Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Rumah Sakit Itu Memakan Korban Jiwa
"Dokter, Dokter!" Suara suster tergesa-gesa mengetuk pintu ruangan kerjaku.
"Ada apa sus?" Kataku.
"Ini dokter,ada pasien yang kesurupan lagi." Ucap Suster emi.
Heran, selama aku pindah di tugaskan ke rumah sakit ini, selalu saja ada yang kesurupan. Bermacam-macam orang yang kena. Bahkan, hampir setiap hari.
Baru saja aku ingin mulai murojaah, karena hafalanku sepertinya bubar semenjak aku praktek disini.
Entah kenapa setiap aku ingin mengaji di ruang kerjaku, ada saja gangguan yang terus datang. Meskipun aku dokter, aku tetap menjalankan ibadahku bahkan aku berusaha menghafal Kalam Allah ini.
"Dokter yang lainnya mana?" Ucapku.
"Sudah ada di sana semua." Ucap suster emi.
"Yasudah kita kesana."
Padahal aku baru saja beristirahat, baru selesai makan siang dan hendak memanfaatkan waktu untuk murojaah. Tetapi, selalu saja ada gangguan.
Aku dan suster emi pun pergi ke tempat dimana pasien itu mengalami kesurupan. Disana sudah banyak orang yang memegangi pasien tersebut. Kali ini adalah seorang wanita.
Aku dan suster emi langsung masuk ke dalam ruangan itu. Tangan dan kakinya sudah di ikat di bagian penyangga tempat tidur pasien menggunakan rantai. Rumah sakit ini sudah antisipasi, jika ada yang kesurupan ia pasti akan menggunakan rantai agar si pasien tidak akan kemana-kemana.
***
"Akhirnya kau datang juga tio." Ucap Dokter brian yang menatapku seperti orang yang sedang marah.
Aku pun tak menghiraukannya, aku melihat wanita itu sudah seperti orang yang ingin memakan kami saja. Matanya melotot, kaki dan tangannya terus bergerak sementara mulutnya selalu mengerang seperti hewan buas saja.
Para suster pun agak menjauh, sepertinya mereka takut melihat wanita itu yang sedang kesurupan.
"Mau apa kalian mencampuri urusanku! Cepat bukakan rantai ini aku mau pergi!" Ucap wanita itu dengan sambil bergerak kesana dan kemari dengan mata yang masih melotot dan rambut yang sudah acak-acakan.
"Tenang, kita bisa bicarakan baik-baik. Kamu siapa?" Kataku.
Dokter yang lain hanya diam saja tak bisa berbuat apa-apa. Hih, aku merasakan disini banyak laki-laki namun seperti semuanya perenpuan. Tak ada nyali.
"Kamu ga usah ikut campur ya! Cepat bukakan rantai ini!" jawab wanita itu masih dengan sambil mengerang dan bergerak-gerak.
"Iya aku tanya dulu kamu siapa? Tolong ya jangan ganggu pasien kami." Kataku dengan sambil mendekat dengan penuh sabar dan berbicara dengan nada halus.
"Kamu ga usah ikut campur! Wanita ini harus mat* hahahaha." Jawabnya kembali. Kali ini dia tertawa. Jujur aku sedikit takut hingga bulu kudukku ku berdiri.
Tiba-tiba saja di luar petir dan hujan deras turun ke bumi, hari yang siang terik matahari terasa seperti malam dan seperti menakutkan.
Aku berusaha kuat, sekuat tenaga untuk memotivasi diriku sendiri agar tidak takut untuk semua ini.
Aku mulai mencoba bicara kembali pada hantu yang memasuki tubuh wanita itu. Beberapa suster di ruangan ini saling berpelukan. Mungkin mereka takut karena siang ini pun terasa sangat gelap.
"Tapi, wanita itu ga bersalah. Tolong kamu keluar dari tubuh itu." Jawabku.
"Wanita ini harus mat*! Dia tidak berhak hidup hahahaha." Ucapnya lagi dengan tawaan yang menyeramkan.
Belum sempat ku jawab wanita itu terus berusaha berontak, satu rantai di tangan sebelah kanannya telah terputus. Menambah ketegangan di ruangan ini. Kami pun langsung ingin memasangnya kembali, namun sia-sia hantu itu sangat kuat hingga ia bisa menampar satu per satu dari kami.
"Kalau kalian macam-macam, kalian akan bernasib sama dengan wanita ini!" Ucap hantu itu sambil berusaha membuka rantai. Padahal, rantai itu kuat. Dan ada gemboknya.