Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Hari itu adalah perayaan ulang tahun ketiga anak bungsu Tuan Devan dan Nyonya Talitha. Rumah besar mereka penuh dengan dekorasi berwarna-warni-balon-balon menggantung di setiap sudut, pita-pita berkilauan, dan suara tawa anak-anak yang memenuhi ruangan. Di tengah-tengah keceriaan itu, aku berdiri di sudut ruangan, memegang nampan berisi gelas-gelas minuman.
"Nyonya, saya sudah siapkan kue ulang tahunnya di meja," kataku kepada Nyonya Talitha, yang tampak sibuk mengatur segala sesuatunya.
"Terima kasih, Ratih. Pastikan semua tamu mendapatkan minuman, ya," jawabnya singkat sebelum beralih ke tamu lainnya.
Aku mengangguk dan mulai berkeliling ruangan, menawarkan minuman kepada para tamu. Di tengah keramaian, mataku terus mencari-cari sosok Tuan Devan. Ada sesuatu yang harus kusampaikan kepadanya, sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa ditunda lagi.
Akhirnya, aku melihatnya berdiri dekat taman belakang, tertawa bersama beberapa temannya. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. Ini adalah saat yang tepat.
Aku melangkah mendekatinya, dan dia pun menyadari kehadiranku. Dia mundur sedikit dari teman-temannya dan mendekat padaku.
"Ada apa, Ratih?" bisiknya, suaranya terdengar khawatir.
"Tuan, bolehkah saya bicara sebentar?" Aku melangkah mendekatinya.
"Tidak bisa nanti aja?" katanya, tampak sedikit tidak sabar.
Aku menggeleng pelan, mencoba menunjukkan betapa pentingnya ini.
"Tidak, Tuan. Ini sangat penting."
Devan menghela napas dan melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang memperhatikan.
"Baiklah, ayo kita bicara di sini," katanya sambil mengajakku ke sudut yang lebih sepi di taman.
Setelah kami berada di tempat yang lebih tenang, dia menatapku dengan serius. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Ratih?"
"Tuan, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya," kataku dengan suara gemetar,
"tapi saya hamil." Jantungku berdebar kencang, merasa campur aduk antara cemas dan bingung.
"Apa maksudmu, Ratih?" Devan terdiam, wajahnya berubah serius.
"Saya hamil... anak Tuan," ulangku, suara ku semakin gemetar.
Tiba-tiba, Nyonya Talitha menghampiri kami berdua.
"Pap, itu temanmu nyariin," katanya dengan nada ceria, tidak menyadari ketegangan di antara kami.
"Oh, iya. Terima kasih, Mom. Aku akan segera ke sana," Devan berusaha tetap tenang dan tersenyum pada istrinya.
"Ratih, tolong cari Wilma dan Wilona. Kita sudah mau tiup lilin," Talitha kemudian beralih padaku.
"Baik, Nyonya," aku mengangguk cepat.
Setelah Talitha pergi, Devan kembali menatapku dengan tatapan serius.
"Kita akan bicara lebih lanjut nanti. Untuk sekarang, lakukan apa yang Nyonya minta."
"Baik, Tuan," aku mengangguk lagi, merasa sedikit lega karena percakapan ini tertunda.
Aku segera bergegas mencari Wilma dan Wilona, mencoba mengalihkan pikiranku dari percakapan yang baru saja terjadi. Pikiran tentang bagaimana Tuan Devan akan menangani situasi ini terus menghantuiku, tapi aku tahu aku harus fokus pada tugas saat ini.
Setelah menemukan Wilma dan Wilona, aku membawa mereka kembali ke ruang utama di mana semua orang sudah berkumpul untuk tiup lilin. Nyonya Talitha memegang kue ulang tahun besar dengan lilin yang menyala, dan semua tamu mulai menyanyikan lagu ulang tahun.
