Berbagi suami
saja terbaring di ruang ICU dan belum sadarkan diri, alat alat me
kit, bercerita tentang masa masa kebersamaan mereka, meski tak pe
ang lelaki berparas tampan
ngenakan jeans berwarna hitam, t-shirt berwarna putih polos dengan blazzer
ri lelaki itu dan menyap
ke arah Sofia dan menjawab
dari tadi terus memandangi Nurmala dengan tatapan sendunya. Terlihat jelas da
Tapi, saya kesini untuk memberikan ini," ucapnya penuh keraguan,
tanya Sofia masih dalam kebingungan seraya mengerutkan dahinya,
saya dan Nurmala. Namun, pernikahan tetap akan di lakukan
nikahan sedangkan Nurmala masih belum sadar dari komanya,"
ungkap Dimas sambil sesekali menyeka air matanya yang terus memaksa untuk keluar, sambil sesekali menatap ke arah Nurmala. "Nggak bisa gitu dong! Kamu tau kan keluarganya meninggal dalam kecelakaan tragis itu! Nurmala sekarang sendirian cuma kamu satu satunya harapannya sekarang," Sofia begitu
ga saya," ucapnya penuh penyesalan sambil berlalu perg
ggenggam erat tangannya sambil berkata," Nurmala! sekarang aku harus bagaimana?" Sofia terisak begitu pilu sambil menund
fia tersentak dan langsung berdiri mendekatkan wajahnya sambil berbisik di telinganya, "Nurm
la perlahan menggerakkan jemas. Untuk pertama kalinya Nurmala perlahan berusaha membuka matanya. Sofia segera berlari dan berteriak, "dokter!" Sofia memanggil
Nurmala yang mulai sadar dari ko
i Nurmala bisa bernapas lega tanpa bantuan
tu, membuat Sofia kebingungan bagaimana cara memberi taunya, kalau Nurmala adalah satu satunya yang
ku? Mereka baik baik aja kan?" ta
alih, perkataannya yang terbata bata membuat Nurmala menaruh curiga padanya. "Tunggu!" dengan
ku akan menerimanya, bukankah aku berhak mengetahuinya?" ucap Nurmala memaksa dengan nada yang sedi
mu adalah satu satunya yang berhasil selamat dalam kecelakaan itu Nurmala," pe
orang-orang terkasihnya sudah tiada,
ala sendirian," Nurmala menangis tersedu-sedu mendengar kenyataan pahit yang b
k sahabatnya dan ikut
terus mengusap punggungnya berusaha menenangkan Nurmala. Sofia memegangi kedua pipinya dan perlahan mengh
meriksa keadaan kakinya. Nurmala segera berusaha
ter menyatakan bahwa ia mengalami kelumpuhan
n tunangannya, dalam waktu yang bersamaan ia tak bisa lagi berjalan, dan lebih buruk lagi kini ia sebatang kara. Nurmala yang periang kini menjadi murung ia terus saja meng
ak hal yang ia pikiran akhir akhir ini, berat badannya m
t istrinya termenung sendirian, tanpa pikir
mengeraskan suaranya, membuat
ngin aku sampaikan sama abang," ucapnya be
am bertanya sambil me
" Sofia mulai mengutarakan isi h
kabulkan," Nizam masih bisa tersenyum sambil
ala adik maduku bang!" ucapnya lirih sambil memandang da
dalam benak abang untuk menduakan kamu," Pungkasnya tegas sa
g ia miliki di dunia ini! aku ingin merawatnya tapi itu tidak mungkin kalau abang bukan mahramnya, karena akan menimbulkan fitnah dalam rumah tangga kita bang!" Sofia menang
Nurmala, bagaimana abang akan menepati janji itu tanpa adanya ikatan
nya cara bang! Ins
an menyetujui pe
sam