Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pernikahan Suami di Rumah Mertua

Pernikahan Suami di Rumah Mertua

Winda Siscaa

5.0
Komentar
2.8K
Penayangan
46
Bab

Kemala hanya satu dari sekian wanita yang dicampakkan suaminya demi orang ketiga. Dia hanya setitik dari ribuan wanita yang menjadi bulan-bulanan mertua karena alasan yang tidak masuk akal. Jarang ada penyelesaian terbaik dari kisah seperti ini. Wanita-wanita itu bebas menentukan pilihan mereka. Meratapi nasibnya, melawan atau bersikap tidak peduli. Mungkin kebanyakan dari mereka hanya dapat meratapi nasib. Sama halnya dengan Kemala di masa-masa awal kepergian Herdian. Namun sebuah tamparan keras ia dapatkan dari sang ayah, bahwa wanita harus berani mengambil sikap. Bukan pasrah apalagi menyerah terhadap keadaan. Semua kejadian yang menimpa Kemala disebabkan oleh keserakahan mertua. Sementara Herdian sebagai suami hanya mendengarkan perkataan ibunya meskipun hal itu menjerumuskan. Dapatkah Kemala bertahan menghadapi kekejaman ibu mertua dan suaminya?

Bab 1 Mempelai Prianya Adalah Suamiku

"Apakah ada kabar terbaru dari suamimu?" tanya Hartono pada Kemala, putrinya.

"Belum, Yah." Wanita itu menggeleng lirih dengan air muka sedih.

"Sebenarnya kalian ada masalah apa hingga suamimu pergi tanpa pamit," selidik Hartono, pria itu duduk di kursi kayu di ruang tamu anaknya. "Kalian bertengkar?" Lagi-lagi Kemala hanya menggelengkan kepala tanpa mengatakan apapun.

Pria tua itu menarik napas sambil menengadah melihat langi-langit rumah putrinya yang dihiasi sarang laba-laba. "Bahkan kamu tidak merawat rumahmu dengan baik. Ayah tahu dia suamimu, tapi akan sangat merugi jika kamu terus saja meratapi nasib seperti ini."

Kemala tertunduk malu atas kritik yang dilontarkan sang ayah padanya. Bagaimana mungkin dia tidak hancur, orang yang selama ini dia utamakan daripada ayahnya seketika menghilang tanpa kabar. Terlebih dia pergi tanpa ada masalah berarti.

"Coba lihat, laba-laba saja tak pernah putus asa meskipun rumahnya kita hancurkan berulang kali. Jadi mengapa kita sebagai manusia yang berakal dan berilmu harus hancur hanya karena suatu hal," sindir Hartono.

Kemala merasa tertampar hebat oleh kalimat terakhir Hartono. Mungkin benar, selama hampir satu bulan Kemala hanya membuang-buang waktu meratapi kesialan yang menimpanya. Seolah waktu terhenti, tak ada pencapaian apapun yang diperolehnya. Dan sejak hari itu, Kemala bertekad untuk bangkit.

_______

"Mala, masih ingat dengan diriku?" suara seorang wanita menyapanya melalui panggilan seluler.

Beberapa kali Kemala menebak nama beberapa teman yang dia kenal. Ternyata suara itu milik seorang teman lamanya. Di akhir pembicaraan, tiba-tiba wanita itu menyinggung soal Herdian. "Ternyata kamu pindah ke daerah Tegal Besar ya, aku sempat melihat Herdian di sana."

Apakah Kemala tak salah mendengar? temannya itu bilang bahwa dia melihat Herdian di daerah sekitar tempat tinggalnya. Padahal sebelumnya mereka tidak punya kerabat ataupun sanak keluarga di daerah tersebut. Anehnya lagi, wanita yang tak lain merupakan teman kuliahnya itu juga mengatakan hal lain. "Sekarang aku udah tahu nih kalau kamu tinggal di dekat rumah aku, masa kamu gak ada mengundang aku sih?"

Undangan? Maksudnya bagaimana, Kemala sama sekali tidak mengerti apa yang tengah wanita itu katakan padanya sejak tadi. Tanpa menampik semua yang dikatakan teman lamanya, Kemala tetap bersikap tenang. Dia sama sekali tidak panik apalagi gelisah.

"Baiklah, Kemala. Sampai jumpa, tolong beri kabar kalau undangan untukku sudah siap," pungkas wanita yang sedang dalam panggilan telepon dengannya.

"Oke. Bye!"

Kemala yang sekarang berbeda dengan Kemala yang dulu. Kemala yang dulu hanya bisa pasrah, menangis dan lemah, kini sudah tiada. Sosoknya berubah menjadi wanita tangguh yang tegar. Semua berkat kalimat pedas Hartono padanya, sebuah kritik yang membangunkan semangatnya. Sehingga dia mampu terlepas dari belenggu pernikahan kejam yang dia jalani.

