Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dilarang Hamil Oleh Mertua

Dilarang Hamil Oleh Mertua

Daun Kering

5.0
Komentar
12
Penayangan
5
Bab

Claudia seorang wanita cantik menikah dengan kekasihnya yang bernama Rayhan, rumah tangga mereka tidak semulus yang mereka bayangkan. Mamah Rayhan yang bernama Ibu Eva tidak setuju dengan pernikahan itu, dan masih mempunyai rencana untuk menikahkan Rayhan dengan wanita pilihannya. Bahkan Eva juga melarang Claudia untuk hamil, ia tidak sudi mempunyai cucu yang terlahir dari wanita miskin. Namun, Claudia ternyata hamil dan diminta untuk menggugurkan kandungnya. Bagaimana perjuangan cinta Claudia dan Rayhan, apakah mereka bisa mempertahankan rumah tangganya? Mari kita simak di novel yang berjudul Di Larang Hamil Oleh Mertua.

Bab 1 Malam Pertama

Malam ini adalah malam yang terindah untuk pasangan pengantin baru, Claudia dan Rayhan sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka mengadakan pesta pernikahan di sebuah hotel berbintang, bahkan pesta mereka terbilang sangat mewah.

Kamar pengantin sudah disiapkan dengan nuansa yang begitu romantis, banyak bunga bertaburan di atas ranjang itu.

"Claudia, sebenarnya saya tidak setuju anak saya menikah dengan kamu. Sudah miskin, memalukan lagi," ujar Eva sang mertua menatap Claudia sinis.

Deg ... deg ...

Sebelum pernikahan ini terjadi, Eva mengatakan sudah merestui putranya menikah dengannya. Namun, ia tidak menyangka sikap mertuanya berubah begitu saja.

Eva memberikan sebutir obat untuk mencegah kehamilannya, ia memperbolehkan Claudia melayani putranya selayaknya seorang istri tapi tidak memperbolehkan untuk hamil.

"Ingat Claudia, jangan sampai rahim kamu mengandung benih cucuku! Aku tidak sudi mempunyai keturunan miskin," kata Eva dengan keras.

"Baik, Mah," ucap Claudia menundukkan kepalanya.

Di dalam kamar ia duduk termenung, membayangkan ucapan mertuanya tadi. Bahkan saat suaminya duduk di sampingnya Claudia tidak mengetahuinya.

"Sayang, kamu kenapa? kamu tidak bahagia dengan pernikahan kita?" tanya Rayhan sambil memeluk istrinya.

"Aku sangat bahagia sekali, Mas. Akhirnya setelah kita berpacaran tiga tahun, kita menikah juga," balas Claudia tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

Tanpa aba-apa Rayhan langsung mengecup bibir istrinya, tangannya pun mulai melepaskan pengait gaun istrinya.

"Mas, sebentar. Aku ingin ke toilet," kata Claudia. Ia menatap cermin yang ada di toilet itu, lalu membuka genggaman tangannya. Sebutir obat dari Mamah mertua yang belum sempat ia minum, dengan terpaksa ia menelannya dan minum air kran di toilet.

Rayhan sudah tidak sabar menunggu sang istri, bahkan ia saat ini sudah melepaskan semua pakaiannya. Ia sudah menunggu Claudia di atas ranjang dengan keadaan tanpa sehelai benang, hanya menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Sayang, cepetan!" teriak Rayhan sudah tidak sabar untuk menanamkan benih di rahim kekasih halalnya.

Claudia keluar dari dalam kamar mandi, ia langsung menuju ke arah suaminya. Dia juga sudah tidak sabar, untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk suami tercinta.

Ini adalah pengalaman pertama bagi keduanya, sebenarnya masih malu untuk melakukan. Namun, mereka juga ingin segera mencoba.

"Mas, kenapa teriak gitu. Sudah tidak sabar ya," ujar Claudia membuat Rayhan tersenyum malu.

Claudia lalu mengambil baju tidurnya, ia hendak ke kamar mandi lagi untuk berganti pakaian. Namun, Rayhan melarangnya dan meminta Claudia berganti pakaian di depannya.

"Sayang, kenapa malu? kita sudah menikah lho," kata Rayhan.

"Tapi Mas, tutup mata ya," ucap Claudia.

"Sayang, nanti Mas juga bakal memegangnya tidak hanya melihat," ujar Rayhan menutup matanya dengan bantal.

Dengan cepat Claudia mengganti pakainya, lalu merebahkan badan di sebelah Rayhan. Saat hendak memakai selimut, ia terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Awww ... !" teriak Claudia. Melihat Rayhan yang sudah telanjang bulat, senjatanya sudah mengeras dan terlihat menakutkan untuk Claudia.

Rayhan langsung menutup mulut istrinya dengan telapak tangan, dan langsung memeluknya.

"Mas, aku takut," ucap Claudia.

"Kita lakukan dengan pelan, Sayang. Percayalah gak bakalan sakit," ujar Rayhan meyakinkan istrinya.

Claudia percaya dengan ucapan laki-laki yang baru menghalalkannya beberapa jam yang lalu, bahkan ia menikmati sentuhan demi sentuhan itu.

"Sayang, kamu sudah siapkan," bisik Rayhan.

"Hum .... " sahut Claudia.

Akhirnya kedua insan itu merasakan kenikmatan dunia, hingga tak terasa mereka melakukan berkali-kali sepanjang malam. Sungguh malam yang sangat indah untuk keduanya, pengalaman pertama yang tidak akan pernah terlupakan.

"Terimakasih, Sayang," ungkap Rayhan mengecup kening istrinya yang masih tertidur pulas.

Karena sudah pagi Rayhan bangkit dari ranjangnya, lalu membersihkan tubuhnya. Ada rasa tidak tega untuk membangunkan istrinya, sambil menunggu Claudia terbangun ia memainkan ponselnya.

Claudia terlihat menggeliatkan badannya, dan mulai membuka mata. "Mas, sudah bagun? kenapa tidak membangunkan ku dulu," ucapnya.

"Mas tidak tega, Sayang. Terimakasih buat semalam," ucap Rayhan mendekati istrinya lalu memberikan morning kiss.

Claudia hendak pergi ke kamar mandi, ia kesulitan karena bagian bawahnya masih sakit. Kemudian Rayhan membantu istrinya, yang terlihat kesulitan berjalan. Selesai mandi semua keluarga berkumpul di restoran hotel, Mamah Eva, Aruna, dan Papah Andi sudah menunggu.

"Maaf semua, kita terlambat," ujar Rayhan dengan senyum bahagia.

"Kita nungguin dari tadi lho, Ray," sahut Eva menatap sengit Claudia.

"Gak papa, Mah. Maklum mereka pengantin baru, ayo kita mulai makan," ajak Papah Andi.

"Aruna sudah kelaparan dari tadi, enak aja maklum. Kakak ipar harusnya yang bangunin kita, bukannya telat datang," kata Aruna dengan ketus.

Rayhan mengacak-acak rambut adiknya, ia gemas kalau melihat Aruna marah-marah.

Di sela-sela makan, Eva meminta Rayhan tetap tinggal satu rumah dengannya. Padahal Rayhan dan Claudia sudah menyiapkan rumah baru, hadiah dari sahabat Rayhan yang bernama Bian.

Uhuk ... uhuk ....

Tiba-tiba Claudia tersedak makanan, dengan cepat Rayhan mengambilkan minuman dengan penuh perhatian.

"Sayang, pelan-pelan dong," ucap Rayhan dengan lembut.

"Maaf, Mas," ujar Claudia.

Setelah selesai sarapan keluarga itu pun pulang ke rumah, berhubung acara sudah selesai dan besok rencananya Rayhan akan kembali bekerja. Tidak ada kata cuti, untuk seorang pekerja keras seperti Rayhan. Claudia menikah dengan Rayhan atas dasar cinta, bukan karena harta ataupun ketampanan.

Mereka sudah saling mengenal sejak lima tahun yang lalu, dan berpacaran selama tiga tahun. Claudia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, keluarganya tinggal di perkampungan dekat kota. Sedangkan Rayhan dan keluarganya tinggal di sebuah perumahan elit, tempat para penguasa tinggal.

"Narsih, tolong bawakan koper istri saya ke kamar," pinta Rayhan menyuruh asisten rumah tangganya yang centil.

"Baik Tuan Muda, ngomong-ngomong tadi malam gimana? sudah ehem belum, Tuan," canda Narsih menggoda Rayhan sambil mengedipkan satu matanya.

"Narsih! cepat kalau disuruh," ujar Eva melotot ke arah Narsih.

Kini hanya ada Claudia dan Eva, yang masih berdiri di depan pintu. Claudia menunggu Rayhan yang sedang mengambil barang, dari dalam mobilnya.

"Claudia, kamu bantu Narsih sana! jangan bengong di sini," kata Eva dengan ketus.

"Baik, Mah," ucap Claudia dengan sopan kemudian mengikuti Narsih.

Claudia hendak membantu Narsih menata baju ke dalam almari, tapi ditolak karena memang Narsih sering diminta untuk membantu Rayhan dan nantinya diberikan tips di luar gaji.

"Makasih ya, Mbak," ungkap Claudia setelah Narsih menyelesaikan tugasnya.

"Siap, Nona. Nanti kalau butuh bantuan panggil Narsih tiga kali, ingat tiga kali jangan lebih," pinta Narsih kemudian meninggalkan kamar Rayhan.

Eva mendatangi Claudia, ia meminta agar Claudia berdandan dengan cantik. Karena nanti malam akan ada acara keluarga, Eva juga akan mengenalkan Claudia kepada calon menantunya yang baru. Ia juga memberikan sebutir obat, untuk diminum Claudia nanti malam.

"Ingat Claudia, jangan sampai kamu hamil. Atau kamu harus kehilangan bayimu, aku tidak mau mempunyai cucu keturunan orang miskin! camkan itu," tutur Eva.

Kata-kata mertuanya terulang lagi, membuat Claudia menahan air mata yang hampir menetes. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dalam pernikahan tentu saja semua pasangan menginginkan keturunan.

Claudia membantu Narsih memasak, untuk menyiapkan makan siang keluarga itu.

"Non, istirahat saja. Pasti Nona Claudia capek, semalam habis anu," Ucap Narsih menggoda Claudia.

"Mbak, bisa aja," sahut Claudia tersenyum malu.

Tiba-tiba Aruna datang, adik Rayhan yang sudah menginjak bangku kuliah itu meminta Narsih untuk mengupas kan buah. Anak itu memang sangat manja, selalu meminta bantuan anggota keluarga setiap melakukan sesuatu.

"Mbak Narsih, kupas jeruk dong," pinta Aruna.

"Bentar ya, Non. Masih goreng ayam ini," Sahut Mbak Narsih.

Kebetulan saat itu Claudia sedang mencuci gelas dan piring, ia menawarkan diri untuk mengupas jeruk. Namun, Aruna justru menghinanya dengan kata-kata kasar.

"Jangan kakak ipar yang mengupas, Aruna takut tertular miskin," ujar Aruna menatap Claudia penuh dengan kebencian lalu meninggalkan dapur.

Mbak Narsih lalu mendekati Claudia, dan mengusap pundaknya. "Non, jangan diambil hati ucapan Non Aruna. Dia memang seperti itu," pungkasnya.

Claudia tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya, sedangkan Mbak Narsih mengupaskan jeruk untuk Aruna. Rayhan tiba-tiba , dan memakan jeruk yang dikupas oleh Mbak Narsih.

"Mbak, jeruknya manis ya? Seperti senyuman istri kuku," tutur Rayhan melirik ke arah istri cantiknya.

"Tuan Muda, jangan ngeledek gitu. Itu jeruk pasti ada asemnya. Apes bener Nona Claudia, tadi dikatain miskin sekarang asem. Keluarga ini bener-bener," cetus Mbak Narsih.

"Miskin?" tanya Rayhan.

Claudia lalu mengajak suaminya untuk masuk ke dalam kamar, ia berpura-pura belum melihat letak almari untuknya yang mana. Semua itu dia lakukan, untuk mengalihkan pembicaraan suaminya dengan Mbak Narsih.

"Sayang, bukannya bajumu sudah ada di almari paling ujung. Kenapa menarik tangan Mas, kamu mau lagi ya? seperti tadi malam, berkali-kali pun Mas siap," pungkas Rayhan.

Claudia mencubit pinggang suaminya dengan gemas, dan Rayhan langsung memeluk istrinya. Mereka berdua kembali melakukan lagi, hingga keduanya lelah dan tertidur pulas.

Hari sudah mulai petang, Eva mencoba mengetuk pintu kamar Rayhan. Claudia segera terbangun dan menggunakan bajunya yang masih berserakan di lantai, ia langsung membuka pintu.

"Enak ya, baru bangun? Cepat bangunkan Rayhan, tamunya sudah datang!" cetus Eva sambil melihat Claudia dari ujung kepala hingga kaki.

"Iya, Mah," sahut Claudia tertunduk malu.

"Kamu, tidak lupa minum obat tadi kan?" tanya Eva dengan pelan agar Rayhan tidak mendengar.

Claudia menganggukkan kepalanya, kemudian menutup pintu kamarnya setelah Eva pergi. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu, untuk menetralkan hatinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku