Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Amel gadis berusia 24 tahun, saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya dengan bimbingan dari dosen pembimbing yang memiliki gosip tidak mengenakkan sebagai seorang janda dengan anak kembar dan alasan perceraian karena salah satu dosen yang ada di kampus ini, dosen tersebut memiliki wajah lebih dari mantan suami. Amel sendiri tidak peduli dengan gosip yang beredar karena bagi Amel yang terpenting adalah sang dosen mau membantu Amel sampai sejauh ini baik itu skripsi maupun tugas yang lain.
Amel sendiri dekat dengan kembar dan juga adik dari sang dosen, kedekatan mereka terjalin karena Amel sering datang ke tempat sang dosen untuk konsultasi atau hanya menghabiskan waktu dengan sang kembar.
Amel mempunyai dua sahabat yang sangat dekat sejak pertama kali masuk kuliah yaitu Willy dan Vina, awal mula kedekatan mereka ketika masa orientasi siswa dan sikap Amel yang apa adanya dan cuek membuat mereka dekat. Willy lebih dekat dengan Amel dibandingkan Vina karena bersama Amel para penggemar Willy menghentikan langkah untuk dekat dengannya, sedikit banyak Willy memanfaatkan Amel dan beruntung tidak peduli dengan berita yang beredar ditambah lagi mereka tidak menggunakan perasaan selama ini. Vina sendiri adalah gadis yang merantau dan jauh dari kedua orang tuanya, hubungan mereka dekat karena hanya Amel yang menerima Vina apa adanya yang merupakan anak dari istri kedua ditambah badannya yang tidak sesuai dengan porsinya.
“Amel,” teriak Vina dari kejauhan membuat langkah Amel terhenti dan menatap Vina “ditunggu Willy di kantin.”
Amel mengangguk “aku bimbingan dulu, kamu udah bimbingan?.”
“Baru selesai dan tadi ketemu Willy terus minta tolong bilang sama kamu kalau ditunggu di kantin,” Amel mengangguk “aku balik dulu.”
“Kerja?,” Vina mengangguk “hati – hati.”
Vina hanya mengangguk lalu meninggalkan Amel, Amel menatap punggung Vina yang semakin menjauh dengan melihat Vina setidaknya dirinya bersyukur diberi keluarga yang saling menyayangi dan penuh dengan cinta. Amel melangkah semakin ke dalam menuju ruangan sang dosen pembimbing yang selama ini membantu dirinya, ketika Amel masuk ke dalam terdapat seorang pria yang berusia tidak jauh dengan sang dosen atau mungkin si pria terlihat lebih dewasa dibandingkan sang dosen, Amel menatap mereka sekilas yang sedang serius berbicara membuat Amel sedikit tidak enak.
“Letakkan aja nanti saya periksa,” ucap Tina menatap Amel “lagian sudah benar tinggal beberapa kali revisi jadi tinggal sentuhan akhir saja.”
“Kalau begitu saya letakkan di sini ya,” Tina menatap lalu mengangguk “saya permisi.”
“Kamu ke rumah sakit jiwa?,” pertanyaan Tina menghentikan langkah Amel dan dengan segera mengangguk “saya titip tolong berikan pada mereka,” memberikan berkas pada Amel untuk diserahkan pada pihak rumah sakit jiwa “nanti saya kabari jika sudah selesai.”
Amel melangkah keluar setelah berpamitan dan menatap sekilas pada pria yang berada di ruangan, Amel memikirkan apa pria tersebut mantan suami Tina. Melihat rupanya dan berita yang di dengar kenapa tidak sesuai secara pria tersebut tidak terlalu buruk bahkan bisa dibilang tidak kalah dengan kekasih Tina saat ini, Amel langsung mengangkat bahu karena percuma memikirkan masalah yang bukan menjadi permasalahannya.
Amel menatap Willy yang tampak serius depan laptop yang Amel duga adalah bahan skripsinya, mereka bertiga memang disibukkan dengan skripsi setidaknya mereka tidak berjuang sendirian. Terkadang mereka akan menghabiskan waktu dengan jalan – jalan melepas rasa stres karena terlalu lama menghabiskan waktu depan laptop. Banyak anak yang menduga Amel dan Willy memiliki hubungan dan itu semua jelas salah karena sampai kapan pun mereka tidak akan pernah menjadi pasangan karena banyaknya perbedaan dan lagi pula Amel tidak memiliki perasaan sedikit pun pada pria yang saat ini sibuk dengan laptopnya.
“Serius sekali,” tegur Amel membuat Willy menatapnya “skripsi? masih perlu perbaikan?.”