/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
Hujan turun deras membasahi jalanan batu di kota tua Ravencourt malam itu. Alena Callahan menutup payung hitam kecilnya sambil bergegas masuk ke dalam apartemen mungil yang selama tujuh tahun terakhir menjadi rumah sekaligus benteng perlindungannya. Bau lembap khas hujan bercampur dengan aroma bubur gandum yang masih mengepul dari dapur. Ia meletakkan payung di rak, menanggalkan mantel panjangnya yang basah, lalu menghela napas panjang.
"Mommy pulang!" serunya dengan nada ceria.
Seorang bocah laki-laki berusia enam tahun berlari keluar dari kamar, rambut cokelatnya berantakan, mata birunya berkilat seperti lautan yang memantulkan cahaya bintang. "Mommy! Lihat, aku membuat roket dari kardus!" katanya bangga, mengangkat kotak kecil yang dihias dengan spidol warna-warni.
Alena tersenyum, mencium kening anak itu. "Luar biasa, Julian. Kamu benar-benar jenius."
Julian Ezra Callahan. Anak kecil yang menjadi seluruh dunia bagi Alena. Ia menggendong anak itu sebentar, memeluknya erat, seolah dunia luar yang dingin tak akan pernah bisa menyentuh mereka. Ia tahu, setiap hari mereka hidup di atas jurang rahasia. Rahasia yang, bila terbongkar, bisa menghancurkan segalanya.
---
Tujuh tahun lalu, Alena bukan siapa-siapa. Ia gadis yatim piatu yang bekerja sebagai asisten riset di laboratorium keluarga bangsawan Whitmore, keluarga paling berkuasa di negeri itu. Di sanalah ia pertama kali bertemu dengan Dorian Whitmore - pewaris tunggal kerajaan bisnis raksasa yang membentang dari bank hingga perusahaan farmasi.
Dorian saat itu tampak seperti pria dari dunia lain: dingin, penuh karisma, dan nyaris tak tersentuh. Tidak ada yang menyangka ia akan jatuh cinta pada gadis sederhana seperti Alena. Tapi Dorian memilihnya. Menikahinya. Membawanya ke kastil Whitmore, tempat marmer putih dan kaca kristal bersinar di setiap sudutnya, tempat Alena merasa kecil dan tidak pada tempatnya.
Awalnya, pernikahan mereka bagai mimpi. Tapi mimpi itu runtuh saat Alena mengandung. Kehamilannya membawa tekanan besar. Keluarga Whitmore menuntut kesempurnaan. Mereka menginginkan pewaris yang sempurna. Saat Alena melahirkan bayi kembar, salah satunya lahir tak bernyawa. Rasa kehilangan itu menghancurkan Alena, sementara Dorian justru berubah menjadi sosok asing yang dingin.
Hari-hari setelah pemakaman bayi pertama mereka, Dorian menjauh. Ia menuduh Alena tidak cukup kuat menjaga anak-anak mereka. Perselisihan yang terus memburuk berakhir dengan perceraian. Dorian menghilang dari hidupnya tanpa pernah menyentuh atau bahkan melihat anak yang masih hidup - Julian.
Sejak saat itu, Alena melarikan diri. Ia mengganti nama belakangnya, pindah dari kota ke kota, hingga akhirnya menetap di Ravencourt. Ia hidup sederhana, bekerja sebagai guru privat, dan membesarkan Julian dalam bayang-bayang ketakutan: bahwa suatu hari, keluarga Whitmore akan menemukan mereka.
---
"Mommy?" suara Julian memecah lamunan Alena. Anak itu menatapnya dengan mata lebar penuh rasa ingin tahu. "Kenapa Mommy sedih?"
Alena tersadar, lalu tersenyum. "Mommy tidak sedih, Sayang. Mommy hanya lelah."
Julian mengangguk, lalu kembali memainkan roket kardusnya. Alena memandangi anak itu dalam diam. Setiap gerakan kecil Julian adalah pengingat dari cinta yang pernah ia miliki sekaligus luka yang tak pernah sembuh. Julian memiliki mata biru Dorian, tatapan tajam yang menembus, dan senyum kecil yang sama persis... membuat dada Alena sesak.
