IMPERFECT BOSS

IMPERFECT BOSS

pcyayaa

5.0
Komentar
5.3K
Penayangan
102
Bab

Jangan mengira jika kehidupan orang kaya selalu berada dalam kedamaian atau ketenangan sepanjang waktu. Sebab itu semua tidak berlaku bagi seorang Elgar. Apalagi semenjak ia mengenal sosok Lea. Hidupnya semakin dipenuhi rasa takut tentang semua rahasia yang sudah ia tutupi sejak lama itu mungkin akan terungkap suatu saat nanti. Siapa sangka jika seorang Boss di perusahaan besar yang terkenal sangat sempurna hingga tidak terlihat memiliki sisi keburukan itu ternyata menyimpan segudang rahasia yang naasnya sudah diketahui oleh pegawainya sendiri. Dan sebelum rahasia itu terungkap, apapun caranya akan Elgar lakukan untuk bisa membuat mulut gadis itu bungkam. Namun, karena upayanya yang terus mengultimatum seorang gadis lemah dan tak berdaya itu membuat Elgar harus merasa bersalah karena hanya memikirkan egonya sendiri. Dan lambat laun perasaannya yang beku serta hampir mati itu kembali tumbuh dan mekar semenjak mengenal sosok Lea lebih dalam.

Bab 1 Ceroboh

Seorang perempuan yang sedang berjalan terburu-buru dengan tampilan baju yang tampak acak-acakan itu sudah menyusuri pelataran kantor tempatnya bekerja. Langkahnya terus berpacu cepat dengan berlari tunggang langgang saat melihat arloji yang melingkar di pergelangan kirinya sudah menunjukkan pukul enam lebih lima puluh lima menit, yang mana itu artinya ia hampir terlambat untuk datang di hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan besar ternama di kota yang ia tinggali sejak dua bulan yang lalu. Bisa-bisa ia akan terkena masalah jika hal itu terjadi.

Derajat hidupnya seakan berubah saat tahu jika ia resmi diangkat sebagai karyawan baru di sana. Meskipun berperan sebagai karyawan biasa, wanita yang akrab disapa dengan panggilan Lea itu sudah sangat beruntung dan juga bersyukur. Lantaran masuk dan diterima sebagai karyawan resmi di perusahaan itu sangatlah susah dan juga ketat dengan seleksi.

"Permisi permisi."

Ia sampai menyerobot beberapa orang di depan yang menurut perempuan itu sudah menghalangi jalannya. Tanpa sengaja Lea menabrak seseorang hingga membuat dirinya terjatuh sebab kalah fisik. Tak bisa menyalahkan siapapun, karena gadis itu sendirilah yang melakukan kecerobohan.

Bugh!

"Aduh."

Ia terhuyung ke belakang hingga jatuh dan terduduk di lantai dengan cukup keras. Rasanya seperti menabrak sebuah tembok besar dan juga keras. Tentu saja itu terasa sangat menyakitkan bagi dahi yang tak sengaja menubruk objek keras tersebut hingga pantatnya yang menjadi korban benturan dengan lantai pelataran kantor.

"Kamu kalau jalan hati-hati dong! Apa kamu tidak tahu diri sampai berani menabrak-"

Ucapan seorang perempuan bertubuh langsing dan juga semampai itu langsung terpotong saat seorang pria di sampingnya menahan dengan isyarat tangannya agar bisa berhenti. Bahkan ia tak lagi berani membantah walaupun hal itu untuk membelanya. Selain diam dan menundukkan kepala, tak ada lagi yang perlu dilakukan olehnya saat ini.

"Ma-maaf, saya tidak sengaja. Karena saya sedang buru-buru," ucap Lea dengan menundukkan kepala dan berusaha bangkit dari posisi duduknya.

Namun ucapan maaf itu tidak ditanggapi serius oleh seorang korban yang ditabrak olehnya tadi. Justru ia malah menarik name tag atau id card miliknya yang menggantung di leher itu lantas membaca nama yang tertera di sana. Hingga membuat Lea sampai terbelalak dan semakin merasa deg-degan.

