat namanya siapa?" tanya Sarah.
"Keisha Gabriela Biswana." Nama itu sudah lama ia simpan.