icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pernikahan Suami di Rumah Mertua

Bab 2 Wajah Itu Sangat Kubenci

Jumlah Kata:1020    |    Dirilis Pada: 25/05/2023

megah, dia menangis dalam diam. Namun diingatnya kembali perkataan Hartono, dia pun menegaskan sekali lagi dalam ha

Pipinya yang basah sudah mengering, bahkan riasannya pun telah dia perbaiki.

seorang wanita yang suaranya terdeng

dapat mengendalikan diri. Sehingga ia bisa bersikap

ndangan sinis kepada Kemala, "hari

angat bergejolak. Namun ia tak akan membuang energi untuk membalas perkataannya.

sambil berkata, "cepat bungkuskan semua jenis makanan yang ad

ang membawakan kantong plastik berisi beberapa bungkus makanan, Kemala sama

snya, "kasihan sekali dia pasti belum pernah makan makanan seenak itu." Wanita paruh baya itu sengaja menyindirnya, seme

alam," pamit wanita yang dimintanya membungkuskan makanan untuk K

ya, bilang saja saya masih ada urusan

an diri. Semua kalimat yang dikatakannya hanya berisi kesombongan s

elum makan. Saya tidak punya pekerjaan." Seorang tua re

iba. Kemudian disodorkannya bungkusan berisi makanan yang ada di salah sat

kacak pinggang. Dia merasa sangat marah dan kesal karena Kemala memberikan makanan yang d

limat yang tidak pantas dari lidah tajamnya, "Hey, nenek tua! Kalau mau makan kerja, jang

ala lirih, dilihatnya sosok tua yang te

nita iblis, tidak pernah bersimpati pada nasib orang lain. Bahkan dirinya selalu merasa lebih baik.

n seperti itu." Masih berkacak pinggang, "kamu selalu tidak pernah menghargai pemberi

yang tak pantas atas apapun. Anda tidak berhak menghakimi atau menentukan siapa yang pan

amu lupa siapa aku," sinisnya. "Dasar wanita pembawa sial!"

ya, paling benar sekaligus paling menyedihkan." Wajah wanita itu merah pad

gka bahwa Kemala dapat membalas perkataannya. Sebab yang dia tahu Kemala hanya bisa diam

diri melangkah hingga menyelamati kedua mempelai dengan sikap tenangnya. Tak tampak kemarahan apalagi kesedihan pada wajahnya.

atinya, wanita bersanggul dengan kebaya berwarna hijau itu menjadi kagum walaup

nah membawa keberuntungan." Berkali-kali wanita berkebaya it

ajah licik di hadapannya. "Aku tahu kamu terkejut, ternyata Kem

mat berbahagia, Ibu. Semoga kali ini menantumu tidak menjadi PEMBAWA SIAL." Sambil tersenyum sinis lalu ia pun berkata lagi, "Oh ya, saya belum bercerai dengan putra kesayangan Ibu. Jadi saya masih istri sahnya. Ba

Kemala pergi meninggalkannya seorang diri. Amarah pun tak lagi mampu memerinta

r segera menceraikanmu. Dasar jalang pembawa sial!" m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Mempelai Prianya Adalah Suamiku2 Bab 2 Wajah Itu Sangat Kubenci3 Bab 3 Kunjungan Tamu Istimewa4 Bab 4 Pengakuan Mertua Kejam5 Bab 5 Terpaksa Masuk Dalam Sandiwara6 Bab 6 Aku Akan Tetap Tegar, Ayah!7 Bab 7 Terpaksa Meminta Bantuan8 Bab 8 Berdamai dengan Nasib9 Bab 9 Mengalah Bukan Berarti Kalah 10 Bab 10 Setelah Keluar dari Rumah11 Bab 11 Melihat Diriku di Dalam Dirinya12 Bab 12 Mendadak Jadi Bos13 Bab 13 Hari Persalinan14 Bab 14 Setelah Persalinan15 Bab 15 Kehadiran Pria Asing16 Bab 16 Bukan Keluarga17 Bab 17 Setelah Dua Hari Bersama18 Bab 18 Mulai Membanding-bandingkan19 Bab 19 Terbelenggu Masa Lalu20 Bab 20 Sesuatu Yang Disembunyikan Mirna21 Bab 21 Ketakutan Mirna Yang Berlebihan22 Bab 22 Terperangkap Tipu Daya Herdian23 Bab 23 Kejutan Yang Tak Diinginkan24 Bab 24 Menjadi Semakin Jauh25 Bab 25 Hati Untuk Kemala26 Bab 26 Sikap Dingin Kemala27 Bab 27 Sikap Kasar Herdian28 Bab 28 Harapan Tak Sesuai Kenyataan29 Bab 29 Di Balik Perubahan Sikap Herdian30 Bab 30 Ketika Ada Kesempatan31 Bab 31 Kehilangan Pegangan Hidup32 Bab 32 Adonan Gosong Dalam Oven Tua33 Bab 33 Lukisan Abstrak Merah Jambu34 Bab 34 Tatapan Sepasang Mata Elang35 Bab 35 Lalu, Siapa Orangnya 36 Bab 36 Mencari Tahu Tentang Bhre Atman37 Bab 37 Kemala Mendadak Berubah38 Bab 38 Petunjuk Semesta39 Bab 39 Pelangi Pun Butuh Banyak Warna40 Bab 40 Bram Tertangkap Basah41 Bab 41  Hari Setelah Hujan42 Bab 42 Tak Pernah Ada Kesempatan Kedua43 Bab 43 Meledaknya Bom Waktu44 Bab 44 Keadaan Tak Terkendali45 Bab 45 Hari Penghakiman Herdian46 Bab 46 Mengorbankan Hubungan Darah