Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Kau, mau apa Tuan?" Gadis itu terperanjat dari tidurnya, saat merasakan sentuhan lembut di pipinya, "Jangan, lakukan apapun!" tolak sang gadis, menggeleng seraya menatap nyalang pada pria di hadapannya dengan napas memburu.
"Hm." Pria itu tersenyum miring, lantas duduk di tepi ranjang yang ditiduri sang gadis dengan santainya. "Jangan takut! Saya ... hanya ingin memastikan, bahwa kamu sudah tidur atau belum," jawabnya pelan, sesaat ia menyunggingkan senyuman tipis.
"Kukira tidurmu nyenyak, ternyata tidak" lanjut lelaki tampan tersebut. "Kau tahu, Nona? kau begitu cantik disaat tidur. Aku semakin menyukaimu, dan semakin ingin ...." Ia menggantung ucapannya.
"Kau, ingin apa?" tanya gadis itu lagi dengan sorot mata awas.
"Ingin menyatukan hati dan jiwa kita berdua,"
"Maksudmu?"
"Kau, sudah cukup dewasa, cantik. Jadi, kau pun pasti paham apa yang kuinginkan? sayang sekali, tanganku ini baru menyentuhmu sedikit, kau sudah terbangun duluan,"
"Apa yang anda katakan? jangan coba-coba menyentuh saya, tuan! Anda begitu lancang masuk ke kamar orang lain tanpa izin. Dan, jika saya sudah tidur dengan nyenyak, apa anda akan melakukan hal yang kotor pada saya, hah!" tukas gadis 19 tahun bernama Shilla Ariesta dengan lantangnya, tanpa rasa hormat kepada lelaki yang masih santai duduk di sisi ranjang.
"Tidak! kau jangan terlalu jauh berprasangka!"
"Lalu untuk apa anda datang ke sini dengan tiba-tiba, dan begitu lancang menyentuh pipi saya?!" kata Shilla sambil menarik tubuhnya menjauhi Damian Marley ke sudut tempat tidur.
"Tenang dulu, Nona! kau jangan takut! Tak ada maksud apapun, aku datang ke sini," ucapnya dengan nada tenang. "Asal kau tahu, Nona. Ini rumahku, dan aku punya hak sepenuhnya untuk keluar masuk ruangan yang ada di rumah ini. Termasuk kamar yang kamu tempati." Tatapan lelaki itu begitu intens penuh misteri.
"Oh, jadi mentang-mentang ini rumah anda, jadi anda dengan seenaknya masuk kedalam kamar saya?" balas Shilla menatap sengit.
"Itu terserah saya. Mau tidur di kamar ini pun, kau tak berhak melarang ku. Kau paham, Nona!" senyum Demian yang penuh misteri dan tatapannya mengarah pada area dada Shilla yang masih terbungkus rapi dengan kemejanya.
Gadis belia itu menautkan kedua alisnya menatap begitu tajam, gegas menutupi dadanya dengan kedua telapak tangan.
"Saya suka dengan gadis sepertimu. Sok lugu, ya … bisa dikatakan kau itu jinak-jinak merpati," bisik Demian, deru napasnya menyapu pipi gadis itu menimbulkan gelenyar diseluruh tubuh. Shilla memalingkan wajahnya yang hampir saja menempel dengan bibir sensual milik Demian.
"Ya. Saya tahu, ini rumah anda. Tapi, ini kamar yang anda berikan untuk saya tempati, selama di sini. Jadi, anda harus menghargai saya sebagai tamu, di rumah ini!"
"Hm ... itu memang benar." Damian menarik napas panjang, sudut bibir kanannya terangkat sekilas. "Bersiaplah, kau akan ikut denganku! sekarang kau mandi dan ganti pakaianmu dengan yang pantas, dan cocok di tubuhmu. Ambil saja di lemari, yang sudah aku siapkan. Dandan yang cantik, malam ini kau akan kuajak ke suatu tempat! Bi Sari akan membantumu bersiap,"
"Memangnya, anda mau membawa saya kemana? saya tidak mau!" tolak Shilla ketus dengan bibir mengerucut matanya mendelik tak suka.
"Jangan membantah! ini perintah Tuan mu. Yaitu, AKU!" tekan Demian seraya menunjuk jarinya ke arah dada.
"Jelaskan dulu! Anda mau mengajak saya, kemana?"
"Temani aku makan malam. Sekarang juga kau harus bersiap-siap, kutunggu di depan jangan mengecewakanku!"
"Tapi,"
"Shtt ... kau di sini bekerja untukku, jadi sekarang, aku yang berhak atas dirimu! Kau sudah kuberi uang DP. Kau ingat, perjanjian kita, tadi siang? yang sudah kita sepakati, kau harus menuruti semua perintahku! Aku tidak ingin kehilangan uangku dengan sia-sia. Lima puluh juta, bukan jumlah yang sedikit," ucap Demian menekan Shilla, sambil berlalu dari kamar yang ditempati gadis berambut ikal tersebut.
Gadis itu menarik napas lega, setelah mendengar perkataan Demian yang hanya ingin mengajaknya makan malam tidak lebih. Shilla memandang punggung lebar pria tampan dengan setelan jas hitam, yang hilang di balik pintu.