"Aleanora Fidelya," ucap pria itu untuk melafalkan nama Lea dari kartu pengenalnya.

Perlahan Lea mengangkat pandangannya untuk melihat seseorang yang ada di depannya saat ini. Tatapan tajam bak elang dan rahang yang tercetak sempurna membuat kesan tegas wibawanya terpancar. Walaupun ia tak mengenalnya, Lea rasa pria itu adalah seniornya di sini.

"Saya tandain kau, jika lain kali saya tahu kau mengulangi hal yang sama, maka jangan harap posisimu akan baik-baik saja di sini. Karena saya tidak suka dengan orang ceroboh," lanjutnya dengan nada sarkas dan juga tatapan yang tajam.

Lea pun menelan salivanya dengan susah payah. Jantungnya yang semula berdebar cepat, kini semakin berpacu tak keruan. Tatapan mata bak elang yang ia lihat itu seakan sudah menusuk jiwanya dengan kecepatan kilat. Ia mengerjap sekali sebelum akhirnya berdeham pelan sebelum menimpali ucapannya.

"Maaf, Pak. Bapak tidak bisa memecat saya dengan sepihak tanpa alasan yang jelas terlebih dahulu, lagipula bapak ini siapa? Kenapa bapak bisa mengancam saya seperti itu?" jawab sekaligus tanya Lea dengan enteng.

Sontak saja jawaban dari perempuan itu sudah mengundang banyak sorotan mata dan juga perhatian dari banyak orang di sana. Para karyawan yang lain sampai terperangah karena mendengar penuturan Lea barusan. Antara sengaja atau tidak, hal tersebut tetap tak seharusnya untuk dikatakan karena dianggap tidak sopan.

"Bukankah alasan yang saya ucapkan barusan kurang jelas bagimu? Saya tidak suka dengan orang yang ceroboh!" jawab pria itu yang tak kalah enteng.

"Berani beraninya kamu berbicara kasar dan menentang boss?" imbuh perempuan yang ada di sampingnya sejak tadi.

Ucapan dari seorang perempuan bertubuh semampai tadi berhasil membuat Lea langsung bungkam suara. Nyalinya semakin ciut hingga refleks memundurkan langkah sedikit menjarak. Situasinya benar-benar rumit hingga membuat sang empu mati gaya.

"B-boss?" ulang Lea pelan seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Sudah cukup. Waktu saya sudah terbuang tiga menit dengan sia-sia hanya untuk meladeni seorang karyawan seperti dia," potong pria itu setelah melihat arloji di pergelangan tangan kirinya lantas membenarkan jasnya dan pergi berlalu meninggalkan Lea begitu saja.

Tanpa membalas atau mengatakan apapun lagi, seorang perempuan yang sejak tadi berada di sisi pria tersebut sudah melenggang pergi menyusulnya. Sedangkan Lea sendiri masih kerepotan untuk mengatur laju pernapasannya dengan baik. Belum lagi ia juga harus terburu-buru melanjutkan langkahnya meski dengan jantung yang masih berpacu cepat akibat insiden yang baru saja terjadi.

Boss?

Kata itu terus terngiang dalam pikirannya. Bagaimana bisa ia tidak mengenali atasannya sendiri di perusahaan itu? Bisa bahaya jika setelah ini ia tidak segera meminta maaf dan mengakui kesalahannya pada pria yang disebut dengan boss oleh perempuan yang menyebalkan tadi.

"Leaa!"

Seruan dari seseorang yang posisinya tak jauh darinya sudah membuat Lea tersadar dari lamunannya dan berhenti untuk melangkah lagi.

"Hera."

"Kamu kenapa ceroboh banget sih. Kamu tahu kan, barusan berurusan sama siapa?" cerocos Hera dengan napas yang memburu akibat berlarian kecil tadinya.

