Berbagi suami
i mesin mobil mengepul ke udara, Nurmala duduk sendirian di dalam mobil yang rusak parah bahkan nyaris terbakar, ia melihat bapak dan abangnya yang bersimbah darah segar pergi begitu
earahnya, jauh dan semakin jauh Nurmal
ergumam dalam tidurnya. Lengannya meremas kuat selimut berwarna coklat yang dipakainya, wajahnya pucat p
izam terus memanggil namanya tanpa henti. Sampai akhirnya Nu
uru seperti habis lari maraton, dan ker
yang bergetar, diiringi isak tangis yang memilukan. Terlihat den
Setelah tanpa sengaja ia menemukan istri ba
ka itu begitu dalam sampai menyisakan trauma dalam hidupnya. Setelah beberapa sa
arah segar yang penuh mengotori mobil itu, membuat kepalaku pusing dan mual," Tuturnya sambil terisak dan terbata bata. Menakutkan pastinya bila berada diposisi nya saat itu, apalagi
is lagi," ucap Nizam dengan lembut. Namun, Nurmala terus sa
i," ucapnya terdengar lirih. Kedua sudut bibirnya menurun dan tandekatkan diri padanya dan memeluk N
upaya ia merasa tenang, dan agar
izam berkata dengan lemah lembut. Perlahan isak tangisnya tak lagi terdengar, Nizam segera melepaskan
n mereka berpelukan di depan matanya sendi
kan minum untukmu," ucapnya s
di dapur ia melihat Sofia sedang sibuk memotong sayur sayuran, niat jahilnya munc
esakitan. Tanpa sengaja i
ya. Namun, Sofia reflek menarik tangannya dengan kasar, "maaf bang!" Sofia segera menundu
kesalahan?" Nizam bertanya tanya setela
aat tadi abang sentuh, maaf kalau abang tersinggung," ucapann
gan merekapun saling bertemu. Nizam tau benar apa yang dirasakan istrinya, melihat ekspresi istrinya yang sangat terliha
suara Nurmala yang memanggil Nizam dari kamarny
membersihkan lukanya, "sssst" Sofia berdesis saat merasakan perih pada lukanya. Namun, luka kecil di jarinya tak sebanding dengan luka di hatinya. Nizam menghampiri
cukup membuat hatinya teriris. Yang ia tau hanyalah Nizam berpelukan dengan istri barunya tepat di
ng mereka lakukan itu memang sudah seharusnya, apalagi Nurmala sedang sakit dan depresi. Sudah selayaknya ia men
ntal untuknya bersandar, "sudah biar abang saja," ucapnya sambil meraih bantal dari genggaman Nurmal
berdiri di hadapannya kemudian segera menundukkan waj
," Nizam mengulurkan tangannya dan memb
r putih yang di bawa Niza
akan," Nurmala tiba tiba bersikap misterius seperti a
ng ingin kamu ketahui?"
at dari tabrakan itu?" tanya Nurmala dengan mimik wajah yang serius sa
kit bingung dalam menjawab pertan
ertanyaannya membuat Nizam semakin gugup. Nizam nampak kebingungan untuk menj
ahwa orang yang sudah merenggut seluruh keluarganya, dan membuatnya lumpuh
ik wajahnya yang mencurigakan. Namun, Nizam belum juga menjawab ia kem
bang tidak menjawab pertanyaan ku! bukankah aku