Saat ini, Kemala tengah disibukkan dengan berbagai kegiatan positif yang digelutinya. Dari seorang ibu rumah tangga biasa, Kemala membuat dirinya mandiri dengan membuka bisnis kecil yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Namun tidak mudah baginya untuk sampai di titik ini.

Satu hal yang membuat Kemala sangat bersyukur atas kesibukannya saat ini. Dia berhasil membuang jauh-jauh pikiran tentang Herdian Hadinata. Suami yang meninggalkannya dua bulan yang lalu.

Apakah sebaiknya aku mendatangi tempat itu? Kemala bertanya pada dirinya sendiri setelah mendengar banyak tentang Herdian. "Iya. Aku harus pergi. Aku harus datang ke tempat itu!" secara refleks dia mengatakan apa yang tengah dia pikirkan tatkala seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Ada apa?" tanya seorang pria tua yang baru saja memasuki rumahnya.

"Maaf aku hanya sedang tidak fokus," ucapnya pada Hartono. "Tidak ada apa-apa, Yah!" Kemala memutar badan menghadap kepada Hartono yang baru saja memasuki rumah. "Ayah sudah makan? Makan bareng Kemala, yuk! Kebetulan tadi Kemala beli makanan kesukaan ayah."

Keduanya pergi ke ruang makan sederhana di rumah Kemala. Ayahnya, Hartono memang tinggal tak jauh dari rumah tempat tinggalnya. Sesekali pria berumur enam puluh tahun itu mengunjunginya diwaktu senggang. Ibu Kemala sudah lama meninggal, sejak Kemala masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Beliau meninggal akibat kanker yang dideritanya.

Dan sejak menikah dengan Herdian, Kemala tinggal di rumah yang mereka beli dengan KPR di sebuah komplek perumahan yang juga masih satu kelurahan dengan rumah Hartono. Sekarang Kemala memanfaatkan rumahnya juga untuk bisnis kecil-kecilan. Dia menerima berbagai pesanan kue.

"Yah, nanti bawa ini untuk teman nonton televisi di rumah." Kemala menyodorkan sebuah bungkusan berisi brownies kesukaan ayahnya.

"Gara-gara kamu jualan kue, ayah jadi lebih sering makan kue daripada nasi," goda pria tua itu terhadap putrinya.

Gelak tawa pun menyelimuti mereka. Kemala sangat menyayangi Hartono. Sebab hanya dialah satu-satunya keluarga Kemala. "Yah..." Kemala ragu untuk mengatakannya, "eng...Kemala akan pergi ke Tegal Besar besok, ke rumah teman. Nanti sebelum pergi, aku akan antarkan makanan dulu untuk Ayah."

"Tidak perlu repot-repot, ayah bisa beli di warung depan rumah."

"Tidak apa, obat Ayah juga habis bukan. Nanti sekaligus Mala beli obatnya juga ya, Yah."

"Baiklah kalau kamu memaksa, ayah juga tidak ingin membuatmu sedih."

_______

Setelah mengantarkan makanan dan obat untuk ayahnya, Kemala melajukan motornya ke alamat yang dia dapatkan dari teman lamanya. Beberapa saat mencari, akhirnya dia menemukannya. Namun jika benar rumah itu yang dia tuju, mengapa terlihat sedang ada acara penting? Sebuah tenda berdiri kokoh di jalan perumahan tepat di depan rumah yang menurut temannya adalah tempat tinggal Herdian.

"Apakah aku salah alamat?" Kemala bermonolog sendirian.

Langkahnya seakan tak mau berhenti. Dia tetap saja mendekat ke rumah tersebut meskipun ada keraguan dalam hatinya. Sepertinya acara pernikahan, ada sebuah foto pengantin yang dicetak seukuran banner di depan pintu masuk.

"Mas Dian," gumam Kemala, dia menatap lekat wajah pengantin pria yang ada pada foto berukuran besar di hadapannya.

"Apakah anda teman mempelai pria?" tanya seorang wanita bersanggul Jawa yang bertindak sebagai penerima tamu.

Kemala mengangguk. Kemudian wanita itu menyodorkan sebuah buku tamu tebal ke hadapan Kemala agar diisi. Setelah mengisi buku tamu, Kemala memasuki tenda. Dan benar saja, kedua mempelai telah duduk di hadapan penghulu. Ternyata acaranya baru akan dimulai.

Meskipun dalam hatinya sangat kacau, Kemala tetap bersikap tenang. Dia tidak ingin membuang energi untuk meluapkan emosinya. Dia hanya berharap untuk dapat berbicara empat mata dengan pengantin pria yang tak lain adalah suaminya sendiri.

Acara demi acara telah dilalui, para tamu bersalaman pada kedua mempelai untuk menyelamatinya tak terkecuali Kemala. "selamat menempuh hidup baru, Mas. Semoga pernikahanmu selalu diliputi kebahagiaan." Kemala melempar senyum cantiknya kepada Herdian yang tengah panas dingin karena berhadapan dengan Kemala.

"Ada apa, Mas? Apakah kamu kenal wanita ini?" tanya wanita yang merupakan pengantin wanitanya.

Herdian semakin salah tingkah berbanding terbalik dengan sikap Kemala yang tampak tenang dari luar tapi mendidih di bagian dalamnya. Kemala beralih kepada wanita berkebaya pengantin warna putih di samping Herdian. Dia mengulurkan tangannya, "perkenalkan saya adalah istri sah dari suamimu!"

Tentu saja bukan itu yang dilakukan Kemala, dia tidak selemah itu untuk mempersingkat hukuman bagi Herdian. Semua kalimat tadi hanya ada di dalam pikirannya. Tidak benar-benar terjadi.

"Selamat berbahagia, saya teman lama Mas Herdian." Itulah kalimat yang dilontarkan Kemala pada kenyataannya. Mempelai wanita pun menyambut ucapan selamat dari Kemala. Air mukanya masih terlihat bingung sebab selama mengenal dengan Herdian, dirinya belum pernah melihat Kemala.

Herdian pun tak kalah panik dari istri yang dinikahinya hari ini. Dia menatap siluet Kemala yang berangsur-angsur menghilang di balik tirai tenda berwarna biru itu. Antara ingin menyusul Kemala dan tidak. Herdian merasa bingung. Sementara Kemala mengutuki dirinya sendiri karena dia tak punya nyali untuk bersikap brutal di acara pernikahan suaminya. Namun dalam hatinya dia berjanji, dia akan memastikan mereka semua merasakan penderitaan yang dia rasakan.

"Kupastikan kamu akan menyesal, Mas!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Pernikahan Suami di Rumah Mertua
1

Bab 1 Mempelai Prianya Adalah Suamiku

25/05/2023

2

Bab 2 Wajah Itu Sangat Kubenci

25/05/2023

3

Bab 3 Kunjungan Tamu Istimewa

25/05/2023

4

Bab 4 Pengakuan Mertua Kejam

25/05/2023

5

Bab 5 Terpaksa Masuk Dalam Sandiwara

25/05/2023

6

Bab 6 Aku Akan Tetap Tegar, Ayah!

25/05/2023

7

Bab 7 Terpaksa Meminta Bantuan

25/05/2023

8

Bab 8 Berdamai dengan Nasib

25/05/2023

9

Bab 9 Mengalah Bukan Berarti Kalah

25/05/2023

10

Bab 10 Setelah Keluar dari Rumah

25/05/2023

11

Bab 11 Melihat Diriku di Dalam Dirinya

25/05/2023

12

Bab 12 Mendadak Jadi Bos

25/05/2023

13

Bab 13 Hari Persalinan

25/05/2023

14

Bab 14 Setelah Persalinan

25/05/2023

15

Bab 15 Kehadiran Pria Asing

25/05/2023

16

Bab 16 Bukan Keluarga

25/05/2023

17

Bab 17 Setelah Dua Hari Bersama

25/05/2023

18

Bab 18 Mulai Membanding-bandingkan

25/05/2023

19

Bab 19 Terbelenggu Masa Lalu

25/05/2023

20

Bab 20 Sesuatu Yang Disembunyikan Mirna

27/05/2023

21

Bab 21 Ketakutan Mirna Yang Berlebihan

31/05/2023

22

Bab 22 Terperangkap Tipu Daya Herdian

02/06/2023

23

Bab 23 Kejutan Yang Tak Diinginkan

03/06/2023

24

Bab 24 Menjadi Semakin Jauh

05/06/2023

25

Bab 25 Hati Untuk Kemala

06/06/2023

26

Bab 26 Sikap Dingin Kemala

07/06/2023

27

Bab 27 Sikap Kasar Herdian

08/06/2023

28

Bab 28 Harapan Tak Sesuai Kenyataan

11/06/2023

29

Bab 29 Di Balik Perubahan Sikap Herdian

13/06/2023

30

Bab 30 Ketika Ada Kesempatan

14/06/2023

31

Bab 31 Kehilangan Pegangan Hidup

16/06/2023

32

Bab 32 Adonan Gosong Dalam Oven Tua

17/06/2023

33

Bab 33 Lukisan Abstrak Merah Jambu

18/06/2023

34

Bab 34 Tatapan Sepasang Mata Elang

23/06/2023

35

Bab 35 Lalu, Siapa Orangnya

24/06/2023

36

Bab 36 Mencari Tahu Tentang Bhre Atman

11/07/2023

37

Bab 37 Kemala Mendadak Berubah

11/07/2023

38

Bab 38 Petunjuk Semesta

12/08/2023

39

Bab 39 Pelangi Pun Butuh Banyak Warna

12/08/2023

40

Bab 40 Bram Tertangkap Basah

13/09/2023