Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Di dalam sebuah ruangan di sebuah perusahaan, seorang pria dan wanita tampak sedang berbincang dengan raut wajah yang terlihat serius.
"Vania, soal kejadian malam itu saya sungguh minta maaf! Semalam saya benar-benar mabuk, hingga secara tidak sadar saya melakukan hal yang tidak seharusnya saya lakukan," ucap pria itu.
Pria itu tidak lain adalah Davino Sebastian, seorang Ceo pemilik perusahaan Retail terbesar di negaranya. Davino sedang berbicara dengan sekretarisnya, Vania Amayra Alexandra. Wanita itu sudah bekerja selama 5 tahun di perusahaan Davino, dan wanita itu pula yang secara tidak sengaja ia renggut kesuciannya beberap hari yang lalu ketika Davino mabuk di acara malam perayaan ulang tahun perusahaannya.
Malam itu Davino menggelar acara pesta ulang tahun perusahannya di sebuah hotel berbintang. Namun karena terlalu banyak minum, membuatnya mabuk sehingga tanpa dia menyadari apa yang terjadi dirinya malah berakhir di sebuah kamar hotel bersama Vania, sekretarisnya.
"Iya Pak, saya mengerti. Kejadian itu juga sepenuhnya bukan salah Bapak. Saya juga salah, karena saat itu saya juga mabuk saat itu," sahut Vania.
Davino mengangguk.
"Jadi mari kita lupakan saja! Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi," imbuh Vania lagi.
"Iya, terimakasih Vania, karena kamu sudah mau mengerti," ucap Davino.
"Iya Pak, kalau begitu saya permisi dulu! Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," ucap Vania.
Setelah usai berbicara, Vania kemudian keluar dari ruangan Davino.
Vania kembali ke tempatnya bekerja. Dia duduk dan melanjutkan pekerjaannya.
Namun tiba-tiba saja pergerakannya terhenti. Dia memegang perutnya.
"Semoga saja tidak terjadi apa-apa," ucapnya bergumam.
Jujur saja, sebenarnya Vania merasa sedikit takut setelah apa yang terjadi antara dia dan atasannya.
Bagaimanapun Vania adalah seorang wanita, jadi pantas saja dia merasa khawatir jika sesuatu terjadi pada dirinya. Apalagi jika dia sampai mengandung bayi dari atasannya itu.
Vania kemudian menggeleng.
"Tidak! Tidak mungkin aku akan hamil, aku hanya tidur dengannya sekali. Jadi tidak mungkin itu membuatku langsung hamil," imbuhnya lagi. Vania mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya.
Satu bulan kemudian ...
Setiap pagi, perut Vania terasa begitu bergejolak. Beberapa hari terakhir ini Vania sering merasa mual tanpa alasan terutama di pagi hari. Vania mengira bahwa itu mungkin karena asam lambungnya yang naik. Namun setelah dia minum obat, mual yang dia rasakan tak juga menghilang.
Hal itu semakin membuat Vania merasa cemas dan gelisah. Terlebih lagi, dia menyadari ternyata dirinya juga sudah terlambat menstruasi selama 2 minggu.
Hoek! Hoek!
Vania segera berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan segala isi perutnya yang sebenarnya isinya hanya angin saja.
"Kenapa aku terus mual begini?" gumam Vania setelah dia keluar dari kamar mandi.
"Apa mungkin aku benar-benar hamil?" gumamnya lagi.
"Tidak, ini pasti hanya karena masuk angin saja dan sepertinya asam lambungku naik, karena belakangan ini aku serint telat makan,"
"Tapi aku sudah terlambat 2 minggu," gumamnya lagi bermonolog. Dia ingat benar bahwa terakhir kali dia menstruasi adalah sekitar 1 minggu sebelum insiden bersama atasannya. Dan ini adalah pertama kalinya dia terlambat menstruasi hingga 2 minggu lamanya.
"Aishhh! Sebaiknya aku melakukan tes kehamilan saja nanti," gumam Vania. Dia kemudian meminum obat pereda mual, dan setelah itu dia langsung bersiap untuk bekerja.
Vania merupakan seorang karyawan teladan, meski dia sedang tidak enak badan tetapi dia masih saja memaksakan dirinya untuk pergi bekerja.
Di perusahaan..
"Van, kamu sakit? Wajahmu pucat sekali?" tanya seorang wanita bernama Rani, dia adalah rekan kerja yang cukup dekat dengan Vania.
"Ah, benarkah?" tanya Vania yang tidak menyadari wajahnya yang terlihat pucat pasi seperti orang yang kekurangan darah.
"Iya Van, dan aku perhatikan kamu juga terlihat sedikit kurusan sekarang. Apa kamu tidak makan dengan baik?" tanya Rani.
Vania tersenyum.
"Iya aku sedang sedikit tidak enak badan. Dan beberapa hari terakhir ini aku memang sedang tidak berselera untuk makan, mungkin karena itu aku terlihat sedikit kurusan. Dan itu juga yang menyebabkan maag ku kambuh," sahut Vania.
"Van, sebaiknya kamu lebih memperhatikan kesehatanmu. Jangan hanya sibuk bekerja, kesehatan itu jauh lebih berharga," ucap Rani.
"Iya Ran, terimakasih atas perhatianmu," sahut Vania.
"Lantas apa kau sudah ke dokter?" tanya Rani lagi.
"Belum Ran, nanti sepulang kerja aku akan ke dokter," sahut Vania.
"Ya sudah kalau begitu," ucap Rani.
"Iya Ran," sahut Vania. Tiba-tiba ponselnya berdenting.
'Van, tolong bawa laporannya ke ruangan saya sekarang!'
Vania membaca sebuah pesan dari Davino, atasannya.