Lea pun mengangguk dengan takut juga wajah yang memelas. Sedangkan Hera sampai berdecak dengan meraup wajahnya frustasi. Mereka berdua benar-benar terancam terkena masalah.

"Terus aku harus gimana, Ra? Aku nggak tahu kalau dia itu boss di sini," ungkapnya tampak sangat menyesal atas kejadian yang baru saja menimpanya.

"Kamu sih udah dibilang harus hati-hati kalau mau kerja di sini. Mau itu boss atau nggak, jaga ucapan dan juga perilaku jika masih ingin posisi kita aman."

"Kalau udah begini, mau nggak mau kamu harus minta maaf sama Pak Elgar. Paling nggak rubah sikap ceroboh dan suka telatmu ini dengan yang lebih baik. Karena Pak Elgar paling nggak suka sama orang yang menyimpang," lanjut Hera yang masih bisa didengar dengan baik oleh Lea.

"Menyimpang? Maksudnya gimana sih, Ra?"

"Ya pokoknya menyimpang dari ketetapan atau aturan beliau di sini, Leak!" pungkas Hera lagi dengan menambahkan panggilan kesayangannya untuk Lea.

"Iya deh iya. Nanti aku bakal minta maaf sama dia."

"Beliau. Bukan dia," bisik Hera sangat lirih sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar, takut-takut jika ada seseorang yang juga bisa mendengar ucapan Lea tadi.

Sedangkan Lea sudah menghela napas dengan berat, pikiran serta hatinya benar-benar sedang berkecamuk sekarang. Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Akankah dengan meminta maaf bisa mengembalikan suasana hati pria yang sangat menyebalkan baginya itu?

"Ya udah ayo cepetan! Malah ngelamun. Kerjaa!"

"Eh tunggu, Ra."

"Ada apa lagi sih, Leak?"

"Bukannya boss perusahaan ini kemarin udah tua ya-"

"Sstt, suka sembarangan banget sih kalau ngomong!" Hera sampai langsung membungkan mulut Lea dengan tangan kanannya.

"Iya, maaf. Tapi itu maksud aku kenapa sekarang bossnya jadi beda? Aku nggak salah lihat kan? Jelas-jelas usia pria tadi sama pria yang aku lihat kemarin saat pulang interview sangat berbeda jauh."

Nyatanya rasa bingung sekaligus penasaran dari Lea itu masih bersarang dalam benaknya. Tentu insiden perlawanannya tadi bukan karena disengaja. Karena pada dasarnya boss yang ia kenal bukanlah pria muda seperti yang ia jumpai tadi.

"Yang kamu lihat kemarin adalah boss besar, sedangkan pria yang kamu kacaukan barusan adalah boss muda. Alias putra boss besar, yang jelas-jelas akan menjadi pemimpin sekaligus pemilik berikutnya bagi perusahaan ini," jelas Hera.

"Mati aku!" gumam Lea dengan wajah memerah.

"Jangan mati dulu, selesaikan dan perbaiki dulu reputasimu sebelum posisimu dan posisiku terancam!"

"Kenapa kamu juga harus terlibat? Di sini hanya aku yang terkena masalah."

"Karena aku yang sudah merekomendasikan dan membawamu datang ke perusahaan ini sebagai seorang calon karyawan yang kompeten, Leak! Kamu lupa?"

Setelah ini Lea akan melewati hari-harinya yang panjang dan juga menyedihkan karena sebentar lagi harus berurusan dengan atasannya untuk meminta maaf. Mungkin pria tersebut tidak menginginkan perminta maafan darinya, namun Lea harus tetap melakukan itu guna memperbaiki reputasi dan mempertahankan posisinya karena sudah tidak sengaja membuat atasannya kesal dengan insiden tadi. Ibarat kata sudah terjatuh, Lea tak akan membiarkan tertimpa tangga setelahnya.

"Pak Elgar?" gumam Lea sembari mengingat nama pria yang ditabraknya tadi dari sebutan Hera beberapa menit lalu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku