Tuan, Aku Hamil!
gkan apa yang terjadi di kamar atas. Tanpa disadari, tanganku mulai mer
kan jariku di antara belahan kewanitaanku, merasakan cairan yang terasa di jariku. Perlahan
p gerakan jariku, setiap desahan Talitha, terasa seakan-akan menyatu dalam irama yang sa
buat fantasi yang ada di benakku semakin liar. Aku membayangkan diriku berada di tempat
u dengan ritme yang semakin cepat. Setiap sentuhan
dar, membayangkan wajahnya yang
n mata, membiarkan imajinasi dan sensasi itu menguasai sepenuhnya. Setiap gerakan
sku semakin berat. Sensasi itu semakin kuat, semakin mendalam, hingga akhirnya aku menc
h. Sensasi itu masih terasa, membuatku merasa lelah namun puas. Aku
diri sendiri. Rasa bersalah mulai merayapi
u yang masih gemetar. Aku menarik napas
*
angkit dan melanjutkan pekerjaan. Rutinitas pagi membantu mengal
ai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kami bekerja dalam diam, tapi a
amu tidak tidur nyenyak semalam?" t
aya baik-baik saja." Aku tersenyum tipis
cerita, ya, Ratih." Mbak Tuti menatapku
wabku pelan, merasa sedikit t
dua terdengar jelas. Aku segera bergegas men
opan, setelah sampai di
rsihkan, ya," ujarnya sambil menunjukkan ke
segera membersihkannya,"
yi yang terkena pipis. Prince tampak ceria dan terus
a Talitha sambil menghela napas. Wulan adalah
Saya akan berusaha membantu semaksim
a Prince ya," katanya sambil menggant
dengan hati-hati, memastikan
a. Setelah itu, tolong gendong Prince dulu, aku
yonya,"
tangan di wastafel toilet. Selesai mencuci tangan, aku mengh
a sudah sele
dan menyerahkan
isuapin. Tapi biasanya Prince harus digendong biar mau
ambil menggendong Prince
n membawanya ke ruang makan. "Ayo, Prince,
lembut dan bergizi. Aku meletakkan mangkuk bubur di meja makan dan mengambil sendo
, namun melihat Prince makan dengan lahap membuat semua jerih payah ter
gkah kaki menuruni tangga. Devan, muncul dari lantai dua
apa Devan denga
jawab kami ser
ta Mbok Yanti sambil menunjuk ke
l menghampiriku. Ia membuka tangannya,
u, entah disengaja atau tidak, ujung jema