Sofia marwah wanita dengan hati yang tulus harus rela berbagi suami dengan sahabatnya Nurmala demi menolongnya yang kini hidup sebatang kara, dan juga lumpuh akibat kecelakaan yang telah merenggut dunianya dalam sekejap. Nizam suami Sofia terpaksa menikahinya karena terikat janji dengan almarhum Rifa'i sahabatnya untuk menjaga Nurmala. Dapatkah sofia meraih kebahagiaan setelah memutuskan untuk berbagi suami dengan wanita lain, atau malah penghianatan yang akan di dapatkan...
Satu bulan setelah kecelakaan nahas yang menimpa Nurmala, ia masih saja terbaring di ruang ICU dan belum sadarkan diri, alat alat medis yang selama ini membantunya masih terpasang lengkap di tubuhnya.
Setiap hari Sofia akan datang dan menemani sahabatnya di rumah sakit, bercerita tentang masa masa kebersamaan mereka, meski tak pernah ada jawaban Sofia tak pernah menyerah sedikitpun pada Nurmala.
Namun, suatu hari ada seorang lelaki berparas tampan yang datang menjenguknya.
Saat Sofia baru saja tiba di sana, ia melihat lelaki berperawakan tinggi mengenakan jeans berwarna hitam, t-shirt berwarna putih polos dengan blazzer berwarna senada, sedang berdiri memandang Nurmala cukup lama dari balik kaca.
Perlahan Sofia menghampiri lelaki itu dan menyapanya, "assalamualaikum."
Seketika lelaki itu menoleh ke arah Sofia dan menjawab salamnya, "waalaikumsalam,"
"Maaf mas ini, apakah saudara nya Nurmala?" tanya Sofia pada lelaki yang sudah dari tadi terus memandangi Nurmala dengan tatapan sendunya. Terlihat jelas dari sudut matanya sisa sisa air mata yang masih menempel membasahi bulu matanya.
"Bukan, saya Dimas lelaki yang sempat berta'aruf dengan Nurmala. Tapi, saya kesini untuk memberikan ini," ucapnya penuh keraguan, sambil mengulurkan tangannya memberikan sebuah cincin pada Sofia.
"Maaf, tapi saya masih tidak mengerti apa maksud dari semua ini?" tanya Sofia masih dalam kebingungan seraya mengerutkan dahinya, masih belum menyadari situasi macam apa yang kini sedang ia hadapi.
"Besok adalah hari pernikahan kami, maksudnya pernikahan saya dan Nurmala. Namun, pernikahan tetap akan di lakukan," ujarnya. Sebelum akhirnya Sofia memotong perkataannya.
"Tunggu tunggu! tapi, bagaimana kamu akan melaksanakan pernikahan sedangkan Nurmala masih belum sadar dari komanya," Sofia mulai panik ia merasakan ada sesuatu yang tak beres.
"Maafkan saya tapi keluarga sepakat untuk menggantikan Nurmala dengan wanita lain, karena pernikahan ini tidak mungkin ditunda, menundanya hanya akan mencoreng nama baik keluarga. Sedangkan berita pernikahan sudah tersebar, lagipula kita tidak pernah tau kapan Nurmala akan membuka matanya lagi," ungkap Dimas sambil sesekali menyeka air matanya yang terus memaksa untuk keluar, sambil sesekali menatap ke arah Nurmala. "Nggak bisa gitu dong! Kamu tau kan keluarganya meninggal dalam kecelakaan tragis itu! Nurmala sekarang sendirian cuma kamu satu satunya harapannya sekarang," Sofia begitu emosi mendengar pernyataan Dimas hingga ia berbicara dengan lantang dihadapannya. Suaranya semakin keras sambil menatap dalam kedua bola mata yang masih menyisakan sedikit belas kasih untuk sahabatnya Nurmala. Sofia masih berharap Dimas akan membatalkan pernikahannya demi sahabatnya yang malang.
"Maaf, tapi saya tidak bisa menentang keputusan keluarga saya," ucapnya penuh penyesalan sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan dimana Nurmala sedang berbaring.
Melihatnya pergi begitu saja Sofia kembali terisak meneteskan air matanya, langkahnya tertatih mendekati Nurmala dan menggenggam erat tangannya sambil berkata," Nurmala! sekarang aku harus bagaimana?" Sofia terisak begitu pilu sambil menundukkan wajahnya, cukup lama ia menangis di sana sampai matanya terlihat sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Tiba-tiba, Sofia merasakan tangan Nurmala bergerak membalas genggaman tangannya. Seketika Sofia tersentak dan langsung berdiri mendekatkan wajahnya sambil berbisik di telinganya, "Nurmala, kamu bisa dengar aku kan? Kalau kamu bisa dengar tolong jawab aku dengan gerakan jarimu!"
Sungguh suatu keajaiban Nurmala perlahan menggerakkan jemarinya meski terlihat gemetar.
"Aaaaaa," suara lirih terdengar dari mulutnya yang bergetar, dari sudut matanya terlihat mengeluarkan butiran air mata yang menetes. Untuk pertama kalinya Nurmala perlahan berusaha membuka matanya. Sofia segera berlari dan berteriak, "dokter!" Sofia memanggil dokter untuk memeriksa keadaan sahabatnya, senyuman penuh suka cita kini menghiasi bibirnya diiringi tetesan air mata kebahagiaan.
Semua berlari memeriksa keadaan Nurmala yang mulai sadar dari komanya, bagaikan sebuah keajaiban.
Hari demi hari keadaannya mulai membaik kini Nurmala bisa bernapas lega tanpa bantuan alat alat yang biasa terpasang di tubuhnya.
Pagi itu Nurmala kembali menanyakan keadaan keluarganya yang ikut terlibat dalam kecelakaan nahas itu, membuat Sofia kebingungan bagaimana cara memberi taunya, kalau Nurmala adalah satu satunya yang selamat dalam kecelakaan itu, meskipun butuh waktu lama untuk ia bisa sadarkan diri dari komanya.
"Sofi, bagaimana keadaan keluargaku? Mereka baik baik aja kan?" tanya Nurmala penuh rasa penasaran.
"Eee, aduh aku lupa harus telepon bang Nizam. Tunggu sebentar ya aku keluar dulu," Sofia berdalih, perkataannya yang terbata bata membuat Nurmala menaruh curiga padanya. "Tunggu!" dengan sigap Nurmala memegangi pergelangan tangan Sofia, saat ia akan beranjak dari tempat duduknya.
"Sofia! kamu tidak bisa menghindar terus menerus, apapun itu kamu harus jujur sama aku InsyaAllah aku akan menerimanya, bukankah aku berhak mengetahuinya?" ucap Nurmala memaksa dengan nada yang sedikit menekan. Sambil menatap dalam wajah sahabatnya yang mulai berlinang tak mampu lagi bersandiwara.
Sofia duduk kembali perlahan menarik nafas dalam dan berkata, "sebenarnya, kamu adalah satu satunya yang berhasil selamat dalam kecelakaan itu Nurmala," perlahan Sofia mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan sangat hati-hati.
Tangisannya seketika pecah mendengar orang-orang terkasihnya sudah tiada, air matanya berderai membasahi pipinya.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun, abang bapak! Kenapa kalian tinggalkan Nurmala sendirian," Nurmala menangis tersedu-sedu mendengar kenyataan pahit yang baru saja diucapkan oleh sahabatnya, tangisnya begitu pilu seakan menyayat hati.
Sofia langsung memeluk sahabatnya dan ikut menangis bersamanya.
"Istighfar Nurmala, ini semua sudah jalan Allah, Allah tau apa yang terbaik untuk kita," tuturnya sambil terus mengusap punggungnya berusaha menenangkan Nurmala. Sofia memegangi kedua pipinya dan perlahan menghapus air matanya, "sabar sayang, sabar, InsyaAllah kamu kuat! aku akan terus berada di sampingmu Nurmala."
Saat Nurmala masih terisak dokter datang untuk memeriksa keadaan kakinya. Nurmala segera berusaha untuk tenang dan menahan tangisnya sebisa mungkin.
Keadaan Nurmala menjadi lebih buruk saat dokter menyatakan bahwa ia mengalami kelumpuhan, dan entah kapan ia akan bisa berjalan lagi.
Nurmala yang malang, dari sorot matanya tak terlihat ada harapan dan semangat sedikitpun. Semuanya hancur seketika, harapannya untuk menikah telah hancur karena ditinggalkan tunangannya, dalam waktu yang bersamaan ia tak bisa lagi berjalan, dan lebih buruk lagi kini ia sebatang kara. Nurmala yang periang kini menjadi murung ia terus saja menggenggam cincin yang diberikan Dimas, air matanya terus mengalir tak tertahankan, meskipun ia sudah berusaha untuk tegar. Bahkan Sofia sekalipun tak mampu untuk menghiburnya.
Sofia menunggu bang Nizam di taman rumah sakit. Ada banyak hal yang ia pikiran akhir akhir ini, berat badannya menyusut karena terlalu sibuk mengurus Nurmala sahabatnya.