Malam itu mereka makan malam bersama di meja kecil di dapur. Julian bercerita tentang mimpinya menjadi astronot, tentang planet-planet yang ingin ia kunjungi, tentang bintang yang katanya bisa didengar jika kita cukup diam. Alena mendengarkan, mencoba menanamkan kenangan indah di benak anaknya - kenangan yang kelak akan melindunginya jika dunia mencoba merebut mereka.
Setelah Julian tertidur, Alena duduk di dekat jendela. Hujan masih turun, menimpa kaca seperti jari-jari kecil yang mengetuk-ngetuk waktu. Ia menulis sesuatu di buku hariannya: **"Hari ke-2.581. Mereka belum menemukan kami."**
Ia tidak tahu bahwa hitungannya akan berhenti malam itu juga.
---
Ketukan keras di pintu membuatnya terlonjak. Jam dinding menunjukkan pukul 23.47. Siapa yang datang larut begini? Alena berdiri perlahan, jantungnya berdetak keras. Ia mengintip melalui lubang pintu - hanya kegelapan lorong.
"Siapa di sana?" serunya pelan.
Tak ada jawaban. Lalu tiba-tiba - **BRAK!** - pintu apartemen diterjang terbuka. Alena menjerit, mundur terburu-buru. Empat pria berpakaian hitam dan bertopeng masuk seperti bayangan. Mereka bergerak cepat, sunyi, terlatih.
"Ambil dia," salah satu berkata dingin.
Alena meraih pisau dapur di atas meja, namun salah satu pria lebih cepat. Tangan kekarnya membekap mulut Alena, pisau itu terjatuh, lalu sesuatu menutup kepalanya - kain hitam berbau obat bius. Dunia berputar, kemudian gelap.
---
Ia terbangun dalam keadaan tangan terikat, kepala berdenyut hebat. Udara dingin dan lembap menyelimuti kulitnya. Ia berada di dalam ruangan batu besar dengan dinding tinggi - semacam ruang bawah tanah tua. Suara rantai berderak samar di kejauhan. Bau api dari obor di dinding menusuk hidungnya.
Pintu besi berat terbuka dengan derit panjang. Seorang pria masuk, langkahnya mantap, menyibak kegelapan dengan aura yang membuat jantung Alena membeku.
/0/28108/coverorgin.jpg?v=8369c2856554c64dd5ecfef72521c5d1&imageMogr2/format/webp)
/0/12461/coverorgin.jpg?v=e89b7f52f9dc96e329a6d4ae69e786e0&imageMogr2/format/webp)
/0/30473/coverorgin.jpg?v=6291851d125c9ec89171f9cd0e5c3e2e&imageMogr2/format/webp)
/0/14512/coverorgin.jpg?v=f47f2866735b94fa54efbde111c2dc20&imageMogr2/format/webp)
/0/2960/coverorgin.jpg?v=e755064234afa164230f81b1532ec183&imageMogr2/format/webp)
/0/24530/coverorgin.jpg?v=b5a24a122497a045d676b8dbecba4170&imageMogr2/format/webp)
/0/6747/coverorgin.jpg?v=807212977639f4c77f368e8bed964892&imageMogr2/format/webp)
/0/5554/coverorgin.jpg?v=ad658e7b04e0d7c2caba74d0b30b9683&imageMogr2/format/webp)
/0/14004/coverorgin.jpg?v=8a3915c664acd17c3f4819f3ef533ada&imageMogr2/format/webp)
/0/19871/coverorgin.jpg?v=650f278950747ebb8b51638628ad7b20&imageMogr2/format/webp)
/0/13113/coverorgin.jpg?v=603d878cfe27a72adc41261c26c4094b&imageMogr2/format/webp)
/0/13861/coverorgin.jpg?v=7b9b548ae9e2ba725b49be096aa30b28&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=1968055e65003abae00f1e114a907847&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/4290/coverorgin.jpg?v=f69af7fae1687f0e6c25f81bff95b97e&imageMogr2/format/webp)
/0/16595/coverorgin.jpg?v=a0048950ffa7f7bd7422162aec0d62b7&imageMogr2/format/webp)