Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Virginity party?"
Angel mengerutkan kening saat menatap spanduk besar yang terbentang di depan kampusnya. Mata abu-abunya bergerak-gerak menyusuri setiap untaian kata yang tercetak di spanduk tersebut.
"Merayakan pesta malam tahun baru bagi para gadis perawan. Ajak pemuda yang kau sukai untuk menikmati keperawananmu yang berharga."
"Hah?" Mulut Angel melongo lebar, walaupun begitu matanya tampak berbinar. "Ide yang cukup gila, tapi terdengar sangat seru."
Angel menggigit bibir yang mengulas senyum nakal, otaknya mulai menemukan siapa yang akan diajaknya pergi dalam pesta gila tersebut. Dia memang telah bosan dengan cap sebagai gadis perawan di usianya yang sudah memasuki delapan belas tahun, dan sekarang saatnya untuk mengubah status polosnya itu.
"Baiklah, aku akan menemuinya sekarang," gumam Angel dengan gejolak semangat yang berkobar di dada. Di tersenyum lebar, bersiap melangkahkan kaki saat tiba-tiba ada suara yang menghentikannya.
"Permisi."
Angel memutar badan, sejenak terpaku saat melihat seorang pemuda yang tampak asing di hadapannya. Keningnya berkerut dalam, dan lagi-lagi matanya bergerak liar mengamati pahatan sempurna pada wajah tampan di hadapannya. Mata berwarna coklat yang sangat terang, bibir sangat merah dan juga kulit yang terlalu pucat untuk ukuran pemuda Amerika. "Atau mungkin dia orang Rusia?" Pikir Angel dalam hati.
"Di mana kelas Sains?"
Suara itu terdengar dalam, diikuti dengan tatapan tajam yang membuat Angel bergidik ngeri. "Ah itu, ada di lantai dua lorong sebelah kiri, nanti kau akan menemukan petunjuk di sana."
"Thank you."
Angel mengangguk pelan, baru akan berucap saat mendadak merasakan hembusan angin yang cukup kencang. Tapi bukan itu yang membuat tubuhnya kini menegang, melainkan sebuah aroma harum yang terasa begitu aneh tapi terasa begitu nyaman saat menerobos indera penciumannya. Bahkan Angel sampai memejamkan mata, menikmati aroma segar yang tidak pernah ditemukan di mana pun.
"Parfum Mu sangat harum," gumam Angel dengan kembali memejamkan mata, tapi dia dibuat bingung saat melihat pemuda di hadapannya membungkuk seperti menahan sebuah kesakitan luar biasa.
"Are you ok?" Angel mengulurkan tangan, berniat mengusap lengan pemuda itu tapi dia kembali dihadapkan pada keanehan yang lain. Kulit pemuda itu terasa begitu dingin. "Kau demam?"
Alih-alih menjawab, pemuda itu malah melenggang pergi meninggalkannya begitu saja.
"Sangat tampan, tapi juga sangat aneh," gumam Angel dengan masih menatap punggung pemuda itu hingga menghilang di balik gedung kampus.
"Hemm... i dont care...." Angel menggeleng-geleng pelan dengan memasang wajah tak peduli. Dia bersiap kembali melangkah, tapi lagi-lagi ada saja yang mengganggunya.
"Morning!"
Angel menoleh ke sisi kiri saat merasakan sebuah lengan yang merangkul bahunya, menemukan seorang gadis berkaca mata yang telah menjadi sahabatnya sejak sekolah menengah. "Morning, Bell... mau ikut virginity party?"
"What?!" pekik Bella dengan kening berkerut dalam. "Are you crazy?"
Angel memutar bola mata malas sembari membawa kakinya melangkah. "Ayolah... aku sudah bosan menjadi gadis perawan, kita harus membuat perubahan di malam tahun baru besok."
"Astaga, Angel... jangan macam-macam, kita akan tetap baik-baik saja dengan status perawan. Lagipula kita sudah sepakat hanya akan memberikan keperawanan kita pada malam pertama pernikahan," oceh Bella dengan sesekali menaikkan bingkai kaca mata besarnya.
"Itu sudah sangat kuno, Bella...." Angel menghentikan langkah, tiba-tiba menangkup kedua sisi wajah sahabatnya itu dengan mata berbinar. "Aku sudah memutuskan untuk ikut dalam acara virginity party."
"Siapa yang akan kau ajak?"
"Calvin Klein," jawab Angel dengan wajah penuh percaya diri.
"Tapi-"
Angel tak perlu menunggu ocehan Bella lebih panjang lagi, karena dia memutuskan untuk berjalan cepat. meninggalkan gadis itu. Kakinya terus berjalan ringan, menaiki anak tangga untuk mencapai lantai dua gedung kampus. Dia menyusuri lorong sebelah kiri, sesuai instruksi yang diberikan kepada pemuda aneh tadi karena mereka memiliki tujuan pada kelas yang sama.