Nizam baru saja tiba dari kejauhan ia melihat istrinya termenung sendirian, tanpa pikir panjang Nizam langsung menghampiri istrinya.
"Sofia, sayang!" Nizam sedikit mengeraskan suaranya, membuat sofia tersadar dari lamunannya.
"Abang udah datang, duduk bang! ada yang ingin aku sampaikan sama abang," ucapnya begitu serius, sambil meraih lengan suaminya.
"Ada apa sayang?" Nizam bertanya sambil mengembangkan senyumnya.
"Aku punya satu permintaan bang," Sofia mulai mengutarakan isi hatinya, meski masih sedikit ragu.
"Apa itu sayang? Apapun itu pasti akan abang kabulkan," Nizam masih bisa tersenyum sambil mengelus pucuk kepala istrinya dengan lembut.
"Aku, aku mau abang menikah dengan Nurmala, jadikan Nurmala adik maduku bang!" ucapnya lirih sambil memandang dalam wajah suaminya yang perlahan senyumnya mulai memudar.
"Apa! Nggak mungkin sayang, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak abang untuk menduakan kamu," Pungkasnya tegas sambil memegangi bahu istrinya yang mulai meneteskan air matanya.
"Lantas aku harus bagaimana bang! aku juga tidak ingin seperti ini, tapi ini satu satunya cara yang terlintas dalam benakku! Nurmala kini sebatang kara, aku satu satunya yang ia miliki di dunia ini! aku ingin merawatnya tapi itu tidak mungkin kalau abang bukan mahramnya, karena akan menimbulkan fitnah dalam rumah tangga kita bang!" Sofia menangis tersedu dalam pelukan Nizam. Bagaimanapun juga mana ada istri yang rela suaminya menikahi wanita lain. Namun hanya itu satu satunya cara yang terlintas dalam pikiran Sofia.
"Bukankah abang sudah berjanji pada almarhum bang rifai untuk menjaga Nurmala, bagaimana abang akan menepati janji itu tanpa adanya ikatan pernikahan, sedangkan sekarang Nurmala sebatang kara dan juga lumpuh.
Cuma ini satu satunya cara bang! InsyaAllah aku ikhlas,"
Apakah Nizam akan menyetujui permintaan Sofia?
Bersambung
Bab 1 Suami untuk Nurmala
15/02/2022
Bab 2 Melamar wanita lain untuk suamiku
16/02/2022
Bab 3 Mimpi Buruk
16/02/2022
Bab 4 Kekuatan Uang Yang Menakutkan
17/02/2022
Bab 5 Cemburu
18/02/2022
Bab 6 Melampiaskan amarah
19/02/2022
Bab 7 Bom waktu
19/02/2022
Bab 8 Kedatangan Ainun
21/02/2022
Bab 9 Rambut Yang Basah Di pagi Buta
21/02/2022
Bab 10 Keputusan Haji Mansyur
22/02/2022
Bab 11 Tinggal Terpisah
22/02/2022
Bab 12 Honeymoon
23/02/2022
Bab 13 Membagi waktu
24/02/2022
Bab 14 Pertemuan yang tak terduga
25/02/2022
Bab 15 Depresi
26/02/2022
Bab 16 Ketakutan sofia
28/02/2022
Bab 17 Jatuh pingsan
01/03/2022
Bab 18 Kehamilan Yang Di Tunggu
02/03/2022
Bab 19 Semangat Untuk Melangkah
03/03/2022
Bab 20 Menagih Janji
03/03/2022
Bab 21 Malam Pengantin Untuk Nurmala
04/03/2022
Bab 22 Lingerie berwarna hitam
05/03/2022
Bab 23 Rekan Bisnis Yang Tak Terduga
06/03/2022
Bab 24 Sakit Namun Tak Berdarah
06/03/2022
Bab 25 Wanita Murahan
07/03/2022
Bab 26 Dendam
07/03/2022
Bab 27 Mandul!
08/03/2022
Bab 28 Derita Nurmala
09/03/2022
Bab 29 Prasangka
10/03/2022
Bab 30 Gara gara Ainun
11/03/2022
Bab 31 Sofia cemburu
11/03/2022
Bab 32 Jebakan
12/03/2022
Bab 33 Pertengkaran hebat
13/03/2022
Bab 34 Mencari Bukti
16/03/2022
Bab 35 Pria Misterius
18/03/2022
Bab 36 Bergunjing
20/03/2022
Bab 37 Jangan Sentuh Istriku!
21/03/2022
Bab 38 Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
22/03/2022
Bab 39 Pergi Menjauh
25/03/2022
Bab 40 Perjalanan Panjang Menguras Air Mata
29/03/2022