Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Dad ingin kamu segera menikah."
Bak dijatuhi bom atom, Felicia Nada terkejut bukan main dengan pernyataan yang baru saja diluncurkan oleh ayahnya tercinta.
"Maksud Dad?" tanya Felicia masih dengan keterkejutan yang sama.
Saat itu, keluarga Felicia tengah berkumpul di ruang makan rumah mereka di New York. Dad, Mum, dan Felicia sendiri. Mereka tengah menikmati makan malam yang tentram, sebelum kalimat itu dijatuhkan.
"Dad ingin kamu segera menikah. Seperti kakakmu, Hanna."
Felicia terperanjat.
Felicia baru saja menyelesaikan studi S1 Fashion Design di New York University. Bahkan, tinta ijazahnya masih belum mengering. Ia baru saja wisuda periode Desember lalu. Ketika itu, masih tengah kalang kabut mencari pekerjaan.
Akan tetapi, tak kunjung ia dapatkan.
Dan, bukannya sang Dad turut membantunya mencarikan solusi dalam urusan pekerjaannya, tetapi mengusulkan pernikahan?
"Apa maksud Dad, Mum?"
Mum hanya diam. Ia menggelengkan kepalanya, pertanda Felicia harus mendengarkan petuah sang ayah.
Dad mulai melancarkan alasan rasionalnya, "Felicia, kamu sudah mencari pekerjaan dari bulan Desember. Sudah dua bulan kamu mencari pekerjaan. Akan tetapi, apa yang kamu dapatkan?"
Felicia mengatupkan bibirnya. Ia memang belum mendapatkan pekerjaan yang tepat. Sudah banyak sekali lamaran pekerjaan yang ia kirimkan, akan tetapi ia masih kesulitan.
Kesulitannya mencari pekerjaan ini juga disinyalir oleh keadaan. Karena sedikit sekali kenalan dan relasi Felicia. Hal ini mengakibatkan ruang gerak dan persyaratan masuk kerja kian sulit.
"Sulit bagi gadis yang fresh graduate tanpa pengalaman seperti kamu mencari pekerjaan, Felicia," tutur sang Dad lembut.
"Tapi, Dad. Felicia pasti bisa cari pekerjaan."
"Pekerjaan apa?! Kamu tidak akan bisa merantau, Felicia!" seru Dad.
Felicia tergagap di dalam duduknya. Situasi makan malam yang khidmat sudah berubah total.
"Dad tidak mau kamu mencari pekerjaan di tengah masa sulit ini. Kenalan Papa ingin anaknya menikah. Daddy pikir itu bukan hal yang buruk." terang Dad.
Felicia menggelengkan kepalanya. Ia belum siap menikah. Ia tak sanggup menikah. Ia tak bisa menikah.
Felicia masih memiliki segudang mimpi. Ia ingin hidup dengan begitu bebas. Menjadi selayaknya kupu-kupu tanpa adanya kekangan apa pun. Ia ingin bekerja, mengenali lingkungannya, barulah ia menjalin rumah tangga.
Tidak mungkin bagi Felicia, yang baru saja lulus dua bulan lalu, menikah begitu saja! Ditambah lagi, ia tidak tahu calon mempelai prianya.
Seperti apa wajahnya, bagaimana perangainya, akankah ia mampu menjadi nahkoda dalam rumah tangganya?
"Dad, Mum, Felicia belum bisa menikah untuk sekarang. Felicia baru 23 tahun. Masih ingin sendiri."
"Apa alasanmu ingin sendiri itu cukup untuk menolak kebaikan lelaki yang datang melamar?" tanya Dad.
Tidak. Itu memang tidak cukup. Ia masih terlalu egois.
Akan tetapi, sungguh! Felicia tidak bisa menikah secepat ini!
"Dad, Mum, Felicia memang ingin menikah. Tapi tidak sekarang."
"Untuk apa menundanya? Mau sekarang, tahun depan, lima tahun yang akan datang, kamu juga akan menikah."
Dad itu menyatukan kedua tanggannya. "Felicia, lihatlah Hanna, kakakmu. Bagaimana hidupnya yang sekarang? Suami yang sudah mapan dan juga kehidupan rumah tangga yang bahagia."
"Kamu tidak ingin seperti kakakmu?"
Ingin! Felicia ingin seperti kakaknya, yang mana kehidupannya sangat amat tentram dan bahagia.
Kakaknya, dulu juga menikah, dengan lelaki pilihan Dad. Lelaki yang mendadak meminang dan mendadak pula menikah. Seperti apa yang dilakukan Dad kepadanya.
Namun…