Pernikahan Suami di Rumah Mertua
megah, dia menangis dalam diam. Namun diingatnya kembali perkataan Hartono, dia pun menegaskan sekali lagi dalam ha
Pipinya yang basah sudah mengering, bahkan riasannya pun telah dia perbaiki.
seorang wanita yang suaranya terdeng
dapat mengendalikan diri. Sehingga ia bisa bersikap
ndangan sinis kepada Kemala, "hari
angat bergejolak. Namun ia tak akan membuang energi untuk membalas perkataannya.
sambil berkata, "cepat bungkuskan semua jenis makanan yang ad
ang membawakan kantong plastik berisi beberapa bungkus makanan, Kemala sama
snya, "kasihan sekali dia pasti belum pernah makan makanan seenak itu." Wanita paruh baya itu sengaja menyindirnya, seme
alam," pamit wanita yang dimintanya membungkuskan makanan untuk K
ya, bilang saja saya masih ada urusan
an diri. Semua kalimat yang dikatakannya hanya berisi kesombongan s
elum makan. Saya tidak punya pekerjaan." Seorang tua reiba. Kemudian disodorkannya bungkusan berisi makanan yang ada di salah sat
kacak pinggang. Dia merasa sangat marah dan kesal karena Kemala memberikan makanan yang d
limat yang tidak pantas dari lidah tajamnya, "Hey, nenek tua! Kalau mau makan kerja, jang
ala lirih, dilihatnya sosok tua yang te
nita iblis, tidak pernah bersimpati pada nasib orang lain. Bahkan dirinya selalu merasa lebih baik.
n seperti itu." Masih berkacak pinggang, "kamu selalu tidak pernah menghargai pemberi
yang tak pantas atas apapun. Anda tidak berhak menghakimi atau menentukan siapa yang pan
amu lupa siapa aku," sinisnya. "Dasar wanita pembawa sial!"
ya, paling benar sekaligus paling menyedihkan." Wajah wanita itu merah pad
gka bahwa Kemala dapat membalas perkataannya. Sebab yang dia tahu Kemala hanya bisa diam
diri melangkah hingga menyelamati kedua mempelai dengan sikap tenangnya. Tak tampak kemarahan apalagi kesedihan pada wajahnya.
atinya, wanita bersanggul dengan kebaya berwarna hijau itu menjadi kagum walaup
nah membawa keberuntungan." Berkali-kali wanita berkebaya it
ajah licik di hadapannya. "Aku tahu kamu terkejut, ternyata Kem
mat berbahagia, Ibu. Semoga kali ini menantumu tidak menjadi PEMBAWA SIAL." Sambil tersenyum sinis lalu ia pun berkata lagi, "Oh ya, saya belum bercerai dengan putra kesayangan Ibu. Jadi saya masih istri sahnya. Ba
Kemala pergi meninggalkannya seorang diri. Amarah pun tak lagi mampu memerinta
r segera menceraikanmu. Dasar jalang pembawa sial!" m