Aku berdiri di sudut, menyaksikan momen bahagia ini dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, aku merasa lega telah mengungkapkan kebenaran kepada Tuan Devan. Di sisi lain, aku khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
<<<<<<<<<<<
<<<<<<<<<<<
Semua ini bermula dari setahun yang lalu, ketika aku baru mulai bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Devan dan Talitha. Keputusan ini diambil untuk membantu perekonomian keluarga, terutama karena suamiku, Mas Widodo, yang bekerja di perusahaan Devan, sering bepergian jauh untuk mengantar logistik ke luar pulau.
Hari-hari pertama bekerja di rumah Devan dan Talitha terasa seperti mimpi. Rumah besar mereka penuh dengan kemewahan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku kagum dengan keharmonisan rumah tangga mereka, meskipun ada sesuatu yang terasa aneh tentang hubungan mereka.
"Ratih, tolong pastikan semua makanan sudah siap sebelum acara dimulai," kata Talitha saat ia lewat di dekatku, tampak tergesa-gesa.
"Baik, Nyonya," jawabku sambil tersenyum. Hari itu, aku masih berusaha menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru ini. Aku bersyukur karena Devan dan Talitha adalah majikan yang baik dan ramah.
Aku ingat betapa gugupnya aku saat pertama kali mulai bekerja di rumah besar ini. Aku ingin memastikan semuanya sempurna dan tidak mengecewakan mereka. Suara-suara tawa anak-anak dan para tamu yang datang hari itu mengingatkanku betapa pentingnya perayaan keluarga ini bagi mereka.
Saat kembali dari dapur, aku melihat Talitha tampak sangat sibuk mengatur dekorasi dan berkoordinasi dengan para tamu lainnya. Sementara itu, Devan berdiri di pojok, sesekali melirik ke arahku dengan tatapan yang sulit diartikan.
Bab 1 Tuan, Aku Hamil
16/08/2024
Bab 2 Hari Pertama
16/08/2024
Bab 3 Desahan di Malam Hari
16/08/2024
Bab 4 Sentuhan yang Tak Terduga
16/08/2024
Bab 5 Rahasia Malam Pertama
16/08/2024
Bab 6 Godaan Devan
16/08/2024
Bab 7 Kecupan Terlarang
16/08/2024
Bab 8 Tatapan Talitha
16/08/2024
Bab 9 Malam Penuh Rahasia
16/08/2024
Bab 10 Panggilan Dini Hari
16/08/2024
Bab 11 Gairah di Tengah Kepergian
16/08/2024
Bab 12 Tuan Edward
22/08/2024
Bab 13 Tekanan Sus Wulan
22/08/2024
Bab 14 Celoteh Sus Sari
22/08/2024
Bab 15 Kedipan Maut
22/08/2024
Bab 16 Susu Tumpah
24/08/2024
Bab 17 Blindspot Rumah Devan
26/08/2024
Bab 18 Pertemuan Terlarang
27/08/2024
Bab 19 Kenikmatan Terlarang Devan++
31/08/2024
Bab 20 Bayangan yang Mengintai
01/09/2024
Bab 21 Sus Wulan Curiga
02/09/2024
Bab 22 Pelet atau Pesona
03/09/2024
Bab 23 Di Ujung Kesabaran
04/09/2024
Bab 24 Getaran Cinta Talitha
05/09/2024
Bab 25 Terjerat Talitha
06/09/2024
Bab 26 Widodo Datang
07/09/2024
Bab 27 Widodo Penasaran
08/09/2024
Bab 28 Merelakan
09/09/2024
Bab 29 Brazilian
10/09/2024
Bab 30 Gavin Pulang
11/09/2024
Bab 31 Mabuk
12/09/2024
Bab 32 Pengalaman Baru
13/09/2024
Bab 33 Cinta Segitiga
14/09/2024
Bab 34 Ketemu Gavin
14/09/2024
Bab 35 Tatapan Liar Gavin
15/09/2024
Bab 36 Kepala Rumah Tangga
15/09/2024
Bab 37 Misteri Gelang Hilang
15/09/2024
Bab 38 Dijebak
15/09/2024
Bab 39 Pembelaan
15/09/2024
Bab 40 Tertangkap
15/09/2024
Buku lain oleh kodav
Selebihnya