Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Liana namanya, usia dua belas tahun. Tak berbeda dengan anak-anak seusianya, Liana yang supel dan periang selalu bermain dengan riangnya bersama teman-teman sebayanya, membuat banyak teman dilingkungan tempat
ia tinggal.
Liana terdiri dari empat bersaudara, dua kakak satu adik. Dalam keluarganya, Lianalah anak perempuan satu-satunya dikeluarga tersebut. Liana tumbuh menjadi anak yang mandiri sedari kecil, Liana sudah terlatih untuk hidup mandiri, setiap hari Liana selalu mengerjakan pekerjaan orang tuanya, baik pekerjaan ringan maupun berat, bahkan tak jarang Lianapun mengganti peran orang tua dalam menjaga adik bungsunya Dino. Maklumlah ayah Liana sudah lama meninggal sejak Liana berusia tujuh tahun, dan ibu Liana merantau keluar kota demi menyambung hidup, keadaan seperti inilah yang membuat Liana semakin tumbuh menjadi anak yang tangguh dan mandiri diusianya yang masih belia.
Namun, Liana tetaplah sosok anak kecil yang terkadang merindukan peran orang tua, apalah daya, Liana hanya bisa menangis dalam diam disaat kerinduan itu datang tiba-tiba.
Sesekali ibu Liana hanya mengirim uang untuk Liana dan adiknya, sedangkan kedua kakak Lianapun bekerja diluar kota, Rendy dan Ikbal sangat jarang pulang karna kesibukan pekerjaan mereka diluar kota.
Beberapa bulan ini Rendy tidak bekerja akibat pemutusan hubungan sepihak atau phk. jadilah kini Rendy hanya dirumah saja menemani Liana dan Dino berbeda dengan Ikbal yang masih bekerja diluar kota.
***
Saat ini Liana berusia dua belas tahun, seperti biasa Liana selalu bekerja membantu peran orang tua, setiap hari menjaga Dino adik Liana sambil bermain dengan teman-temannya.
Hingga hari itu terjadi, hari yang telah mengubah perjalanan hidupnya juga sifat yang ada pada diri seorang Liana selama ini hilang dalam sekejab dan mungkin trauma disepanjang hidup Liana.
Malam itu Rendy kakak Liana pulang dalam keadaan mabuk. Rendy yang stres karna menganggur melampiaskan dengan ikut mabuk meminum-minuman berakohol bersama teman-teman tongkrongannya. Rendy pulang saat sudah pukul dua dini hari, entah setan apa yang membisiki telinga Rendy kala itu ketika melewati kamar Liana, seketika ia berhenti tepat didepan pintu kamar Liana dan langsung masuk kekamar Liana begitu saja.
Klik!
Pintu kamar terbuka dengan perlahan.
Rendy melihat Liana tidur dengan tatapan haus, seolah ingin menerkam mangsanya hidup-hidup Rendy mulai berjalan mendekati Liana secara perlahan. Tatapan Rendy begitu menelisik keadaan Liana kala itu. Sorot matanya yang tajam dan juga deru nafas yang begitu memburu terlihat jelas dimata Rendy. Perlahan tapi pasti Rendy mulai mendekati posisi tidur Liana.
Liana pun terkejut bukan main, karna merasa terganggu saat ia membuka mata. Sontak tubuh Liana bergetar karena terkejut melihat Rendy sudah ada ditempat kasur miliknya.
"Ka-kak Re-rendy." Liana terbata saking terkejutnya.
Senyum smirk tercetak jelas diwajah Rendy membuat tubuh Liana semakin semakin gemetar karena takut.
"Kak," panggil Liana masih memberanikan diri.
Dengan sigap Rendy langsung membungkam mulut Liana dengan kedua tanganya.
"Hummm!" Liana memberontak kuat saat mulutnya dibekap Rendy.
"Diam kau Liana!" gertak Rendy mengancam.
"Kak Rendy, a-apa yang kau la-lakukan?" gugup Liana kecil. Liana beringsut mundur hendak beranjak.
"Diammmmm!!" gertak Rendy lalu membekap mulut Liana kembali dan menarik paksa tubuh Liana keatas kasur.
Brugh!
"Kak Rendy."
"Aku bilang diam kau Liana!" gertaknya lebih kuat.
"Lepas kak, lepas!" mohon Liana terus memberontak, namun apa daya tangan kecil yang tak sebanding dengan kekuatan orang dewasa membuatnya tak berarti apa-apa. Malam itu Rendy yang sudah bukan seperti manusia lagi dimata Liana.
Liana menangis dalam diam hanya isak tangislah yang mewakili perasaanya saat ini. Rasa sakit ditubuhnya tak sebanding perasaan yang kini telah hancur karna ulah sang kakak. Rendy dengan bringasnya merenggut apa yang seharusnya ia jaga. Seorang kakak yang seharusnya melindungi adik dan juga keluarga, namun justru menghancurkanya dalam sekejab.
Hujan deras diluar dan cuaca dingin yang mencekam menambah perasaan Liana kecil saat itu. Dunia seakan ikut berkabung atas apa yang terjadi padanya. Ya. Liana kecil kini telah menjadi sosok yang tak ia inginkan hanya dalam semalam saja.
Pagi hari mulai menyapa tapi Liana masih meringku dengan isak tangis yang tiada henti. Matanya sembab hatinya hancur dengan kondisi yang begitu memprihatinkan. Semalaman sejak kejadian malam tadi, Liana hanya duduk meringkuk dipojok kamarnya dalam keadaan airmata tiada henti sepanjang malam.
Tok!
Tok!
"Kak ..." panggil Dino dari arah luar pintu.
Suara Dino rupanya membuat Liana terkesiap. Ia menoleh seraya mengusap sisa-sisa airmata yang terus saja mengalir tanpa henti.