Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Mas, bisa tolong anterin aku belanja sebentar?" tanya Luna kepada suaminya, Arka.
"Aku sibuk, nanti mau bertemu klien diluar," jawab Arka dengan nada dingin.
"Tapi, Mas..."
"Jangan manja, belanja saja harus dianterin segala."
Selalu begitu, tidak pernah sekalipun Arka mau menemani istrinya belanja.
Dengan sedikit cemberut, Luna pergi dari hadapan suaminya.
Di dalam kamar dia menangis terisak, memikirkan, kenapa sampai saat ini suaminya selalu bersikap cuek dan dingin.
Pernikahan mereka memang bukan sebuah keinginan pribadi melainkan dijodohkan oleh orang tua Arka.
Pernikahan yang sudah menginjak hampir satu tahun lamanya itu tidak serta membuat Arka bisa bersikap baik terhadap istrinya itu.
"Kalau uang belanja kurang, kamu bisa minta kepadaku, nanti aku transfer," ucap Arka sebelum dia melangkah keluar.
"Aku tidak butuh uang banyak, aku hanya butuh waktumu," jawab Luna.
"Jangan kaya anak kecil, aku sibuk. Kerja juga buat kamu," jawab Arka.
"Buat aku? Sampai kamu melalaikan kewajiban kamu?" tanya Luna dengan tatapan tajam.
"Jangan mulai deh! Selama ini aku sudah menuruti apa yang kamu mau, apa itu masih kurang?"
"Apa aku di matamu hanya wanita penggila harta? Apa dengan uang banyak aku akan merasa bahagia?"
"Sudah, malas aku berdebat sama kamu. Aku mau keluar," ucap Arka sambil melangkah pergi.
Masih dengan perasaan hancur, Luna mengejar suaminya. Dia ingin sebuah kejelasan mengenai hubungan ini. Hatinya sungguh sangat sakit bila hadirnya tak pernah dianggap oleh suami.
"Mas, tunggu!"
Arka menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah istri. Dia menatap istrinya dengan tatapan dingin.
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Luna.
"Pertanyaan konyol macam apa ini? Buang-buang waktuku saja," jawab Arka.
"Jawab, Mas!" ucap Luna dengan berlinang air mata.
"Jangan kaya anak kecil deh! Aku sibuk. Lagian tidak diantar belanja sampai kaya gini. Ah, sudah, jangan buang-buang waktuku dengan kelakuanmu ini."
Setelah mengatakan itu, Arka benar-benar pergi meninggalkan Luna.