Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tuan, Aku Hamil!

Tuan, Aku Hamil!

kodav

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
46
Bab

Warning!!!!! 21++ Ratih, seorang istri muda yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, menjalani hidup sederhana di rumah majikan yang kaya dan berkuasa. Namun, di balik kesehariannya yang tampak biasa, tersimpan rahasia gelap yang berbahaya. Ketika perasaannya terhadap sang majikan, Devan dan Talitha, semakin dalam, Ratih terperangkap dalam pusaran konflik batin yang tak terhindarkan. Di tengah dinamika rumah tangga yang rumit, Ratih harus menghadapi kenyataan yang bisa menghancurkan semuanya. Hubungan terlarang, keputusan yang penuh resiko, dan rahasia yang semakin sulit disembunyikan membuat Ratih berjalan di tepi jurang, di mana satu langkah yang salah bisa menghancurkan dirinya-dan semua orang di sekitarnya. Apa yang terjadi ketika kebenaran tak lagi bisa ditutupi? Bagaimana Ratih akan bertahan dari badai yang ia ciptakan sendiri? Dan siapa sebenarnya Ratih-lebih dari sekadar seorang pembantu, atau mungkin lebih dari yang pernah diduga?

Bab 1 Tuan, Aku Hamil

Hari itu adalah perayaan ulang tahun ketiga anak bungsu Tuan Devan dan Nyonya Talitha. Rumah besar mereka penuh dengan dekorasi berwarna-warni-balon-balon menggantung di setiap sudut, pita-pita berkilauan, dan suara tawa anak-anak yang memenuhi ruangan. Di tengah-tengah keceriaan itu, aku berdiri di sudut ruangan, memegang nampan berisi gelas-gelas minuman.

"Nyonya, saya sudah siapkan kue ulang tahunnya di meja," kataku kepada Nyonya Talitha, yang tampak sibuk mengatur segala sesuatunya.

"Terima kasih, Ratih. Pastikan semua tamu mendapatkan minuman, ya," jawabnya singkat sebelum beralih ke tamu lainnya.

Aku mengangguk dan mulai berkeliling ruangan, menawarkan minuman kepada para tamu. Di tengah keramaian, mataku terus mencari-cari sosok Tuan Devan. Ada sesuatu yang harus kusampaikan kepadanya, sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa ditunda lagi.

Akhirnya, aku melihatnya berdiri dekat taman belakang, tertawa bersama beberapa temannya. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. Ini adalah saat yang tepat.

Aku melangkah mendekatinya, dan dia pun menyadari kehadiranku. Dia mundur sedikit dari teman-temannya dan mendekat padaku.

"Ada apa, Ratih?" bisiknya, suaranya terdengar khawatir.

"Tuan, bolehkah saya bicara sebentar?" Aku melangkah mendekatinya.

"Tidak bisa nanti aja?" katanya, tampak sedikit tidak sabar.

Aku menggeleng pelan, mencoba menunjukkan betapa pentingnya ini.

"Tidak, Tuan. Ini sangat penting."

Devan menghela napas dan melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang memperhatikan.

"Baiklah, ayo kita bicara di sini," katanya sambil mengajakku ke sudut yang lebih sepi di taman.

Setelah kami berada di tempat yang lebih tenang, dia menatapku dengan serius. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Ratih?"

"Tuan, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya," kataku dengan suara gemetar,

"tapi saya hamil." Jantungku berdebar kencang, merasa campur aduk antara cemas dan bingung.

"Apa maksudmu, Ratih?" Devan terdiam, wajahnya berubah serius.

"Saya hamil... anak Tuan," ulangku, suara ku semakin gemetar.

Tiba-tiba, Nyonya Talitha menghampiri kami berdua.

"Pap, itu temanmu nyariin," katanya dengan nada ceria, tidak menyadari ketegangan di antara kami.

"Oh, iya. Terima kasih, Mom. Aku akan segera ke sana," Devan berusaha tetap tenang dan tersenyum pada istrinya.

"Ratih, tolong cari Wilma dan Wilona. Kita sudah mau tiup lilin," Talitha kemudian beralih padaku.

"Baik, Nyonya," aku mengangguk cepat.

Setelah Talitha pergi, Devan kembali menatapku dengan tatapan serius.

"Kita akan bicara lebih lanjut nanti. Untuk sekarang, lakukan apa yang Nyonya minta."

"Baik, Tuan," aku mengangguk lagi, merasa sedikit lega karena percakapan ini tertunda.

Aku segera bergegas mencari Wilma dan Wilona, mencoba mengalihkan pikiranku dari percakapan yang baru saja terjadi. Pikiran tentang bagaimana Tuan Devan akan menangani situasi ini terus menghantuiku, tapi aku tahu aku harus fokus pada tugas saat ini.

Setelah menemukan Wilma dan Wilona, aku membawa mereka kembali ke ruang utama di mana semua orang sudah berkumpul untuk tiup lilin. Nyonya Talitha memegang kue ulang tahun besar dengan lilin yang menyala, dan semua tamu mulai menyanyikan lagu ulang tahun.

Aku berdiri di sudut, menyaksikan momen bahagia ini dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, aku merasa lega telah mengungkapkan kebenaran kepada Tuan Devan. Di sisi lain, aku khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

<<<<<<<<<<<

<<<<<<<<<<<

Semua ini bermula dari setahun yang lalu, ketika aku baru mulai bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Devan dan Talitha. Keputusan ini diambil untuk membantu perekonomian keluarga, terutama karena suamiku, Mas Widodo, yang bekerja di perusahaan Devan, sering bepergian jauh untuk mengantar logistik ke luar pulau.

Hari-hari pertama bekerja di rumah Devan dan Talitha terasa seperti mimpi. Rumah besar mereka penuh dengan kemewahan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku kagum dengan keharmonisan rumah tangga mereka, meskipun ada sesuatu yang terasa aneh tentang hubungan mereka.

"Ratih, tolong pastikan semua makanan sudah siap sebelum acara dimulai," kata Talitha saat ia lewat di dekatku, tampak tergesa-gesa.

"Baik, Nyonya," jawabku sambil tersenyum. Hari itu, aku masih berusaha menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru ini. Aku bersyukur karena Devan dan Talitha adalah majikan yang baik dan ramah.

Aku ingat betapa gugupnya aku saat pertama kali mulai bekerja di rumah besar ini. Aku ingin memastikan semuanya sempurna dan tidak mengecewakan mereka. Suara-suara tawa anak-anak dan para tamu yang datang hari itu mengingatkanku betapa pentingnya perayaan keluarga ini bagi mereka.

Saat kembali dari dapur, aku melihat Talitha tampak sangat sibuk mengatur dekorasi dan berkoordinasi dengan para tamu lainnya. Sementara itu, Devan berdiri di pojok, sesekali melirik ke arahku dengan tatapan yang sulit diartikan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh kodav

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku